BAB 26: Sebuah Kesalahan Dengan Kesadaran

1.3K 180 19
                                    


Sadam memalingkan wajahnya ketika melihat Pras memeluk Ersa. Lalu, dia kembali melihat kedua orang itu. Untungnya, Pras tidak memeluk Ersa dalam waktu lama. Begitu Pras melepaskan pelukannya, Sadam menarik napas lega.

"Sungguh, aku nggak menyangka," ucap Pras lagi.

"Sebaiknya, kita duduk," sahut Sadam. "Di mana Salsa?"

"Ah, ya." Sahut Pras. "Salsa di kamar."

"Aku akan melihatnya," ucap Sadam. "Kalian duduklah," tambahnya. Lalu, lelaki itu segera berjalan ke kamar Salsa.

Sepeninggal Sadam, Pras dan Ersa duduk di kursi yang ada di dapur. Pras membawakan air mineral pada Ersa.

"Terima kasih, Pras." Ersa menerima air mineral dari Pras, kemudian meminumnya. "Apa kabar?" tanya Ersa. Dia lupa sudah menanyakan hal itu pada Pras atau belum. "Kulihat, kau sangat sehat."

Dalam kenangan yang Ersa simpan, dulu Pras memiliki tubuh tinggi dan kurus. Dia tulang-tulang Pras terlihat menonjol. Kini, tubuh laki-laki itu terlihat proporsional.

"Kamu menyadarinya," sahut Pras. Dia terlihat senang. "Aku sehat dan baik. Aku juga bahagia. Ya, aku melakukan sedikit olahraga untuk otot-ototku." Dia terus bercerita dengan senang. "Aku bukan Pras yang kurus kering, seperti yang pernah kau katakan."

Keduanya tertawa perlahan. Lalu, Sadam muncul. "Ingin minum sesuatu?"

"Nggak perlu repot-repot," jawab Pras. "Aku akan bikin sendiri."

"Bukan kau," sahut Sadam.

"Aku sudah minum air mineral," ucap Ersa. Dia mengangkat gelas air mineralnya. "Nggak perlu repot-repot."

Sadam mengangkat bahunya. Kemudian, dia ikut duduk di kursi sebelah Ersa.

"Sangat aneh melihat kalian berdampingan seperti ini," Pras menautkan kedua alisnya, memandang ke arah Ersa dan Sadam. "Kalian pacaran lagi?"

"Nggak," sahut Ersa cepat. Sedangkan Sadam, dia memilih diam. "Dia atasanku." Ersa mencoba menjelaskan.

"Itu kan di kantor," balas Pras. "Lagi pula, kalau karyawan dan atasan ke mana-mana berdua seperti ini, kan, pasti ada sesuatu."

"Kau nggak ingin pulang?" sahut Sadam. Dia mencoba untuk menutup mulut Pras. Lelaki itu terlalu banyak bicara.

"Kau mengusirku?"

"Ya," sahut Sadam.

"Ckckck ... lihatlah mantanmu itu, Sa." Pras berbicara pada Ersa. Lalu, dia melirik jam tangannya. "Ya, aku harus pulang. Kapan-kapan, aku ingin mengobrol lebih lama denganmu. Bagaimana?"

"Tentu," balas Ersa.

"Nggak ada lain kali," sahut Sadam. "Cepat pulanglah."

Pras mengangkat kedua tangannya. Lalu, dia melihat ke arah Ersa lagi. "Mau kuantar pulang?"

"Aku yang akan mengantarnya," Sadam kembali berbicara.

Pras terlihat jengah. Lalu, dia berpamitan pada keduanya.

***

"Salsa tidur?"

Ersa bertanya begitu Pras sudah tidak berada di apartemen.

"Ya," jawab Sadam.

"Sebaiknya, aku juga pulang."

"Aku antar."

"Salsa bagaimana?"

Saat ini keduanya berdiri tidak terlalu jauh. Mereka berada di dapur. Ersa duduk di tepi meja, sedangkan Sadam berada di pintu masuk. Ersa tidak tahu apa yang membawanya ke sini dan apa tujuan Sadam memaksanya sampai di sini. Lucunya, Ersa tidak benar-benar menolak.

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang