BAB 25: Bertemu Pras

726 150 5
                                    


Hal ini benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana bisa orang yang sedang dihindari oleh Ersa, justru muncul di hadapannya saat ini. Sadam duduk di seberang Ersa dan Yukio. Dengan ceria, Yukio menyambut Sadam dan mengajak mereka satu meja.

Bagaimana lagi? Meja di kafe itu terbatas.

Ersa memesan secangkir teh hangat dan juga makan malam. Tidak jauh berbeda dengan Ersa, Sadam dan Yukio juga memesan menu yang sama.

"Pak Sadam terima kasih, loh, sudah memberitahu saya soal kafe ini," ucap Yukio. Dia begitu ceria berkata seperti itu. Dengan tenang pun, dia memakan makan malamnya.

Sadam mengangguk. Dia pun sibuk menghabiskan makan malamnya. Sejujurnya, Ersa penasaran dengan keadaan Salsa. Sadam ke kafe seorang diri. Sudah jelas dia datang dari kantor. Lalu, bagaimana dengan Salsa?

Ersa menelan ludah. Pertanyaan itu nyaris keluar dari bibirnya, tetapi dia mencegah itu terjadi. Ersa tidak ingin terlibat percakapan dengan Sadam.

Ersa pun melakukan hal yang sama seperti Sadam. Dia menikmati makan malamnya dengan tenang. Tak lama kemudian, Ritsuki, pemilik kafe tersebut menghampiri mereka.

"Terima kasih sudah berkunjung," katanya. Perempuan seusia Ersa untuk menunduk, lalu tersenyum. Kedua matanya semakin menyipit, ketika tersenyum. "Maaf, tempatnya sempit."

"Nggak apa-apa, loh," sahut Yukio. "Yang penting nyaman. Makanannya juga enaaak," jawab Yukio dengan ceria. Ersa salut dengan energi yang dimiliki Yukio. Perempuan itu begitu bersemangat, padahal keseharian Yukio harus bertemu dengan klien berbeda-beda orang.

"Ah, terima kasih!" Seru Ritsuki sambil kembali menunduk. Lalu, dia melihat ke arah Ersa. Yukio menyadari itu.

"Ah, iya. Dia teman kantor kami," ucap Yukio. "Namanya Ersa."

Ersa tersenyum, lalu mengangkat tubuhnya. Dia mengulurkan tangan, "Ersa." Dia memperkenalkan diri, begitu juga dengan Ritsuki.

"Bagaimana makan malamnya?"

"Enak," sahut Ersa.

"Sungguh?"

"Ya."

"Baiklah, terima kasih," kata Ritsuki. "Selamat menikmati." Dia berpamitan pada mereka.

Selang beberapa menit, Yukio mendorong kursinya, lalu berkata, "Aku ke toilet dulu, ya. Jangan dicariin."

Di saat itulah, dada Ersa berdetak. Dengan kepergian Yukio meskipun hanya lima menit itu, itu berarti dia dan Sadam tinggal berdua. Akan tetapi, tidak satupun dari mereka yang ingin membuka suara.

Namun, setelah lima menit, Yukio tidak kunjung kembali. Di saat itu, Sadam mulai berbicara, "Kamu sepertinya menghindariku."

"Hah?" sahut Ersa. "Maksud Pak Sadam?" tanya Ersa. Dia merasa kesal dituduh seperti itu. "Bukannya Pak Sadam yang menghindari saya?" Dia tidak mau kalah. Maka, Ersa menuduh balik.

Sepemahaman Ersa, Sadam bersikap kasar padanya dan seolah-olah dia tidak pernah meminta bantuan Ersa. Hal itu membuat Ersa kesal karena merasa dimanfaatkan.

Ersa mendesah. "Baiklah, saya memang menghindari Pak Sadam." Dia mengambil jeda. "Saya nggak menyangka akan bertemu di sini."

Sadam tersenyum sinis. "Kenapa menghindar?"

"Karena kau menyebalkan," sahut Ersa. Emosinya memuncak. Lalu, dia mengemasi barang-barangnya. "Minta tolong katakan pada Yukio, saya duluan."

Tanpa menunggu kalimat Sadam, Ersa keluar dari kafe tersebut. Beruntung, saat itu Ritsuki tidak sedang berada di meja kasir, sehingga dia tidak perlu repot-repot berpamitan.

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang