BAB 22: Dua Mantan Kekasih (2)

1.5K 233 16
                                    


Sadam melihat Ersa berbincang dengan seorang pria di lobi kantor.

Lelaki itu baru keluar lift dan melihat Ersa berbicara dengan seseorang. Tidak hanya bicara, mereka terlihat akrab, lalu senyuman ada di bibir perempuan itu. Tak lama kemudian, keduanya berjalan ke arah kafetaria yang berada di lobi kantor.

Sadam melangkahkan kakinya, mengikuti kedua orang itu. Lalu, ponselnya berdering. Telepon dari sekolah Salsa. Sadam melirik jam di pergelangan tangan. Dia mendesah. Dia hampir melupakan bahwa Salsa sudah pulang sejak tiga puluh menit yang lalu dan anaknya itu ditemani gurunya untuk menunggu kedatangannya. Itu artinya, Sadam tidak memiliki waktu untuk mengikuti kedua orang itu.

"Papa ...." panggil Salsa.

Saat ini, Sadam sudah berada di dalam mobil bersama Salsa. Dia menyetir mobilnya perlahan menuju apartemen. Di sebelahnya, Salsa melihat ke arahnya. Sadam mengubah wajah kesalnya menjadi wajah ramah. Lelaki itu tersenyum lembut.

"Iya, Sayang?"

"Beli eskrim," kata Salsa. Anaknya itu tidak banyak bicara. Salsa hanya bicara bila ada yang diinginkannya.

"Kemarin, kan, sudah?" ucap Sadam. Dia memberi aturan bahwa Salsa tidak boleh sering-sering makan es krim. Makanan seperti es krim, kue, cokelat dan makanan manis lainnya hanya boleh dikonsumsi Salsa ketika ada momen tertentu.

Tanpa membalas perkataan Sadam, wajah Salsa cemberut. Dia tidak lagi menoleh ke arah Sadam. Anak perempuan itu memilih diam.

Sadam ingat, minggu ini waktunya Salsa berkunjung ke psikolog. Maka, Sadam berkata, "Sabtu besok boleh, deh. Dua hari lagi." Dia melirik ke arah Salsa. Bertepatan ketika dia menghentikan laju mobilnya dan melihat ke arah Salsa. "Salsa bisa lebih sabar lagi?" tanya Sadam. Salsa tidak menanggapi pertanyaan ayahnya itu.

"Salsa ...." panggil Sadam. Pada saat itu, lampu hijau menyala. Sadam segera melajukan mobilnya. Begitu sampai apartemen, Sadam menurunkan Salsa. Anak gadisnya itu sudah tidur dengan nyenyak.

Ketika sudah di kamar Salsa, Sadam menidurkan anaknya itu ke atas ranjang. Dia melepaskan sepatu dan tas Salsa. Lalu, Sadam keluar kamar, menuju dapur. Lelaki itu mengambil air mineral dan meminumnya sampai habis.

Dia akan membiarkan Salsa tidur setengah jam lagi. Anaknya itu harus makan malam dan mandi. Semestinya, Sadam tidak boleh membiarkan Salsa terlelap jam segini. Ini akan merepotkannya dan tidak baik bagi Salsa sendiri. Namun, pikiran Sadam saat ini campur aduk. Dia tidak bisa berpikir secara jernih. Logikanya sedang goyah.

Tentu, hal itu berkaitan dengan Ersa.

Siapa lelaki itu?

***

Siang itu, di kantin kantor Sadam kembali melihat Ersa bersama lelaki itu.

Sadam baru saja masuk ke area kantin, lalu matanya menangkap sosok Ersa bersama lelaki kemarin. Keduanya duduk dalam satu meja dengan obrolan yang tidak dimengerti olehnya. Hanya saja keduanya terlihat sangat .... menikmati itu.

Sadam menarik napas berat, melonggarkan dasinya. Dia segera memesan makanan dan mencari meja kosong. Siang itu, Sadam makan dengan terburu-buru dan tidak tenang. Dalam hatinya dia menyesal. Semestinya, dia pergi makan di luar saja daripada dia harus merasa canggung di ruangan ini.

Maka, Sadam menyelesaikan makan siangnya dengan cepat, akan tetapi karena terburu-buru dia tersedak. Sadam menepuk dadanya berkali-kali, lalu meneguk air mineralnya. Lelaki itu tidak memiliki alasan yang pasti kenapa dia merasa tidak nyaman melihat kedekatan antara Ersa dan lelaki di depannya itu.

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang