BAB 27:

658 148 15
                                    


catatan penulis:

Hai-hai, maaf saya lama nggak update atau nulis cerita. But, ini dia kelanjutannya! Padahal sudah selesai saya tulis minggu lalu, tetapi lupa update *dasaraku*

btw, minta tolong diramaikan, ya. Saya butuh suntikan semangat. Thank you!

------------------------------------------------------------

Sadam menggendong Salsa yang terbalut dengan handuk. Laki-laki itu membawa gadis kecilnya ke kamar, kemudian mengeringkan tubuh anak satu-satunya itu. Begitu tubuh kecil itu kering, Sadam memberikan pakaian ke Salsa. Dengan perlahan, Salsa mengenakan kaus dan roknya sendiri. Sesekali, Sadam membantu Salsa melakukan itu.

"Mau sarapan sekarang?" tanya Sadam. Salsa mengangguk. "Bagaimana kalau sarapan di luar? Kita jalan-jalan."

Dengan cepat, Salsa mengangguk.

"Tunggu papa, ya," ucap Sadam lagi. Salsa mengangguk dan keluar kamar. Sadam segera membersihkan dirinya, berganti pakaian, lalu mengambil kunci mobil dan dompet.

Sadam mengajak Salsa ke restoran cepat saji. Dia memesan pizza ukuran sedang untuk dimakan bersama. Selama Salsa menyantap sarapannya, pikiran Sadam melayang ke ponselnya. Dia mengecek kotak masuk di smartphone-nya. Dia sudah mengirim pesan dan menghubungi Ersa berkali-kali, tetapi perempuan itu tidak menghiraukannya.

"Enak ...." ucap Salsa. "Papa minum."

Tangan Sadam terulur mengambil botol air mineral di depannya. Dia membuka tutup botol itu, kemudian mengulurkannya pada Salsa. Gadis kecilnya itu meraihnya, lalu meminumnya secara perlahan. Begitu selesai, Sadam menutup kembali botol air mineral dan meletakkannya ke atas meja.

Selesai minum, Salsa kembali melahap pizza-nya. Sadam sendiri masih sibuk mengecek ponselnya. Pagi tadi, dia ingin mengejar Ersa dan memperbaiki keadaan mereka. Akan tetapi, Salsa keburu bangun. Sadam memutuskan akan menemui Ersa. Tidak tahu kapan. Bila dia menemui Ersa di kantor, itu hal yang tidak mungkin. Perempuan itu pasti menolak bicara urusan pribadi dengannya.

Memangnya, mereka membuat kesalahan? Sadam berpikir bahwa hal yang terjadi semalam adalah hal yang wajar. Semasa remaja, mereka sudah pernah melakukannya. Memangnya, sekarang melakukan hal itu lagi, apa bedanya?

Sadam mendesah. Mungkin, dia terlalu terburu-buru. Semestinya, Sadam memberikan penjelasan mengenai hubungan mereka. Mungkin, jika hubungannya dengan Ersa jelas, perempuan itu tidak akan marah.

"Salsa kangen tante Ersa," ucap Salsa, secara tiba-tiba. Seakan-akan bocah itu tahu bahwa ayahnya sedang merindukan Ersa juga. Sadam segera menghentikan kegiatannya, lalu melihat ke arah Salsa.

"Kamu mau bertemu tante Ersa?" tanya Sadam. Salsa tidak langsung menjawab. Gadis kecilnya itu masih mengunyah potongan pizza-nya secara perlahan. Dengan sabar, Sadam menunggu jawaban dari Salsa. Lalu, Salsa mengulurkan tangannya. Sadam segera menyerahkan air mineral pada Salsa.

Setelah itu, Salsa mengangguk, "Mau."

Sadam menarik sudut-sudut bibirnya, lalu dia berkata, "Dihabiskan dulu pizza-nya. Setelah itu, kita ke tante Ersa."

"Pizza buat tante Ersa," tambah Salsa.

"Tentu, kita bawakan pizza juga."

***

"Kamu ada di apartemen?"

Pesan itu diabaikan oleh Ersa. Hari ini dia tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan atasannya itu. Maka, setelah membaca pesan itu, Ersa meletakkan kembali ponselnya dan melanjutkan tidur. Dia tidak berencana ke mana-mana hari ini. Mungkin, dia hanya akan mengambil cucian sore nanti, setelah makan siang. Lalu, dia akan kembali ke apartemen.

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang