BAB 8: Lelaki Berlesung Pipi

1.5K 266 10
                                    


Hari itu tirai di kantor Sadam terbuka lebar.

Dari tempatnya duduk, Ersa bisa melihat Sadam mengenakan kaca mata dan serius menatap komputer jinjing di depannya. Kedua alis lelaki itu saling bertemu. Ersa juga bisa melihat Salsa duduk di sofa tidak jauh dari meja kerja Sadam. Gadis kecil itu menunduk, memainkan ujung roknya. Dia hanya melakukan itu saja sejak tadi.

Melihat hal itu, Ersa menjadi kasihan.

Sedikit banyak, Ersa tahu bagaimana Sadam dulu. Lelaki itu sama sekali tidak menyukai anak-anak. Bagi lelaki itu, anak-anak merupakan pembuat ulah yang ulung. Manja dan egois. Saat itu, Ersa berpikir bahwa nanti ketika dia menikah dengan Sadam, mereka tidak akan memiliki anak karena lelaki itu membenci anak kecil.

Namun, ketika tahu Elsa hamil dengan Sadam, Ersa terkejut. Lebih terkejut lagi, ketika tahu Sadam mengambil hak asuh Salsa.

Siang tadi, Ersa melihat Sadam keluar kantor secara buru-buru. Biasanya, lelaki itu akan menyapa karyawannya ketika keluar dan mengatakan akan pergi ke mana. Tadi siang, Sadam berjalan cepat dan keluar begitu saja.

Ersa menduga ada masalah di sekolah Salsa. Melihat Sadam membawa Salsa ke kantor.

Ersa mendesah. Dia mengalihkan perhatiannya dari kantor Sadam ke pekerjaannya.

"Fokus, Ersa," dia berbicara pada dirinya sendiri. Entah karena Ersa pernah menjadi bagian dari hidup Sadam, fakta bahwa Salsa juga masih sedarah dengannya, atau dia masih peduli dengan kehidupan Sadam. Apa pun itu Ersa harus fokus dengan kehidupannya sendiri.

Dia ingat, dia dan Sadam sudah berjanji untuk tidak berhubungan lagi. Maka, Ersa harus konsisten dengan keputusannya itu.

Begitu dia mulai memperhatikan pekerjaannya, sebuah pesan singkat masuk ke aplikasi jual beli miliknya. Tiga hari lalu, Ersa mengunggah beberapa buku ke situs tersebut untuk dijual. Kemarin, dia mendapatkan pesan dari salah satu pembeli. Dia ingin melakukan transaksi secara offline. Pembeli itu bilang kebetulan mereka satu kota.

Ersa mengiyakan.

Sekarang, pembeli itu kembali mengirim pesan untuk mengkonfirmasi pertemuan mereka nanti malam. Ersa segera membalas pesan tersebut. Begitu selesai, rekan kerjanya menghampiri.

"Er, dipanggil Pak Sadam."

"Eh?" sahut Ersa tanpa sadar. "Oh, oke."

Ersa segera mengambil buku catatannya dan berjalan ke arah ruangan Sadam. Dia mengetuk dua kali, lalu membuka pintu kantor lelaki itu. Ersa tersenyum dan mendekat ke meja Sadam. Lalu, dia melirik ke arah Salsa. Sejak tadi, Salsa menjadi bahan perhatian Ersa.

"Duduk," pinta Sadam. Ersa mengangguk dan melakukan permintaan Sadam. Sadam memberikan beberapa evaluasi mengenai content planner yang dibuat oleh Ersa. Lelaki itu mencoret beberapa hal di laporan yang Ersa berikan pagi tadi.

"Baik, Pak," ucap Ersa begitu Sadam mengembalikan laporan Ersa. Begitu selesai, Ersa berpamitan pada Sadam.

Sebelum Ersa keluar ruangan, Ersa melirik pada Salsa. Gadis kecil itu juga melihat ke arahnya. Keduanya bersitatap untuk sesaat, tapi hati Ersa terasa aneh. Mungkin dia merasakan hal itu karena Salsa adalah keponakannya.

Ersa merasa aneh karena ada jarak begitu jauh di antara mereka. Lalu, Ersa menyadari bahwa gadis itu kehilangan ibunya meskipun ibunya baik-baik saja di luar sana.

***

Di sisinya, Salsa sudah tidur dengan lelap.

Dengan perlahan, Sadam menutup buku cerita malam itu. Dia membetulkan letak selimut Salsa, mematikan lampu baca, dengan hati-hati turun dari ranjang dan berjalan keluar.

Begitu di luar kamar Salsa, Sadam menarik napas berat. Dia segera membersihkan diri. Dengan masih mengenakan kimono mandi, Sadam berjalan ke sisi ranjang dan duduk di sana. Lelaki itu menghela napas berat sekali lagi.

Dulu, dia membenci anak-anak. Mereka berisik, banyak maunya, minta perhatian penuh dan ceroboh. Dia bahkan tidak berpikir untuk memiliki anak. Tapi, bisa-bisanya Sadam mengambil hak asuh Salsa, alih-alih memberikan hak asu itu pada Elsa.

"Kamu nggak menyukai anak-anak, Dam," tukas Elsa waktu itu. Sadam mempermasalahkan hak asuh Salsa ketika perpisahan itu terjadi. "Kenapa kamu menginginkan Salsa?"

"Alasannya jelas, bukan?"

"Apa?"

"Salsa lebih baik bersamaku daripada sama kamu," sahut Sadam. Lelaki itu menatap Elsa dengan intens. Dia tahu bagaimana karakter mantan istrinya itu. Salsa tidak akan diurus dengan baik olehnya. "Lebih baik, kamu nggak membantah apa-apa, agar semua berjalan dengan lancar."

Elsa tidak membantah kalimat Sadam. Dalam hatinya, Elsa menyadari bahwa apa yang dikatakan mantan suaminya itu benar. Dia tidak lebih baik daripada Sadam. Meskipun Sadam tidak menyukai anak-anak, tetapi sangat jelas lelaki itu menyayangi Salsa.

Kini, setelah bertahun-tahun berlalu. Sadam merasa bingung dengan kejadian yang hari ini. Dia tidak menyangka Salsa melakukan itu pada teman sekolahnya. Menurut kepala sekolah, saat ini teman Salsa sudah mendapatkan perawatan. Akan tetapi, bukan berarti masalah selesai. Tentu, Sadam akan membawa Salsa untuk minta maaf pada temannya itu dan Sadam akan menanggung semua biaya yang diperlukan. Akan tetapi, hal yang dicemaskan Sadam adalah bagaimana mendidik Salsa selanjutnya.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Sadam mendesah. Kepalanya terasa berat.

***

Sepulang dari kantor, Ersa menunggu pembeli yang akan membeli buku-bukunya. Dia menunggu orang itu di kafe seberang gedung tempatnya bekerja. Di sisi kanannya, sebuah tas berwarna cokelat berisi buku-buku. Buku-buku itu merupakan buku mengenai marketing online yang pernah dibelinya. Sebagian sudah tidak dibutuhkannya, sebagian lagi karena dia memiliki buku serupa.

Ersa sedang meminum tehnya, ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya. Pesan itu berasal dari aplikasi jual beli. Dari pembeli itu.

Ersa mengatakan di mana posisinya saat ini, pakaian apa yang dikenakannya, serta ciri-ciri lainnya. Setelah mengirim pesan, seseorang berdiri di sisinya.

"Ersa?"

Ersa menoleh ke asal suara. Baru saja dia ingin menyapa calon pembeli itu. Tapi, detik berikutnya dia menyadari sesuatu.

"Ersa!" seru lelaki itu.

"Rendra?" sahut Ersa.

Kini, Ersa berdiri. Dia tertegun melihat Rendra berdiri di depannya. Lelaki itu tersenyum lebar dan memamerkan lesung pipinya.

Ersa tidak menyangka bahwa calon pembeli bukunya adalah mantan kekasihnya.

***

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang