BAB 23: Persaingan Dimulai?

1.7K 224 28
                                    


Apa yang sebenarnya membuat Sadam ketus padanya?

Ersa pikir, hubungannya dengan Sadam sudah lebih baik. Mereka bisa berbincang layaknya teman lama yang bertemu kembali. Akan tetapi, terlihat Sadam masih ketus dengannya. Dia benar-benar tidak habis pikir. Ersa sudah membantu Sadam untuk berbicara dengan Salsa, tetapi lelaki itu memperlakukannya seperti ini?

Ersa mendesah.

Saat ini, dia berada di kamar apartemennya, merebahkan tubuhnya yang lelah. Tak lama, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk. Mendapatkan pesan itu, Ersa membetulkan letak duduknya. Pesan itu dari Elsa.

Hai, sweetheart! Lagi minum ini, inget lo. Gimana kabar?

Ersa mengetik balasan untuk Elsa. Elsa mengirim sebuah foto es teh dengan gelas besar. Kedua alis Ersa saling terhubung. Dia bertanya-tanya, di mana Elsa berada. Ersa membesarkan foto itu. Namun, tetap saja Ersa tidak tahu di mana lokasi Elsa sekarang.

Baik. Lagi di mana?

Tak lama kemudian, Elsa, membalas pesan Ersa.

Bali, Beb. Kangen, deh. Pengen ketemu. Nanti, kalau aku ke Jakarta.

Ersa membalas pesan Elsa. Lalu, perbincangan mereka terhenti. Selama ini, Ersa sama sekali tidak pernah membahas mengenai Sadam lagi. Sejujurnya, Ersa ingin memberitahu Elsa mengenai Salsa. Terutama, ketika mengetahui kondisi Salsa. Alasan kenapa Salsa menyakiti temannya.

Anak itu tidak memiliki ibu di sisinya. Sosok ibu itu telah lama hilang dari hidup Salsa.

Ersa sadar bahwa Salsa mau berbicara dengannya tidak lebih karena dia mirip dengan Elsa. Mungkin juga itu refleksi kerinduan yang dirasakan oleh Salsa. Sadam berkata bahwa anak itu tidak banyak bicara. Tapi, Ersa percaya Salsa sebenarnya anak yang ceria.

"Ah, sial," gerutu Ersa. Kenapa dia jadi memikirkan anak orang lain? Memang, Elsa saudaranya. Tapi, Salsa bukan tanggung jawabnya. Dia kembali mengingat mengenai sikap ketus Sadam kepadanya. Mengingat hal itu membuat Ersa membuang jauh-jauh perasaannya pada Salsa.

"Kamu anak yang baik," ucap Ersa. "Sayangnya, ayah dan ibumu tidak."

***

Ersa baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan kaus dan celana pendek. Bersiap-siap untuk tidur. Namun, dia mendapatkan pesan dari Sadam. Ersa berkali-kali membaca nama yang tertera halaman perpesanan. Sadam. Nama itu jelas-jelas Sadam.

Kamu sudah tidur? Aku di bawah.

Begitu pesan yang tertulis. Ersa masih menautkan kedua alisnya, bertanya-tanya apa maksud Sadam dengan di bawah? Maksudnya, dia berada di luar gedung apartemennya?

Ersa segera mengambil jaket, lalu keluar unit apartemennya. Dia tidak berpikir panjang bahwa Sadam salah kirim pesan atau lelaki itu sedang mengerjainya. Namun, Ersa hanya menggerakkan tubuhnya begitu saja ke bawah. Begitu sampai lobi, Ersa melihat Sadam berdiri di sisi dinding. Lelaki itu memasukkan satu tangannya ke saku celana, tangan lainnya membawa kantong.

Perempuan itu segera menghampiri Sadam.

"Ada apa?" tanya Ersa, tanpa basa basi. Dia nyaris lupa bahwa Sadam adalah atasannya di kantor. Namun, dia memang tidak peduli mengenai status mereka. Saat ini, Ersa dan Sadam berada di luar kantor. Lagi pula, hubungan keduanya memang rumit.

Sadam mengulurkan kantong yang dibawanya pada Ersa.

"Apa itu?"

"Permintaan maaf."

"Permintaan maaf?" Ersa mendesah. Dia mengerti alasan kedatangan Sadam ke sini. Lalu, dia mengingat mengenai Salsa. "Salsa di mana?"

"Di mobil," sahut Sadam, tenang.

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang