12 | Liburan Yuk?

2.6K 61 0
                                    

Kalian lebih senang naik motor atau mobil?

Kalian lebih senang naik motor atau mobil?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA

Sebuah ketukan pintu membangunkan Zena dari mimpi indahnya. Mimpi menikah dengan Angkasa. Dimana hal itu sangat sulit untuk terjadi, restu orang tua Angkasa belum ia dapatkan malah setiap bertemu dengan ibunya, Zena hanya mendapatkan cibiran.

Angkasa berdiri di depan rumah kontrakan Zena sambil membawa bucket bunga mawar merah berukuran besar. Zena tersenyum senang. Namun ketika mengingat ia yang baru saja bangun tidur, buru-buru ia menutup pintu itu kembali.

"Sayang? Kenapa ditutup lagi?" ketuk Angkasa heran.

"Aku baru bangun. Jelek" ucap Zena malu.

"Gak jelek sayang. Ayo dong pintunya dibuka" pria itu menekan knop pintu tetapi Zena terlanjur menguncinya sehingga ia tidak bisa masuk begitu saja di dalam rumah tersebut.

Pria itu mencoba membuka lagi bahkan dibarengi dengan ketukan pintu. "Zena? Buka pintunya" suaranya terdengar tegas. Wanita itu pun pasrah membuka kunci dari pintu tersebut beserta daun pintunya.

Senyuman terpampang di wajah tampannya. Lesung pipi di kedua pipinya terlihat jelas. Ia merentangkan tangannya dan membawa Zena ke dalam pelukannya.

"Rindu kamu" gumamnya sambil mengecup lembut puncak kepala Zena.

"Aku juga rindu Om Angkasa" Zena melingkarkan tangannya di pinggang pria itu dan menyandarkan kepalanya di dada bidangnya.

Mereka berpelukan selama beberapa menit. Hingga Angkasa mendorong Zena menjauh dan mengecup bibirnya.

"Om! Aku belum sikat gigi" Zena mendorong dadanya keras dan menutup bibirnya.

Angkasa terkekeh pelan. Ia mengulurkan tangannya menyuruh Zena untuk mendekat dan wanita itu pun bergerak perlahan.

"Baru bangun yah?" tanya nya lembut, dan dibalas dengan anggukan oleh Zena. "Tumben bangun kesiangan" ucap pria itu.

"Habisnya semalam aku nungguin chat seseorang!" Zena mendengus pelan, sengaja menyinggung pria itu.

"Maaf sayang. Semalam Milo sangat manja tidak mau ditinggal, dan ponselku ketinggalkan di kamar. Makanya aku tidak membalas pesanmu" balas pria itu menjelaskan situasinya kemarin malam.

Zena menghembuskan napas pelan. Jika menyangkut anaknya, ia bisa apa. Prioritasnya tetap anak-anak, sedangkan Zena nomor dua.

Sebenarnya Zena tidak mempermasalahkan itu. Ia juga menyayangi anak-anak manis itu. Walau Marsha belum sepenuhnya menerima Zena, tetapi Milo, sangat dekat dengannya.

"Alasan diterima. Untung saja Om menyebut nama Milo, kalau tidak—" Zena memicingkan mata menatapnya tajam.

Pria dewasa itu tertawa renyah. "Kalau tidak, kamu mau apa?" ia membingkai wajah Zena menggunakan kedua tangan besarnya.

Om Angkasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang