SELAMAT MEMBACA
"Sudah berkemas Ze?" seorang wanita bertubuh jangkung mengintip di balik pintu kamar kos Zena.
"Masuk aja Fah" panggil Zena sambil membuka lebar pintu kamar kosnya. "Iya nih, besok kan aku sudah harus angkutin barang" ujar Zena.
Setahun yang lalu Zena memutuskan untuk nge-kos padahal orang tuanya berada di kota yang sama. Dengan alasan ingin mandiri ia meninggalkan rumah orang tuanya.
Alasan sebenarnya karena ia tidak sanggup mendengar ucapan tetangga yang mengatainya pengangguran dan beban keluarga. Padahal Zena bekerja, tetapi dari rumah karena pekerjaannya memang berbasis WFA. Hanya saja para tetangga itu tidak mengetahui istilah itu.
"Yah, kamu jadi pindah dong" Ifah, teman samping kos Zena mendesah kecewa. Padahal ia mengira Zena tak jadi pindah sebab wanita itu sangat santai mengurusi barang-barangnya.
Zena menyengir pelan. "Iya Ifah. Maaf yah aku pindah lebih dulu"
"Iya Ze, kamu jaga diri yah disana. Gak ada aku loh yang merhatiin, tapi ada Om Angkasa yah" Ifah tersenyum menggoda dan dibalas pukulan ringan di lengan wanita itu.
Ifah, satu-satunya orang yang mengetahui hubungan Zena dan Angkasa. Kalau ia tidak terciduk oleh wanita itu sedang bermesraan di mobil Angkasa, Zena tidak akan memberitahunya. Namun Zena merasa bersyukur sebab Ifah tidak memandang rendah dirinya, melainkan mendukung hubungan mereka.
"Iya dong!" timpal Zena tersenyum malu-malu.
"Beritahu aku alamat baru kamu yah?"
"Siap! Ibu kos" bisik Zena diujung kalimat.
"Eh ngomong apa sih!" Ifah mencubit perut Zena sambil memeriksa keadaan di luar.
"Lah benar kan perkataan ku, Mas Fauzan suka kamu. Bentar lagi kamu dilamar tuh" celutuk Zena yang membuat Ifah menggeleng cepat.
"No no! Aku gak mau. Ibunya serem" sahut Ifah dan dibalas tawa keras oleh Zena. Wanita itu membenarkan perkataan Ifah.
Ibu kos mereka terkenal garang. Padahal anaknya--Fauzan--berwajah lumayan dan sangat ramah, berbanding terbalik dengan ibunya. Membuat para penghuni kos berpikir dua kali untuk menggebet Fauzan.
"Nina juga ikut kamu dong?" Ifah berjongkok mengelus perut buncit Nina, kucing kesayangan Zena.
"Iyadong. Anak aku itu" sahut Zena yang kini merapikan koleksi tasnya. Ia hanya membawa dua tas saat memasuki kos tersebut, namun sekarang tasnya berkali-kali lipat lebih banyak. Itu karena Angkasa rajin memberinya hadiah.
"Fah," wanita itu menoleh. "Ini buat kamu. Dari dulu kamu suka ini kan?" ujar Zena sambil menaruh tas merek terkenal di pangkuan Ifah.
"Ze gak usah! Ini mahal loh" Ifah mendorong tas tersebut ke tangan Zena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Angkasa [21+]
Romance❗FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA❗ [Update setiap hari pukul tengah malam] 21+ "Zenata," panggilan Angkasa membuat wanita cantik itu tersadar. "Iya, Om?" Zena mendongak menatapnya. "Bolehkan aku mendekatimu?" Zena tidak menjawab. Ia merasa takut sekaligu...