Jam berapa kalian membaca bab ini?
SELAMAT MEMBACA
Sedari pagi Angkasa menemui Zena, beralasan sedang tak enak badan ia pun memeluk Zena dan tak ingin ditinggal oleh wanita itu.
Zena merawatnya dengan sepenuh hati. Menyuapinya makan, membantunya minum, bahkan rela dipeluk oleh pria tersebut. Zena tak protes sama sekali, hingga ia merasa Angkasa hanya mempermainkannya.
"Om beneran sakit?" tanya Zena meragukan Angkasa.
"Iya sayang, kamu gak merasakan panas tubuh aku?" Angkasa membawa telapak tangan Zena ke dahi pria itu, yang memang terasa lebih panas dari suhu normal tubuh.
"Kalau sakit kenapa gak dokter? Kenapa Om malah ke sini" ujar Zena bingung.
"Obatnya kan ada disini," Zena menatapnya bingung.
"Aku hanya butuh kamu untuk sembuh sayang" kata Angkasa sedikit menggombal. Ia menelusupkan wajahnya di lekukan leher Zena dan mengelus ringan perut wanita itu.
"Om..." Zena menggeliat kegelian karena Angkasa terus mengendus lehernya.
"Hm?" pria itu bergumam tak jelas.
"Udah dong Om, aku mau kasih makan Nina kasihan dia" Zena menjauhkan wajah Angkasa dari lekukan lehernya, tetapi pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Zena.
Angkasa menghisap keras kulit leher Zena hingga membuat wanita itu mengerang tak tertahan. "Jangan tinggalin bekas!"
Namun sudah terjadi. Angkasa sudah memberikan tanda kepemilikan di leher Zena. Tak hanya satu melainkan tiga sekaligus.
"Om!" rengek Zena. Ia memberontak dan langsung beranjak dari tempat tidurnya. "Rese!" wanita itu berdecak kesal dan meninggalkan Angkasa sendirian di kamarnya.
Zena menghentak-hentakkan kakinya karena kesal dengan Angkasa. Ia sangat tidak suka jika pria itu meninggalkan bercak merah di tubuhnya, menurutnya sangat merepotkan. Ia harus menutupinya menggunakan makeup dan juga baju berkera tinggi.
Nina, si kucing gembul itu langsung menghampiri Zena kala ia melihat wanita itu. Zena pun memberikan makanan kucing di dalam mangkuk makan Nina dan duduk tegap di teras rumahnya.
"Sayang," panggil Angkasa. Ia menghampiri Zena dan memeluk leher wanita itu. "Maaf ya?" bujuknya lembut. Namun Zena tetap diam.
"Om bantu hilangin deh" bujuknya lagi dan dibalas dengusan keras dari Zena.
"Caranya gimana? Ada-ada aja!" Zena segera bangkit dari kursi rotan tersebut dan berjalan memasuki rumahnya. Ia menyalakan televisi dan menonton film kartun upin & ipin.
"Jangan marah dong sayang, Om sedih nih" Angkasa meraih tangan Zena dan mengecupnya pelan.
Wanita itu melirik kearah Angkasa dan mengerutkan keningnya tak suka. "Geli ih!" cibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Angkasa [21+]
Romance❗FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA❗ [Update setiap hari pukul tengah malam] 21+ "Zenata," panggilan Angkasa membuat wanita cantik itu tersadar. "Iya, Om?" Zena mendongak menatapnya. "Bolehkan aku mendekatimu?" Zena tidak menjawab. Ia merasa takut sekaligu...