17 | Hasutan Ratih

1.8K 47 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA

Angkasa menemani Milo yang bermain di taman belakang. Anak itu memintanya bermain bola kaki, sehingga mereka melakukan satu babak permainan.

Setelah lelah, ia hanya duduk memperhatikan Milo yang kini tengah bermain sepeda.

Pria itu berbalik ketika mendengar seseorang bertamu di rumahnya. Itu Ratih, ibu dari almarhum istrinya.

"Terima kasih bu sudah datang," ya. Angkasa yang memanggil wanita itu kemari, tentu saja untuk membicarakan apa yang terjadi kemarin.

"Kamu mau ngomong apa?"

"Aku mau menanyakan alasan ibu membuat keributan di rumah Zena"

Sebelah alis Ratih terangkat. "Keributan?"

"Ya. Dan alasan ibu menampar Zena"

"Dia mengadu? Huh. Dasar wanita tak tau diri. Dia mengarang cerita, aku bahkan tidak sudi meyentuhnya"

"Ibu! Aku melihat sendiri bekas tamparan di pipinya" potong Angkasa terpancing emosi.

"Maka dia menampar sendiri pipinya!" wanita itu tidak ingin mengaku.

"Ibu sampai kapan kamu menolak kehadiran Zena. Sudah setengah tahun bu, dan ibu masih tidak menyukainya" lirih Angkasa.

"Sampai kapan pun aku tidak akan menerimanya menggantikan Maya!" kata Ratih tak ingin dibantah. Wanita itu benar-benar keras akan pendiriannya.

"Ibu tolong hargai pilihan aku. Aku memilih Zena sebagai pendamping hidupku. Aku bukannya ingin menggantikan Maya sebagai ibu dari anak-anak, tetapi mereka membutuhkan peran seorang ibu, begitupun aku bu, aku membutuhkan seorang isri. Aku harap ibu bisa menerima itu"

Angkasa pergi meninggalkan Ratih. Seberapa keras ia menjelaskan kepada wanita paruh baya itu, ia tidak mau mengerti. Ia tidak ingin ada wanita yang menggantikan anaknya di hidup Angkasa maupun anak-anak mereka.

Hanya Maya yang bisa menjadi istri Angkasa. Tak ada wanita lain.

"Milo" panggil Ratih kepada anak yang sedang bermain sepeda itu.

Milo hanya meliriknya sekilas, tetapi tidak menghampirinya. Ia masih ngambek karena ulah pemulangan paksanya itu.

"Kamu marah sama Oma?" tanya Ratih sambil menghampiri Milo. Anak itu mengangguk pelan dan mengayuh sepedanya menjauh.

Tak berapa lama, Milo mengayuh sepedanya mendekati Ratih. Karena merasa lelah ia pun duduk selonjoran sambil menikmati minuman dingin yang diberikan asisten rumah tangga tersebut.

"Milo," anak itu menoleh. "Kalau kamu diajak Papa ke rumah Tante Zena, jangan mau. Nanti kamu di sakitin sama wanita itu"

"Tante Zena gak gitu Oma. Dia baik"

Om Angkasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang