38 | Bujukan Marsha & Milo

1.4K 51 3
                                    

SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA

"Kamu datang lagi?" tanya ayah Zena ketus. Walau ia sedikit menunggu kedatangan Angkasa.

"Iya Pak, tungguin saya yah?" ucap Angkasa bercanda.

"Ck! Kepedean kamu" decak ayah Zena dan langsung duduk di kursi teras rumahnya. Tanpa di persilahkan Angkasa segera duduk di samping calon ayah mertua sambil menaruh kopi yang ia bawa dari luar.

Hampir setiap hari Angkasa mendatangi rumah orang tua Zena. Tak ada kapoknya walau terus di usir oleh sang ayah. Hingga memasuki pekan ketiga, ayah Zena sudah mulai menerimanya.

Ia tidak lagi mengusir Angkasa dan membiarkan pria itu duduk di kursi teras sebelahnya. Jika ayah Zena meminum kopi buatan sang istri, maka Angkasa membawa sendiri kopinya dari luar.

Setiap berkunjung, Angkasa tak lupa membawa buah tangan. Makanan, kue, atau sekedar cemilan ringan. Sampai-sampai ayah Zena berpikir ia sedang disuap. Namun bukan Angkasa namanya jika tidak memiliki jawaban atas segalanya.

"Di makan pak kuenya, kesukaan Zena ini" Angkasa menghidangkan sekotak kue di meja diantara mereka.

"Mau menyuap saya yah kamu!" ayau Zena berkata ketus walau tetap mengambil satu potong kue untuk ia makan.

Tak lama sang ibu menghampiri mereka dan menyajikan kopi untuk suaminya. Hanya satu gelas, karena sang ayah melarang ibu Zena membuat minuman untuk Angkasa.

"Ibu, ini untuk ibu dan Zena" Angkasa memberikan kotak kue yang lainnya kepada ibu Zena.

"Wah, terima kasih yah, repot-repot bawa makanan" ucap sang ibu merasa senang atas perhatian calon mantu.

"Ck! Begitu aja ibu sudah memuji" sahut ayah Zena.

"Ayah!" ibu Zena menegurnya pelan. "Aku bawain ke Zena yah, kamu berbincang-bincanglah sama ayah walau dia sedikit menyebalkan"

Angkasa menahan tawanya, "Iya, bu"

Di kamar Zena.

"Pacar kamu bawaain ini," Lina menaruh sebuah piring di hadapan Zena, kue yang dibawa Angkasa tadi.

"Bang Angkasa ada di depan, Bu?"

"Iya, lagi cerita sama ayah. Ibu kira dia sudah tidak mau datang lagi. Dua hari yang lalu kan ayah menyuruhnya cuci piring di warung, dan kemarin dia gak datang. Ternyata tetap datang dia"

Zena tersenyum kecil. Angkasa benar-benar memperjuangkan restu orang tua Zena. Padahal ayahnya selalu ketus kepadanya.

"Ibu kasihan sama pacar kamu. Ayah sih masih kukuh dengan pendiriannya, padahal pacar kamu sudah memperlihatkan kesungguhannya" sang ibu malah curhat kepada Zena.

"Mungkin ayah mau melihat perjuangan bang Angkasa, Bu?" Kata Zena menebak-nebak.

"Iya juga, tapi sampai kapan. Kalau sudah saling cinta yah segerakan saja" Zena setuju bahkan sangat setuju dengan perkataan sang ibu.

Om Angkasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang