SELAMAT MEMBACA
"Makan dulu sayang," Angkasa berusaha mmebujuk Zena untuk melepaskan laptoonya. Namun wanita itu menggeleng keras. Ia tidak ingin berhenti sebelum pekerjaannya selesai.
Zena dan Angkasa sebenarnya sama saja. Mereka sama-sama perfeksionis apalagi menyangkut pekerjaan.
Beberapa hari yang lalu, Zena mengambil projek dari sebuah restoran jepang yang sebentar lagi launching. Ia diberi waktu tenggat seminggu, tetapi wanita itu ingin menyelesaikan projeknya sebelum waktu yang diberikan.
Jadilah sedari pagi wanita itu terus berada di depan laptopnya, mengerjakan projek miliknya.
Angkasa menemuinya ketika memasuki waktu makan siang. Sudah seminggu pria itu pergi ke kantor hanya setengah hari. Ia ingin terus bertemu dengan Zena dan berada di dekat wanita itu.
Padahal ia sudah berniat untuk melamarnya kepada orang tuanya, namun Zena menolak. Ia pikir akan lebih baik jika dia memberitahu orang tuanya lebih dulu.
Zena merenggangkan kedua tangannya, terutama jari-jarinya. "Arghhh akhirnya selesai!" erangnya sambil tersenyum puas.
"Syukurlah, sekarang kamu makan yah" Angkasa dengan cepat menyingkirkan laptop Zena dan menaruh piring berisi lontong sayur di hadapan wanita itu.
Wanita itu tersenyum kecil. Angkasa benar-benar membelikannya lontong sayur. Padahal ia hanya memilih menu acak ketika pria itu menanyakannya. Terlalu fokus kepada pekerjaan membuatnya memilih makan siang secara acak.
"Terima kasih Abang" ucap Zena, kemudian menyantap makanannya itu. "Abang tidak makan?" tanya nya ketika menyadari Angkasa hanya menatapnya.
"Sudah! Aku kelaparan menunggumu bekerja" jawab Angkasa ketus.
Zena terkekeh pelan. "Maaf Abang. Harus aku selesaikan sekarang, takutnya gak bisa aku kerjakan esok hari"
"Tidak apa-apa. Makan lah"
Angkasa meperhatikan wanita itu makan. Merekam setiap ekspresi yang ditampilkan oleh wanita tersebut.
Setelah makan, Zena menaruh piring kotornya di wastafel dan kembali duduk di meja makan. Pria nya sedang memakan dessert box yang membuat Zena ngiler.
"Mau," Zena membuka mulut meminta di suap. Dan dengan senang hati pria itu menyuapinya. "Enak!" puji Zena kemudian duduk di hadapan Angkasa.
"Sayang, Milo ingin aku memberitahumu kalau dia siap jadi guru les berenang kamu"
Mata Zena menyipit gemas, yang diikuti dengan tawa kecil darinya. "Aduh gimana kalau dia yang mengajariku, pusing!"
Mereka tertawa bersama.
"Ujian matematika Milo gimana, Abang?"
"Dia kecewa karena tidak dapat seratus padahal sudah belajar giat" jawab Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Angkasa [21+]
Romance❗FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA❗ [Update setiap hari pukul tengah malam] 21+ "Zenata," panggilan Angkasa membuat wanita cantik itu tersadar. "Iya, Om?" Zena mendongak menatapnya. "Bolehkan aku mendekatimu?" Zena tidak menjawab. Ia merasa takut sekaligu...