18 | Marahnya Marsha

1.8K 49 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA

Seorang gadis remaja berpakaian seragam sekolah tengah berdiri di depan rumah Zena. Tak ada senyuman, bahkan menatap Zena dengan wajah ditekuk.

"Marsha? Ayo masuk sayang" Zena menyingkir dari depan pintu agar Marsha bisa masuk ke rumahnya.

Gadis remaja itu pun duduk di kursi tamu Zena sambil memperhatikan keadaan sekitar. Dan matanya tertuju kepada sebuah sepatu olahraga yang berada di rak sepatu Zena. Sepatu milik Papanya.

"Mau minum jus gak? Atau Tante bikinin milkshake coklat?"

"Gak usah Tante, Marsha hanya mau ngomong dengan Tante"

Entah mengapa Zena tiba-tiba merasa cemas.

Ia pun duduk di samping Marsha menunggu gadis remaja itu membuka mulutnya.

"Marsha cuman mau bilang kalau Marsha gak mau Tante Zena jadi mama tiri Marsha"

Duarrrrr.

Kecemasan Zena terbukti. Ucapan atau bahkan ungkapan hati dari anak itu seketika mematahkan hati Zena.

Raut wajahnya seketika memucat, dan berusaha menahan tangis. Ia tak tau jika penolakan dari Marsha lebih sakit daripada ditolak gebetannya semasa sekolah.

"Semenjak ada tante, Papa tidak lagi memperhatikan aku. Papa lebih sering bersama tante daripada bersama aku dan Milo"

"Ti—"

"Marsha tidak suka Tante Zena" potong anak itu cepat.

"Apa tante berbuat salah dengan Marsha?" tanya Zena lembut, mencari alasan dari kemarahan Marsha.

"Salahnya tante karena berpacaran dengan Papa! Tante Zena tidak pantas untuk Papa"

Rasanya ada belati yang menusuk jantung Zena. Sakitttt.

Zena pernah mendengar jika ia tidak cocok bersama Angkasa. Entah karena jarak umur mereka yang jauh, atau karena status pria itu. Namun ucapan langsung dari Marsha berkali-kali lipat menyakitkan.

Anak itu pasti tau apa yang terbaik dan apa yang pantas untuk ayahnya. Dan Zena merasa kemarahan Marsha adalah hal wajar karena ia menyayangi ayahnya.

"Marsha. Tante ambilkan minum yah dan bicarakan baik-baik apa mau kamu" tanpa menunggu respon Marsha. Zena segera melangkah menuju dapur. Ia menuangkan jus jeruk ke dalam gelas kaca dan membawakannya ke hadapan anak itu.

"Minum dulu" ujar Zena sedikit memaksa.

Untungnya anak itu mau menurut. Ia meneguk jus jeruk itu hingga setengah dan menyeka bibirnya.

"Ayo katakan apa yang Marsha inginkan?" kata Zena berusaha tenang. Tak ingin terpancing emosi.

"Marsha gak mau punya mama tiri. Tante juga pasti gak mau kan ada mama tiri? Marsha juga gitu! Gak sudi punya mama tiri!"

Om Angkasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang