🍑04

81.3K 7.9K 191
                                    

"Nyonya Alodia, gelasnya hanya boleh dipegang satu tangan. Bila dua tangan begitu, Nyonya akan mendapat ejekan dari bangsawan lain."

Hari ini Tera memberikan pelajaran etiket pada Deziana setelah melihat selama beberapa hari tingkah nyonya-nya itu jauh dari kata bangsawan.

Bahkan tempo hari, Tera mendapati Deziana makan nasi menggunakan tangan dibanding memakai sendok.

"Bibi Tera, kenapa semua bangsawan selalu melakukan hal tak berguna seperti ini? Padahal ada yang simpel, tapi mereka malah memilih yang berbelit-belit." keluhan Deziana untuk kesekian sekali lagi diabaikan Tera. Menghadapi sikap baru nyonyanya, Tera kali ini harus bersikap sedikit tegas.

Biar bagaimanapun wanita itu adalah selir dari kaisar terdahulu.

"Nyonya, ini demi kebaikan Anda."

Gava yang sedang berjalan bersama tangan kanannya berhenti sejenak setelah tak sengaja menangkap kehadiran sosok ibu tirinya.

"Apa yang dia lakukan?"

Menyadari pertanyaan Gava tetuju padanya, sang tangan kanan segera menjawab.

"Nyonya Alodia sedang belajar etiket bangsawan. Belakangan ini Nyonya sering bertingkah aneh. Bahkan kemarin saya sempat memergoki Nyonya sedang lompat jongkok sambil berhitung." terangnya tak lupa dengan kepala yang setia menunduk.

Gava menyerngit heran kembali ia menaruh atensi pada Deziana. Terlihat Tera memukul pahanya ringan saat Deziana tak sengaja duduk mengangkang.

"Nyonya, bila seperti ini Anda tidak akan mendapat suami di masa depan. Tingkah Anda sudah seperti laki-laki."
Samar Gava mendengar keluhan pelayan itu. Gava tidak tau namanya, tapi Gava tau dia adalah pelayan pribadi ibu tirinya.

"Bibi terlalu negatif thinking. Aku tak jelek-jelek amat, banyan buaya jantan mengantri padaku. Bila suatu saat Bibi tidak melihatku di istana, itu berarti aku sedang berpetualang mencari ayah baru buat anak-anakku." pongahnya dengan kedua alis naik turun.

"Apa Nyonya sudah melupakan pangeran mahkota?" Tera sedikit berbisik, topik ini cukup sensitif bila dibahas ditempat terbuka.

"Bibi, saat itu aku khilaf. Tapi percaya padaku, perasaanku pada putra mahkota sudah tidak ada selain perasaan seorang ibu pada anaknya." terang Deziana lugas. Ia menatap yakin Tera, berharap Tera bisa menangkap kesungguhan dalam kalimatnya.

Tera tersenyun haru, akhirnya setelah berbulan-bulan, Deziana sadar juga.

"Saya sangat bersyukur Nyonya. Semoga dengan perubahan Nyonya, bisa membuat istana ini hidup kembali seperti dulu." akunya dengan mata berkaca-kaca.

Deziana jadi merasa bersalah, bagaimana bila Tera tau bahwa dirinya memiliki niat meninggalkan istana ini bahkan sekarang saja Deziana masih mencari cara agar bisa kembali kedunianya.

"Semoga saja, Bi." Deziana tak bisa berjanji, dia akan memainkan peran sebagaimana ibu sambung pada umumnya sampai batas waktu yang ditentukan.

"Ternyata Nyonya memang ingin berubah. Ini sebuah keajaiban Pangeran." timpal Zry usai keduanya mendengar pengakuan Deziana. Pantas saja belakangan ini selir muda itu tak lagi gencar mendekati Gava.

Semoga saja ini murni tanpa ada niat tertentu.

Gava tak menimpali selain melengos pergi meninggalkan area gazebo diikuti Zry di belakangnya.

🍑🍑🍑

Setau Deziana, dia sedang rebahan seraya menghayal saat Tera dan pelayan muda yang diketahui bernama Nana itu menyeretnya menuju barak.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang