🍑06

74.2K 6.9K 230
                                    

Deziana menguap lebar saat Nana membangunkannya paksa padahal ini masih teramat pagi.

"Nyonya jika menguap alangkah baiknya Anda menutupnya menggunakan kipas." Nana menyodorkan sebuah kipas yang Deziana terima secara ogah-ogahan.

"Kenapa rame-rame begini?" tanya Deziana kembali menguap tapi kali ini dia menutup mulutnya menggunakan kipas pemberian Nana.

"Nyonya, 2 hari ke depan kerajaan Ziria akan menyambut festival. Dan Nyonya akan terjun langsung selama proses persiapan festival." ujar Nana kalem, Tera sudah menjelaskan tentang nyonya mereka yang sedikit melupakan sesuatu. Maka dari itu Nana mengingatkannya.

"Ooh, festival." Deziana mengangguk mengerti, tapi tak lama kepalanya menoleh cepat pada Nana. "Apa! Festival! Aku!?" Deziana menunjuk dirinya sendiri dan anggukan Nana menjawabnya meski sedikit terkejut akan reaksi tak biasa wanita itu.

Deziana mendelik, semasa dunianya dulu Deziana paling mentok mengurusi acara ulang tahun sepupunya yang balita. Itupun Deziana kebagian menyapu halaman rumah alih-alih ikut menghias.

Waktunya seharian dihabiskan di kantor. Jadi Deziana tak cukup berpengalaman pada sesuatu yang bukan bidangnya kecuali berkas dan komputer.

"Nana, masih ada Lilyza. Dia putri sah dari kaisar Zareon, sedangkan aku janda ditinggal mati. Sudah tentu Lilyza mempunyai kekuasaan tertinggi dibanding denganku." akunya merendah tak lupa tatapan memelas yang ditujukan agar Nana merasa iba.

"Nyonya tidak perlu khawatir. Yang Nyonya lakukan hanya mengawasi berlangsungnya festival serta memberi masukan bila ada yang tidak sesuai dengan apa yang Nyonya inginkan." terangnya panjang lebar.

Menghembuskan napas panjang, Deziana memijit pelipisnya. Sama sekali tidak ada bedanya menjadi selir dan menjadi nyonya. Keduanya sama-sama masih dibayangi tugas kerajaan. Deziana pikir, status Alodia yang sekarang tidak akan mengurus bagian penting kerajaan. Ternyata anggapannya salah.

"Nyonya, ayo."

🍑🍑🍑

Dua hari disibukkan dengan festival akhirnya Deziana bisa bernapas lega. Sebab Deziana tinggal mengawasi adanya acara berlangsung.

Kini wanita itu sudah siap dengan gaun sederhana khas Deziana. Meninggalkan kesan mewah khas Alodia.

Bila Deziana menyukai pakaian polos, maka Alodia sebaliknya. Bahkan pertama kali kemari, seluruh pakaian Alodia dipenuhi pernak-pernik mahal. Tentu saja Deziana yang buta akan harta tidak menyia-nyiakannya kesempatan dan berakhir pakaian-pakaian itu masuk dalam tempat khusus pengumpulan harta Deziana.

Jika suatu saat Deziana belum bisa menemukan jalan untuk kembali kedunianya dan meninggalkan istana. Maka Deziana bisa menjual baju-baju itu.

Menatap pantulan dirinya pada cermin, Deziana tersenyum pongah. "Lihat, betapa cantiknya dirimu Deziana. Bahkan lebah pun tidak akan berani menyengatmu."

Puk!

Deziana mendesis kesal lantaran seekor nyamuk dengan berani hinggap di pipinya.

"Huh, ternyata nyamuk di sini dan di duniaku tidak ada bedanya. Sama-sama suka menghisap darah wanita cantik."

Setelah bermonolog sebentar, Deziana akhirnya keluar begitu pintu kamarnya dikunci.

"Nyonya, malam ini Anda satu kereta bersama pangeran mahkota." lapor Tera yang seketika membuat Deziana mendelik.

Deziana ingat scene ini, di saat si pemeran utama perempuan dan laki-laki bertemu lalu menghabiskan waktu bersama, maka Alodia justru menghabiskan waktu untuk menggoda anak tirinya tersebut.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang