🍑39

61.6K 10K 2.4K
                                    

No spam ya ReLuvi. 

Aku gak larang komen banyak kok, tapi jangan sampai over hingga ratusan spam. Kasian komen lain jadi ketimbun.

Lebih baik kalian komen tiap paragraf😙

Hayo jujur, selama baca Ibu Tiri?! Adakah dari kalian berharap jangan dulu bejumpa dengan stiker ini (🍑)

Karena apabila stiker ini ada palinggg bawah, itu berarti cerita udah bersambung.

Ada gak?

H A P P Y  R E A D I N G

🍑🍑🍑


"Ibu, kenapa Ibu bohong tentang ayahnya Ale? Bukankah bagus Ale jadi pangelan?"

Pertanyaan Alerion itu menghentikan gerakan tangan Deziana yang menyisir rambut basah anaknya. Menatap pantulan keduanya dari cermin, Deziana tersenyum.

"Ale, terkadang meski kehidupan terlihat indah, nyatanya tidak begitu. Setelah besar, kau akan mengerti tentang realita kehidupan sebenarnya. Kau akan dituntut ini itu, termasuk menjadi pangeran di istana ini. Segalanya akan menjadi tanggung jawabmu," Deziana memutar tubuh Alerion hingga keduanya kini berhadapan dengan Deziana yang mengambil posisi berlutut.

"Ibu tidak ingin kau terlibat dalam urusan istana. Ibu khawatir, akan banyak orang-orang diluaran sana yang akan mencoba memperebutkan kursi kebesaran. Paham kan maksud Ibu?" tukasnya memegang kedua bahu sang anak. Bayangan Alerion di masa depan dengan segala perebutan kursi kaisar sudah menjadi kekhawatiran sendiri baginya.

Apalagi beberapa jam ke depan permaisuri Ziria akan dipilih.

Meski sedikit tidak paham, Alerion tetap mengangguk.

"Dan jelaskan pada Ibu kenapa kau bisa sampai ke istana? Di mana bibi Nana? Ale, kau masih kecil. Kenapa berani bepergian sendirian."

"Hehehhe, maaf, Bu. Habisnya Ale udah lindu. Ale belanikan dili pelgi diam-diam saat bibi Nana sedang mandi." jawab Alerion enteng seolah itu bukanlah hal besar.

Tentu saja Deziana yang mendengarnya melototkan mata. Umurnya baru masuk 3 tahun dan Alerion sudah memiliki jiwa petualang. Deziana jadi merasa takut meninggalkan Alerion tanpa pengawasan.

"Ale, dengarkan apa yang Ibu bilang. Selama kita sendiri, jangan pernah berjalan sendirian tanpa ditemani orang dewasa. Apalagi Ale masih kecil. Paham?"

Alerion mengangguk.

"Masih ingat apa yang Ibu bilang tadi?"

"Ingat. Ale halus pelgi ditemani olang dewasa. Setelah itu Ale tidak boleh ikutan melebut kulsi kaisal." ucapnya yang membuat Deziana memeluknya gemas.

Pintar sekali anaknya.

Deziana tak menyadari bahwa interaksi keduanya sudah Gava lihat sejak tadi. Barulah ketika pria itu berdehem, Deziana melepaskan pelukannya.

"Ayah! Ale udah tampan belum?" tanyanya mengedip-ngedipkan matanya lucu. Gava menggendongnya lalu mencium kedua pipi berisi itu dalam.

"Tampan. Bahkan melebihi ayah," jawab Gava seraya menuntun Alerion keluar dari kamarnya. "Ale tunggu di sini dulu. Ayah mau bicara sama ibu."

"Baiklah."

Usai mendengarnya berkata demikian, Gava kembali masuk dan sudah mendapati sosok Deziana yang telah berdiri siaga untuk melayani pria itu.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang