Seberapa persen rindu kalian terhadap cerita ini?
No spam over yaa..
Komen tiap paragraf itu jauh lebih bagus.😘😘
🍑🍑🍑
Deziana menatap tempat yang mulai sekarang menjadi tempat bernaungnya.
Rumah sederhana tetapi Deziana tetap menyukainya. Senyumnya tersungging lebar begitu masuk kedalam. Rumah yang dibelinya begitu cocok dengan kepribadian Deziana yang menyukai sepi.
"Nyonya, barangnya sudah saya masukan semua." suara seorang kuli pengangkat barang membuat fokus Deziana teralih. Kepalanya mengangguk kemudian memberi uang sebagai tips.
"Terimakasih." ucap Deziana yang dibalas anggukan semangat pria itu.
Deziana lalu duduk, kemudian memijit pelipisnya. Dari semalam sampai hari ini dia tidur tidak nyaman dalam kereta. Bangun, dia langsung menyiapkan segalanya untuk rumah yang akan dirinya tempati.
Mengingat dia hidup sendiri bersama calon anaknya, Deziana memikirkan akan kelanjutan hidupnya di masa depan. Harta yang dibawanya memang cukup, tetapi akan terus habis bila Deziana menggunakan untuk keperluan nantinya pasca lahiran.
Membuka usaha di desa kecil ini sedang Deziana pikirkan. Dia tidak memiliki keahlian di bidang tertentu selain memasak serta mengurus dokumen.
Memasak?
"Desa ini kecil, bahkan rumah bisa dihitung jari." gumamnya memikirkan alternatif lain namun dia belum menemukan usaha yang pas.
Menghela napas panjang Deziana memutuskan untuk istirahat. Entah bagaimana kondisi istana saat ini, yang pasti Deziana berharap mereka tidak mencarinya.
🍑🍑🍑
3 tahun kemudian...
Deziana mengelus pinggangnya setelah mencuci sejumlah tumpukan piring. Tapi meski begitu, ada gurat kebahagiaan sebab hari ini jualannya laku semua. Rasanya tidak ada yang lebih membahagiakan lagi selain melihat tumpukan uang dalam lacinya.
Baru saja selesai menghitung koin-koin berharga itu, seorang tetangganya datang sambil membawa seorang anak kecil.
"Nak Ziana, kau tau hari ini putramu kembali memalak para orang tua di pasar." lapornya segera membuat Deziana bangkit kemudian memusatkan perhatiannya pada anak lelakinya yang kini sedang bersembunyi di belakang tetangganya.
"Alerion, kemari." anak bermanik perak itu menggeleng kuat, takut jika sewaktu-waktu ibunya menjewer telinganya.
Tetangga Deziana itu nampak mengerti lalu menjauhkan tubuhnya agar ibu dan anak itu bisa mengobrol. Meninggalkan keduanya.
Menghampiri putranya itu, Deziana menyamakan posisi tinggi sang anak lalu menatap manik yang memiliki rupa sama dengan pria itu. Bukan hanya mata melainkan seluruh wajah mirip sekali Gava. Hanya warna rambut yang Alerion ambil darinya yaitu coklat terang.
Kadangkala, seiring bertambahnya usia, Deziana khawatir. Biar bagaimanapun seluruh fisik Alerion mengikuti Gava bahkan tak sedikit orang-orang menyamakan Alerion bersama kaisar Ziria itu. Dan Deziana akan selalu menggunakan alasan sama, yaitu semasa hamil Deziana teramat mengidolakan sosok kaisar Ziria tersebut.
Untungnya orang di jaman ini mudah dikelabui.
"Ibu melarangmu keluar bukan? Lalu kenapa malah ke pasar? Dan Ale, astaga. Kau masih kecil, sejak kapan suka malak orang, hah? Gimana kalau orang itu kesinggung terus Ale di apa-apain. Mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Tiri?!
FantasyLAPAK INI BUKAN TEMPAT UNTUK KALIAN NYINYIR! BILA TIDAK SESUAI SELERA KALIAN, BAIK UNTUK PEMERANNYA ATAUPUN ALURNYA, TIDAK USAH DILANJUTIN BACANYA DIBANDING HARUS KECEWA KARENA GAK SESUAI EKPSPETASI KALIAN. 🍑🍑🍑 Dalam hidupnya, Deziana Lorena tak...