🍑56

48.4K 5.8K 663
                                    

Tepat matahari terbenam, Deziana meregangkan badannya. Pinggannya cukup pegal duduk di sana padahal tidak cukup sejam.

Menyandarkan tubuhnya nyaman pada kursi, Deziana menatap ke arah luar. Hari mulai gelap, dan hari ini tepat sebulan hubungan berjarak antara dirinya dan Gava terjadi.

Tok! Tok! Tok!

"Permaisuri, ini sudah waktunya Anda makan. Pangeran dan yang mulia sudah berada di meja makan." suara Nana dibalik pintu terdengar.

Menyimpan berkas berisi pekerjaan istana, Deziana berdiri. Tetapi, bukannya menuju pintu, Deziana berdiri dekat jendela.

"Bawa saja makananku kemari Nana. Beritahu mereka aku akan makan di kamar."

Dan selama sebulan ini juga, Deziana menghindari satu meja bersama Gava. Bukan hanya dirinya, tetapi juga Gava demikian.

Deziana hanya ingin hidup tanpa ada Gava di sekitarnya. Dia, ingin terbiasa tanpa adanya eksistensi Gava.

Setelah Nana menyahutinya, Deziana kembali termenung sembari menunggu makanannya datang.

Sekitar 10 menit, pintu kamarnya dibuka. Kali ini tanpa ketukan membuat Deziana menoleh.

"Ale memintamu makan bersama. Setidaknya, jangan selalu mengikuti egomu." Gava langsung menyemprotnya.

Mendengar nama anak pertamanya, mau tak mau Deziana beranjak meninggalkan tempatnya.

"Ibu, apa Ibu sakit?"

Pertanyaan Alerion menyambutnya tepat Deziana tiba di meja makan. Sedikit susah dirinya duduk, Deziana memberi gelengan pelan.

"Ibu hanya kelelahan. Sekarang Ale makan, ya." bujuknya sedangkan Gava sudah duduk di tempat seperti biasanya.

"Maaf, Bu. Ale hanya rindu berkumpul seperti ini." ungkap anak kecil itu yang tanpa sadar tiap perkataannya bagai sebilah pisau tajam yang menikam dua orang lainnya.

Gava dan Deziana saling lempar pandang.

"Belakangan ini Ayah dan ibu sibuk. Ale juga kan? Tapi hari ini, kita berdua akan selalu bersama Ale." tutur Gava yang mana berhasil menciptakan satu lengkungan manis di bibir Alerion.

Gava merasakan tatapan Deziana mengarah padanya, namun memilih abai padahal Deziana sedang menuntut maksud perkataannya barusan.

Berganti menatap Alerion, Deziana membuang napas pendek. Tidak mungkin dia menyuarakan penolakan saat melihat wajah penuh binar anaknya.

Makan malam berlangsung setelahnya. Tak ada lagi obrolan mengingat tata krama ketika sudah berada di meja makan.


🍑🍑🍑


Seperti yang dikatakan Gava, maka di sinilah ketiganya berada. Meski tak sampai keluar istana, nampaknya Alerion tetap menikmati waktu yang dihabiskan bersama orang tua.

"Ibu tidak bisa jongkok, nanti adiknya Ale melompat keluar." celetuk Alerion sedikit mengejek Deziana lantaran hanya bisa jadi penonton saat ia dan Gava sibuk merangkai bunga dengan posisi demikian.

Padahal Deziana bisa melakukannya dengan posisi duduk, tapi memang pada dasarnya dia sedang malas bergerak. Alhasil, hanya menjadi pengamat.

"Cepat sedikit, ya. Nanti malah tengah malam." sahut Deziana melirik ke arah luar rumah kaca. Meski besok Alerion tidak memiliki jadwal belajar, tetapi tetap saja Deziana tidak ingin jam tidur Alerion malah berubah.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang