🍑38

58.7K 9.2K 1.9K
                                    

"Bukankah dia preman tukang palak itu," gumam Zry.

Melirik sang kaisar, malah jauh lebih buruk lagi. Gava sepertinya tengah berada di puncak emosi membuat Zry tak berani untuk menegurnya.

"Oow, jadi si hitam anakmu? Bagus sekali. Ternyata buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Lihat apa yang dia perbuat, gaun mahalku jadi kotor. Kau harus tanggung jawab atau anakmu itu aku penjarakan!"

Netra Deziana melebar saat Erina berkata demikian. Bertambah panik ketika Alerion maju ke depan.

"Hei, bibi Setan. Jangan membentak ibuku. Ale juga tidak hitam. Lihat ini."

Seusai mengatakan demikian, Alerion menghapus noda hitam pada wajahnya. Meski secara tidak keseluruhan, tetapi mereka cukup tau bahwa yang dipakai anak itu adalah bubuk hitam.

"Lihat. Ale tidak hitam. Ale putih sepelti ibu." katanya menjulurkan lidah ke arah Erina tanpa menyadari sang ibu sudah bermandikan keringat di belakangnya terlebih mulai mendengar bisik-bisik perihal Alerion yang memiliki wajah tidak asing.

"Putri Erina saya minta maaf atas apa yang terjadi. Dan Ale, ikut ib—"

"Semuanya keluar dari ruangan ini!" tiba-tiba Gava berseru membuat para tamu saling pandang.

"Terkecuali kau dan dia." tambah Gava menunjuk Alerion dan Deziana.

Deziana semakin merasa takut, cepat dia meraih tangan Alerion lalu menggendongnya. Dia tidak bisa berpikir jernih, sehingga yang dia lakukan adalah menjauhkan Alerion dan Gava. Tetapi sayangnya Gava tidak akan semudah itu melepaskannya.

Zry menahannya kemudian setelah semua tamu keluar tangan kanan Gava itupun keluar.

Deziana terdiam kaku menatap pintu berwarna emas itu terkunci rapat.

"Jadi, apa dia anakku?" pertanyaan Gava di belakangnya tak langsung mendapat jawaban.

Sebaliknya Alerion yang sedari tadi mengamati interaksi keduanya hanya menatap bingung. Kepalanya lalu menyembul dibalik badan Deziana, menatap Gava yang mana juga balas menatapnya.

"Paman pasti kaisal. Mahkotanya besal." celetuk Alerion membuat Deziana segera menyembunyikan kepala Alerion di dadanya.

"Ibu, Ale susah napas." keluh anak itu tetapi tak cukup menguraikan pelukan Deziana.

Secara mendadak tubuhnya dibalik paksa, sekejap saja Alerion sudah tidak berada dalam rengkuhannya.

"Dia kesulitan bernapas." desis Gava berhasil menghentikan Deziana yang mencoba ingin mengambil alih Alerion.

Dia bisa melihat bagaimana netra perak itu menghunusnya tajam satu hal yang membuat Deziana kini hanya bisa terdiam tanpa suara.

Dia sekarang sadar, tidak ada gunanya lagi menyembunyikan Alerion.

"Paman Kaisal, jangan malahi ibu. Ale tidak suka." ucap Alerion sekaligus mengalihkan atensi dua orang itu padanya.

Gava tersenyum kemudian menurunkan Alerion. Kali ini Gava menyamakan tinggi badan dengan anak itu, menatap lamat rupanya yang memiliki banyak kesamaan dengannya.

"Jangan panggil paman. Tapi ayah." suara Gava serak usai mengatakan itu.

"Ayah? Tapi Ale tidak punya ayah." jawab Ale sekilas mengundang satu tatapan dingin Gava terlempar pada Deziana.

"Ada. Aku adalah ayahnya Ale. Lihat, bahkan wajah kita mirip. Itu berarti Ale adalah anaknya ayah." terang Gava menghapus sisa noda hitam di wajah sang anak.

"Tapi kata ibu, ayahnya Ale sudah meninggal ditablak kuda."

Atas ungkapan itu Deziana terbatuk kecil, mengabaikan Gava yang akan menelannya hidup-hidup.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang