🍑19

64.1K 7.8K 705
                                    

"Deziiii,"

Panggilan itu membuat sang empunya nama menokeh ke asal suara.

Deziana menyipitkan matanya, mencoba mengenali siluet yang membelakangi matahari.

"Siapa? Emm, sebenarnya tempat apa ini?"

Pertanyaan itu tercetus dari bibirnya. Bagaimana tidak, ketika membuka mata Deziana malah mendapati dirinya berada di sebuah ladang hijau tak berpenghuni. Sejauh mata memandang, hanya padang rumput tak berujung.

"Aku Alodia. Sekarang kita berada di alam bawah sadarmu."

Bersamaan suara itu, sosoknya semakin jelas. Deziana tentu kaget mendapati seseorang yang memiliki wajah mirip dengannya. Meski hanya berbeda di warna rambut dan mata.

"Aha! Akhirnya kita ketemu. Sekarang kembalikan aku di duniaku. Aku tidak ingin lagi menjadi ibu tiri untuk mereka."

Sahut Deziana berjalan mendekati sosok Alodia yang mana sekarang ini memilih duduk di padang rumput. Mengikuti Alodia, kini keduanya sama-sama duduk sambil pandangan terlempar ke depan.

"Gimana, ya? Permintaan itu sulit."

Deziana berdecak kemudian menunjuk jiwa Alodia itu. "Kau yang mempersulit. Apa susahnya kau pindahkan jiwaku ke ragaku dan jiwamu ke ragamu. Se-simpel itu."

Celetuknya tak habis pikir akan otak seperempat Alodia ini.

"Nah itu dia. Karena semuanya gak se-simpel itu. Aku sudah tidak bisa kembali ke ragaku."

"Apa! Kenapa begitu?!"

Deziana tidak bisa menunjukkan keterkejutannya. Sementara Alodia sendiri hanya mengangkat bahu acuh.

"Jiwaku dipaksa mati, jadi aku sudah tidak memiliki akses lagi untuk ke ragaku."

Tak ada yang bisa Deziana lakukan selain membuka lebar mulutnya. Tidak tidak, Deziana tak ingin terus terjebak di dunia itu.

"Lalu bagaimana denganku?! Ogah aku terus menerus di bawah satu atap dengan anak cecunguk itu."

Alodia menatapnya rumit, setelahnya menghela napas. "Kau tidak ingin tinggal di sana? Bersama Gava-ku?"

Mendengar kalimat terakhirnya, Deziana melengos. Antara geli dan jijik.

"Tidak. Sama sekali tidak ingin. Dan ingat, kau itu ibu tirinya. Lalu mengenai statusku, meski status bergelar nyonya, nyatanya aku juga tidak luput dari hukuman. Si Gava itu, seenaknya saja menuduh tanpa dasar yang pasti. Tiap mengingatnya aku kesal." tuturnya menggebu-gebu. Cambukan itu seakan masih Deziana rasakan sampai sekarang. Dan lagi hal yang tak ingin membuatnya tinggal di dunia itu adalah karena Alodia masih dibenci sebagian penghuni istana.

"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan membantumu tetapi ingat, kesempatan ini hanya berlaku sekali seumur hidup." terang Alodia memilih tak memaksa Deziana untuk tinggal lebih lama pada dunia yang bukan asalnya.

Mendengarnya tentu Deziana bahagia tak terkira. "Benarkah? Bagaimana caranya?"

Tak langsung menjawab, Alodia melepas kalung berliontin tetes air hujan. Sangat indah bahkan ketika benda itu berada di tangan Deziana, tak seincipun Deziana mengalihkan pandangannya dari kilaunya keindahan kalung Alodia.

"Pakailah itu. Ketika gerhana matahari tiba, lepas kalungnya dan tempatkan tepat di atas gerhana matahari terjadi. Sebuah portal akan muncul. Ingat sebelum itu kau harus mengatakan kemana tujuanmu akan pergi. Maka portal itu akan membawamu ke tempat yang dituju." ujarnya panjang lebar sembari memberi kode agar Deziana memakai kalung itu yang segera dituruti.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang