🍑05

79.1K 7.2K 512
                                    

Deziana tak tau bahwa posisinya sebagai selir ralat, mantan selir kaisar masih memiliki tanggungjawab lainnya. Ialah menghadiri rapat antar bangsawan.

Deziana yang pekerja kantoran tentu merasa dibuat pening. Pembahasan mereka terasa berat, Deziana berusaha fokus. Dia harus menunjukkan sikap khas bangsawan meski perutnya terasa melilit.

Tetapi meski begitu, ada keuntungan tersendiri bagi Deziana. Dirinya bisa cuci mata lantaran di dalam ruangan sumpek ini ada anak count dengan wajah tampan yang mencuri fokus Deziana sejak awal melihatnya hingga sekarang.

Tiba-tiba pemuda count itu bangkit. Semuanya tentu menaruh atensi padanya.

"Pangeran Mahkota, saya ingin izin keluar sebentar untuk buang air kecil." pemuda bernama Kane itu menunduk, dan setelah mendapat persetujuan dari Gava, Kane keluar dari ruangan.

Semuanya tak luput dari pengamatan Deziana.

"Hm, sepertinya dia cocok jadi ayahnya anak-anak." gumamnya menopang dagu. Tapi tak lama Deziana menyerngit saat perutnya kembali melilit.

Kali ini lebih parah.

Ughh~ jangan sekarang. Pintanya meremas perutnya dengan keringat bercucuran.

"Nyonya Alodia, apakah menurut Anda rencana ini sudah tepat?" salah satu dari mereka bertanya padanya.

Deziana menggigit bibirnya, kenapa pertanyaan itu harus keluar sekarang.

"Menurutku itu sud-"

Puuuuffft~

Deziana mengangkat sebelah pantatnya.

Put! Put!

Itu adalah kentut terakhir sebelum Deziana bernapas lega meski malu merambatinya.

Semua yang berada di sana kompak menundukkan kepala dengan masing-masing tangan menutup hidung. Berada di ruangan tertutup dengan bau menyengat memang sangat tidak menyehatkan.

Deziana berdehem keras, terlebih Gava di ujung sana tengah menatapnya tajam.

"Menurut riset penelitian, menghirup bau gas bumi bisa membuat seseorang awet muda serta terhindar dari kanker. Jadi, bila ada seseorang yang buang gas, jangan tutup hidung. Tapi hiruplah baunya."

Meski Deziana menjelaskan, tetap saja ia tak bisa mencegah adanya rona merah menjalar di pipinya. Gava hanya mendengus dibuatnya.

"Umm, saya pamit dulu. Baru ingat, pangeran Lore belum cebok." usai mengatakan itu, Deziana beranjak dari kursinya dan keluar dari ruangan itu.

Tiba di luar, Deziana mencak-mencak. Betapa memalukannya tadi.

"Sumpah yang tadi itu Alodia, bukan Deziana." katanya menepuk-nepuk pipinya yang masih terasa hangat.

Dari jarak beberapa meter, Deziana melihat Kane. Count tampan yang mengambil perhatiannya sejak pertama kali melihatnya.

Menepuk-nepuk pantatnya guna memastikan tidak ada sisa kentutnya, Deziana memasang senyum semanis mungking ketika Kane semakin dekat.

"Salam Nyonya Alodia." Kane menunduk sejenak sebagai salam yang Deziana balas dengan tundukkan kepala pula. Dalam hati bertanya-tanya akan keberadaan Deziana di luar ruangan. Apakah pertemuannya sudah selesai?

"Apa hajatnya sudah selesai?"

"Sudah Nyonya."

Deziana mengibaskan tangannya, rasanya dia terlalu tua dipanggil seperti itu. "Jangan formal begitu. Aggap saja aku ini teman. Kita seumuran."

Kane mengerjap sejenak, sebelum menarik dua sudut bibirnya menjadi senyum teramat cerah di mata Deziana.

"Tapi kita beda 5 tahun."

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang