"Yang Mulia, sepertinya mereka berhasil membobol keamanan istana." ujar sang panglima usai melihat pintu gerbang istana terbuka lebar.
Tanpa memberikan tanggapan, Gava kembali melajukan kudanya dan memang benar. Mereka berhasil membobol keamanan istana. Entah bagaimana caranya, padahal Gava sudah memastikan keamanan istana cukup tinggi selama kepergiannya.
Ini berarti, ada pengkhianat di sekitarnya.
Turun dari kudanya, Gava menyeru layaknya singa jantan yang tengah mengamuk. Dia tidak akan mengampuni orang yang telah berbuat seenaknya di wilayah kekuasaannya.
Samar telinganya menangkap suara bertarung dari dalam istana. Segera Gava membawa langkahnya masuk ke dalam dan selanjutnya dia sudah menyaksikan Zry melawan komplotan yang telah menyerang istana.
Di sudut utara, ada Oliver yang nampak langsung bertarung begitu memasuki istana.
"Di mana Zia?" Gava bertanya setelah sebelumnya membantu Zry menumbangkan lawan.
"Di ruangan bawah tanah. Yang Mulia, sepertinya putra dari kepala pelayan Tera tau Anda sedang tidak ada di istana."
"Setelah ini aku akan ke ruang bawah tanah. Kali— arghhh!" Gava meringis kala merasakan punggungnya seperti tertusuk oleh suatu benda.
"Yang Mulia!" seru Zry ingin mencoba menghampiri Gava namun tertahan oleh musuh yang menyerangnya.
Tanpa menghiraukan sakit di punggungnya, Gava berjalan yang tentunya di sela langkahnya masih bisa menuntaskan lawannya.
Tiba-tiba panah kedua kembali menancap di punggung Gava. Kali ini disertai suara tawa dari seseorang yang terdengar puas mengenai targetnya.
"Bagaimana rasanya, hmm?" pertanyaan sarkas yang berasal dari arah belakangnya membuat Gava menolehkan kepalanya ke sumber suara.
Alisnya menyerngit lalu tak lama mendengus samar. Menunggu lawannya mendekat, Gava mengangkat satu sudut bibirnya.
"Mendengarmu merintih, itu cukup menyenangkan. Begitukan Yang Mulia Kaisar Gava Sea Drisyanio Ziria?" sahutan sarat akan ejekan itu tidak mampu melunturkan smirk Gava dari wajahnya.
"Tapi lebih menyedihkan lagi bila seseorang yang menyerang dari belakang menutupi kekalahannya dengan tawa. Seperti dirimu, Carlos." Gava memiringkan kepalanya ke kanan. Tatapannya teramat jenaka yang mana berhasil menyulut emosi Carlos.
"Berbahagialah. Karena setelah ini kau akan menemui ajalmu. Panah itu sudah kuberi racun mematikan yang akan menghabisimu dalam sekejap mata. Dan apabila kau sudah lenyap, maka anak dan istrimu akan menyus—"
Srak!
Carlos tak dapat melanjutkan perkataannya saat Gava bergerak bagai kedipan mata menebas lehernya.
"Kau lah yang akan menyusul ibumu ke alam baka." tutur Gava berbalik meninggalkan jasad Carlos menuju ruang rahasia istana.
Dia tidak peduli pada racun yang Gava mulai rasakan efeknya.
🍑🍑🍑Deziana menyerngitkan dahi saat telinganya samar mendengar suara tangisan bayi. Berusaha membuka kedua kelopak matanya, Deziana melenguh.
Dirinya berusaha mengumpulkan ingatan sebelum kemudian bangkit.
"Bayiku."
"Yang Mulia Permaisuri telah sadar." seru salah satu pelayan mengundang yang lainnya ikut melihat kondisi Deziana.
"Di mana mereka?" tanya Deziana mengedarkan pandangan. Tak lama pandangannya berhenti pada satu titik. Tepatnya di sebuah box bayi yang tidak jauh dari ranjang tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Tiri?!
FantasyLAPAK INI BUKAN TEMPAT UNTUK KALIAN NYINYIR! BILA TIDAK SESUAI SELERA KALIAN, BAIK UNTUK PEMERANNYA ATAUPUN ALURNYA, TIDAK USAH DILANJUTIN BACANYA DIBANDING HARUS KECEWA KARENA GAK SESUAI EKPSPETASI KALIAN. 🍑🍑🍑 Dalam hidupnya, Deziana Lorena tak...