🍑10

67.1K 6.5K 97
                                    

Seperti biasa, pagi Deziana diawali oleh tugasnya yang caper pada salah satu anak tirinya yang tak lain Gava.

Diikuti Nana di belakangnya, Deziana bersenandung sedangkan di tangannya sudah memegang nampan berisi cemilan.

"Hei, kau lihat di mana anak gemoy-ku?" tanya Deziana pada salah satu pengawal yang berjaga. Pada dasarnya mereka tidak mengerti untuk ungkapan terakhir Deziana, tetapi melihat nampan berisi kue buatannya sudah pasti itu ditunjukkan kepada putra mahkota.

"Hamba menjawab Nyonya, pangeran saat ini berada di taman belakang istana. Tapi—"

"Baiklah. Terimakasih." Deziana berlalu tanpa membiarkan pengawal itu menyelesaikan kalimatnya.

"PUTRAKUUU YANG TAMPAN!! YANG GEMOY-NYA MELEBIHI PANTAT SUNGOKONG! IBUMU YANG BAIK HATI INI DATANG!!"

Nana yang berada di belakangnya terlonjak, dia sudah ketar-ketir akan tingkah bar-bar majikannya itu.

"Gava! Kau— hei siapa dia? Apa calon mantuku?" Deziana buru-buru menghampiri Gava yang rupanya kedapatan tengah mengobrol bersama seorang gadis.

Mengabaikan Gava yang hendak menelannya hidup-hidup, Deziana mengambil tempat di samping gadis surai ungu tersebut.

"Salam Nyonya Alodia, perkenalkan nama saya Erin De Girsan." Erin membungkuk hormat.

"Ah, Girsan? Apa kau saudaranya pangeran Oliver?" tanya Deziana setelah menyadari marga yang terselip di belakang nama Erin.

"Iya, Nyonya. Saya adiknya." ungkapnya yang dibalas Deziana oh ria. Tapi kenapa adik dari sang antagonis ada di sini?

Perlu diketahui, dunia yang ditempatinya kini hanya memiliki satu kaisar. Setelahnya raja beserta urutan-urutan bangsawan lainnya. Bila di dunianya, satu negara di pimpin oleh presiden setelahnya masing-masing daerah akan di pimpin oleh gubernur.

Bila ada raja tertentu yang mencoba memberontak maka Ziria akan membuka jalan perang dan mengambil wilayah tersebut.

"Kebetulan sekali saya bertemu Anda di sini. Saya ingin,"

"Putri Erin, alangkah baiknya untuk tak membicarakannya sekarang." sela Gava yang mana membuat Deziana bertanya-tanya.

Tak ingin ambil pusing, Deziana beralih menawarkan cemilan di bawanya kepada Erin.

"Cobalah, ini aku yang bikin. Dijamin setelah mencobanya kau akan melupakan segala utang-utangmu."

"Nyonya...." Nana yang kebetulan berada tak jauh darinya hanya menggeleng pasrah.

Tersenyum kikuk, Erin mengambil satu kue kemudian memakannya dengan anggun. Semuanya tak luput dari perhatian Deziana.

"Enak." akunya setelah menelan makanan dalam mulutnya. Deziana tersenyum lebar, kemudian gantian menawarkan pada Gava. Tetapi sama seperti sebelum-sebelumnya, pria itu ogah menerimanya.

Deziana tak ambil pusing.

Ikut menikmati cemilan yang dibawanya, fokus Deziana teralih pada gulungan kertas yang berada di bawah meja.

Memutuskan mengambilnya, Deziana berujar. "Punya siapa ini?" tanyanya seraya membuka gulungan kertas tersebut tetapi gerakan tangannya kalah jauh dengan kecepatan tangan milik Gava.

"Bisa tinggalkan kami? Kami butuh ruang untuk berbicara." secara tak langsung Gava mengusirnya. Beda halnya Deziana yang biasa-biasa saja, maka Erin kini diam-diam meringis.

"Baiklah baiklah. Ibu akan pergi. Habiskan waktu sesukamu pada calon mantuku. Dan calon mantuku, kapan-kapan mari kita habiskan waktu untuk minum susu." ujarnya bangkit lalu membungkuk sekilas.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang