🍑53

45.7K 5.7K 459
                                    

Polemik perihal ayah biologis bayi yang dikandung Deziana semakin merajalela.

Deziana cukup khawatir serta takut. Entah beberapa kali dalam sehari Deziana mengalami kram perut. Sebisa mungkin dia mencoba menenangkan pikirannya, namun selalu tidak bisa. Selalu saja muncul spekulasi-spekulasi buruk, perihal bagaimana bila kelahiran si kembar akan mendapat penolakan keras.

"Gava, malam ini tetap pergi kan?"

Hari ini adalah hari perayaan kehamilan Lilyza setelah sekian lama menunggu kehadiran seorang anak.

Gava yang sedang mengeringkan rambut Alerion, menoleh sekilas lalu mengangguk.

"Iya. Lilyza ingin menemuimu. Dia ingin belajar banyak hal seputar kehamilan pertamamu dulu." katanya bangkit dari posisinya dan membiarkan Alerion pergi bermain bersama Nana.

Deziana mengulas senyum tipis, belakangan Gava sangat sibuk mengurus banyak hal. Tugas permaisuri pun Gava yang mengerjakannya, jadi Deziana tak ingin menambah beban pikiran pria itu dengan mengutarakan kegelisahannya selama ini.

Tanpa sadar Deziana melamun hingga mengundang Gava untuk mendekatinya.

"Kita akan tau siapa yang menyebar rumor itu. Dan kalau memang kau tidak nyaman pergi ke sana maka aku akan memberi pengertian kepada Lilyza dan duke Ezelio."

Segera Gava menyelesaikan ucapannya, Deziana cepat menggeleng.

"Tidak. Aku akan tetap ke sana. Ada banyak hal yang ingin ku bicarakan padanya." sela Deziana cepat.

Gava menggangguk paham, tangannya terjulur mengelus rambut Deziana pelan.

Meski Deziana tak mengatakannya, Gava tau bahwa Deziana memiliki beban pikiran berat akhir-akhir ini. Dia harus segera menyelesaikan semuanya sebelum terlambat.

Malam pun tiba, baik Deziana maupun Gava sudah bersiap sejak tadi sore.

Kini mereka telah tiba di gerbang kediaman duke Ezelio.

Kereta dengan lambang kerajaan Ziria langsung mengambil alih perhatian orang-orang.

Gava yang pertama kali, dengan cepat mengulurkan tangan kepada Deziana sedangkan Alerion sudah mandiri turun sendiri di bagian sebelah pintu kereta.

Tibanya di luar, tanpa sadar Deziana mengapit erat lengan Gava. Jujur saja, sekarang ini dia lagi gugup luar biasa.

"Anggap mereka tidak ada. Ingat, kau adalah permaisurinya di sini." bisik Gava berhasil menenangkan perasaan Deziana.

Mencoba tersenyum, Deziana serta Gava mulai berjalan beriringan. Alerion di sebelahnya dengan Deziana yang memegang satu tangan Alerion.

Siapapun yang melihatnya, pastilah mereka akan iri menyaksikan keromantisan keluarga bahagia tersebut.

Gava terlihat melindungi keluarga kecilnya, bisa dilihat bagaimana lengan kekarnya tak pernah lepas di pinggang Deziana.

"Salam Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri, dan Putra Mahkota." sapa para tamu yang diangguki serempak oleh ketiganya.

"Kakak ipar!" seruan kecil Lilyza berlari kecil menghampiri Deziana sedangkan di belakang sana Ezelio sigap mengikuti langkah sang istri cepat.

Deziana mengulas senyum lebar, dilepasnya lilitan tangan Gava di pinggangnya dan menghampiri Lilyza. Kedua wanita hamil itu saling berpelukan sementara Gava dan Ezelio sama-sama ngeri melihat bagaimana perut keduanya berbenturan.

"Anak-anakku baik-baik saja kan?" tanya Gava menjadikan Ezelio menoleh.

"Seharusnya saya yang bertanya, Yang Mulia. Anakku masih gumpalan darah. Belum terbentuk sempurna." balas Ezelio kalem.

Ibu Tiri?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang