Sesuai yang Gava katakan, maka hari ini pertandingan akan dilaksanakan.
Bukan hanya nona bangsawan yang melakukan persiapan, tetapi juga Deziana. Dia harus bertahan hidup demi putra semata wayangnya yang selalu menanti kepulangannya.
Rambutnya ia cepol ke atas, sebagai sentuhan terakhir, Deziana menambahkan pita putih.
"Ale, ibu akan tunjukkan singa di depan aya— maksudku mendiang ayahmu itu. Bahwa ibu adalah wanita tangguh dan kuat." serunya dengan satu tangan mengepal ke atas.
"Ziana, pertandingannya bakal dimulai. Kau bersiap-siap sekarang." seorang pengawal memberitahukan informasi di balik pintu kamarnya. Deziana bergegas keluar dan sudah mendapat eksistensi sang pengawal yang mana cukup akrab dengannya.
"Enza, apa aku bakal keluar sebagai pemenang?" tanyanya di sela perjalanannya menuju barak.
Pria bernama Enza itu menepuk pucuk kepala Deziana, seakan ingin mengantarkan ketenangan lewat tepukannya.
"Untuk bisa menang kau harus berusaha. Ingat, para nona memiliki terampil dalam berpedang. Seharusnya, urusan begini yang mulia bisa turun tangan sendiri atau tuan Zry yang mana hampir setara dengan yang mulia." katanya yang mendapat satu anggukan semangat dari Deziana.
"Enza, aku tak bisa berharap banyak. Kau tau, aku sudah lama tidak memegang pedang, ditambah para kandidat berjumlah 15 orang. Rasanya, hanya sampai orang ke-5 aku memiliki kekuatan untuk bertahan." paparnya bersamaan mereka tiba di barak.
Deziana menyapu pandangannya ke segela penjuru, ternyata persiapan mereka jauh lebih dari ekspetasi Deziana.
Baju besi sebagai pelindung tubuh mulus mereka, berbanding terbalik dengannya yang hanya mengenakan celana serta baju kain yang mana dalam satu goresan bisa ikut menyayat kulitnya.
Deziana sempat meminta baju besi, tetapi dia tidak diberikan. Alasannya, seorang pelayan Ziria harus menunjukkan ketangguhannya. Jadi, baju besi tak dibutuhkan.
Yaa, seniat itulah Gava ingin melihatnya menderita. Perkataan pria itu sewaktu di kastil tentang neraka sesungguhnya terbukti. Sang kaisar tak akan membiarkannya hidup tenang.
"Kau tidak boleh putus asa. Pokoknya kau harus bertahan, tidak peduli siapa yang menang, terpenting dari itu kau baik-baik saja setelah pertandingan ini selesai." Enza memberikan semangat, senyum lebarnya menulari Deziana yang kini mengangguk optimis.
"Enza, kalau aku tidak berhasil selamat, tolong pergi ke alamat yang sudah aku tulis di kertas. Aku menaruhnya di laci nakas." papar Deziana yang tentu mengundang satu alis Enza terangkat.
Dia hanya mengamati saat Deziana mulai memasuki barak. Wanita itu meregangkan badan hingga tingkahnya menjadi tontonan.
Sejenak Deziana melirik Gava yang duduk di kursi kebesarannya. Aura dominan disertai kearogansiannya masih Deziana rasakan meski memiliki jarak yang cukup jauh.
Huft~
Deziana menghela napas kemudian menerima uluran pedang yang pengawal berikan. Cukup berat tetapi masih bisa Deziana mengatasinya.
"Peraturan permainan ini adalah, jika pelayan Alodia berhasil menjatuhkan pedang lawannya sebelum berhasil melukai pelayan Alodia maka para nona dinyatakan gugur. Apabila para nona bisa menjatuhkan pedang pelayan Alodia, maka nilai 50 akan kalian dapatkan. Tentunya ini sangat menguntungkan bagi kalian." aturan permainan yang dibacakan oleh Zry sedikit membuat Deziana keheranan. Perasaan kemarin Gava mengatakan bahwa siapa yang berhasil melukainya bakal mendapat nilai 50.
Sekarang aturan mainnya malah berbeda.
Deziana menatap pria itu, entah sejak kapan Gava juga menjatuhkan pandangan kepadanya. Buru-buru mengalihkan pandangannya, Deziana kembali fokus pada Zry yang melanjutkan aturan-aturan apa saja yang tidak boleh dilanggar serta apa yang boleh dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Tiri?!
FantasyLAPAK INI BUKAN TEMPAT UNTUK KALIAN NYINYIR! BILA TIDAK SESUAI SELERA KALIAN, BAIK UNTUK PEMERANNYA ATAUPUN ALURNYA, TIDAK USAH DILANJUTIN BACANYA DIBANDING HARUS KECEWA KARENA GAK SESUAI EKPSPETASI KALIAN. 🍑🍑🍑 Dalam hidupnya, Deziana Lorena tak...