"Pangeran Oliver, kau mau ini? Manalah tau buah ini bisa membuat Anda berpikir rasional." ungkap Deziana mengangkat piring berisi kue yang mana toping buahnya kini Deziana pisahkan.
Menatap Deziana yang juga turut memandangnya, Oliver tersenyum kecil. Kepalanya menunduk dan detik selanjutnya melabuhkan kecupan singkat tapi dalam di bibirnya.
Tak pelak semua berseru heboh meninggalkan Deziana yang berdiri mematung.
Lalu semuanya berlalu begitu cepat. Kekacauan yang sebelumnyaa ingin Deziana hindari malah terjadi jauh lebih parah. Dia hanya bisa menatap bagaimana prajurit-prajurit itu menyeret Oliver keluar dari pesta.
Dan seakan tidak terjadi apa-apa, pesta kembali dilanjutkan.
"Ibu...."
Deziana tersentak saat jemarinya digenggam. Menunduk menatap Lore, Deziana memberikan senyum palsunya.
Kini mereka berada di balkon yang jauh dari keramaian. Ketiga anak sambungnya itu berdiri menghadapnya, Deziana seketika merasa sedang dipojokkan.
"Apa Ibu akan menikahi pangeran Oliver?" pertanyaan Lore sekaligus menyadarkan Deziana dari lamunan pendeknya.
Sebagai jawaban, Deziana memberikan gelengan singkat. Yang benar saja Deziana masih kesal tiap mengingat perlakuan tak senonoh Oliver.
"Menurut Lore, apa pangeran Oliver cocok untuk jadi ayah kalian?" kini Deziana balik bertanya. Dan ekspresi seolah berpikir Lore berikan.
"Kalau Ibu menikah apa Ibu juga akan meninggalkan istana ini?"
Lilyza sempat menegurnya dengan berdehem tetapi Lore tak menghiraukan.
"Yaa, semua wanita yang sudah menikah harus mengikuti suaminya. Bahkan marganya pun harus mengikuti suami."
"Dengan kata lain Ibu tidak akan menjadi ibu kami lagi?"
Deziana membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu tetapi kembali ia urungkan setelah tidak menemukan jawaban yang pas.
"Lore," kali ini Gava bersuara dan berhasil. Lore kini menatap kakak tertuanya itu.
Kepala bocah itu menggeleng, kemudian memeluk erat Deziana. "Kalau gitu Ibu gak boleh menikah dengan pangeran mesum tadi. Aku tidak merestui kalian."
Eh! Maksudnya Deziana resmi gak direstuin gitu?!
Mengelus surai lembut Lore, Deziana beralih kepada pria yang sedari tadi membungkam mulutnya. Sepertinya pikiran pria itu sedang tidak berada ditempat. Padahal di momen sekarang, Gava bisa menggunakannya untuk berinteraksi bersama bangsawan.
🍑🍑🍑
Keesokan paginya, Deziana terbangun dengan matahari yang meninggi. Semalaman dia tidak bisa tidur, pikirannya selalu terpusat pada kejadian kemarin.
"Selamat pagi, Nyonya Alodia." suara Tera mengagetkan Deziana yang sedang asik mengupil.
"Bibi Tera, kau sudah lama di sini?"
"Mungkin 2 jam Nyonya." jawabnya seraya mengamati Deziana bangun lalu menguap lebar.
Kepala Deziana mengangguk paham kemudian berjalan ke arah kamar mandi.
Menit demi menit berlalu, kini Deziana sudah duduk anteng di meja rias beserta Nana dan pelayan lain yang bertugas menghiasnya.
"Nyonya, jika saya perhatikan bibir Nyonya seperti bengkak. Apa Nyonya terluka?" pertanyaan Nana membuat Deziana ikut memperhatikan secara jeli bibirnya dari kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Tiri?!
FantasyLAPAK INI BUKAN TEMPAT UNTUK KALIAN NYINYIR! BILA TIDAK SESUAI SELERA KALIAN, BAIK UNTUK PEMERANNYA ATAUPUN ALURNYA, TIDAK USAH DILANJUTIN BACANYA DIBANDING HARUS KECEWA KARENA GAK SESUAI EKPSPETASI KALIAN. 🍑🍑🍑 Dalam hidupnya, Deziana Lorena tak...