6

4.3K 349 16
                                    

_TP_

Setelah menempuh jarak yang tak cukup jauh tapi tak cukup dekat juga kini, Zeendy berhenti di depan rumah nomor 8 bercat warna pink. Zeendy mengambil paket yang berisi catokan rambut, melangkah ke depan pintu lalu mengetuknya.

Tok~ Tok~ Tok~

"Permisi," ucap Zeendy. Namun, Tak ada sahutan. Zeendy kembali mencoba mengetuk pintu.

Tok~ Tok~ Tok~

"Permisi,"

"Iya mas, bentar," sahut dari dalam rumah.

Ceklek~

Pintu terbuka. Zeendy sedikit shock, tapi tetap menahannya. Bagaimana tak shock, karena kini dia melihat seseorang entah apa jenis kelaminnya, mungkin lelaki? Dengan make up yang menor, baju daster bermotif kulit macan tutul, bedak yang tak rata bahkan warna muka dengan leher kebawah saja tak sama. Zeendy memperhatikan penampilan orang tersebut dari atas, ke bawah lalu kembali ke atas.

"Eee... maaf apa benar ini dengan atas nama Popo Bohoyy?" tanya Zeendy berusaha tenang.

"Iya mas, saya sendiri," jawab Popo dengan centil, bahkan jarinya menyelipkan rambut panjang tapi nampak seperti gembel ke telinga.

"Emm.. ini paket pesanan anda." Zeendy menyerahkan paket itu ke Popo.

"Makasih mas, udah saya bayar ya mas. Emm btw mas ganteng deh, uwu." Popo dengan berani menyentil dagu Zeendy. Bulu kuduk Zeendy berdiri semua sekarang. Dia menelan ludah kasar. Ingin sekali dia pergi dengan segera dari tempat ini.

"Hehehe... saya permisi dulu, masih banyak paket yang harus saya antar," pamit Zee. Popo mencekal tangan Zeendy. "Eh tunggu dulu, mending kita minum-minum dulu di dalem gimana? Mas mau apa saya kasih? Mau kopi? Teh? Atau susu?" Tawar Popo yang masih berusaha.

Ya Allah, selamatkan hamba dari makhluk ini. batin Zeendy, "Ah, nggak usah mas, saya kudu pergi," tolak Zeendy.

"Kok mas sih? Mbak dong, atau sayang juga boleh," kata Popo lalu mengedipkan satu matanya, tapi yang satunya juga ikut mengernyit karena aslinya dia tak bisa mengedipkan satu mata. Namanya juga usaha.

Ya Allah, orang begini minta dipanggil mbak? Suaranya aja bahkan kayak curut kejepit. batin Zeendy lagi meringis, "Gausah, ee mbak, saya buru-buru permisi." Zeendy dengan berlari kecil meninggalkan Popo.

Popo yang melihat itu dengan santai masih mengikuti Zeendy dari belakang. "Mas, tunggu dulu mas, saya habis masak ketoprak lho mas, ayo di cobain."

"Ga mbak terima kasih, mau ketoprak mau bujang ganong atau apa pun itu saya udah kenyang mbak," tolak Zeendy. Zeendy buru-buru memasang helmnya dan ingin segara menjalankan motornya. Namun, si manusia Popo ini masih menahan, bahkan keranjang paket Zeendy dia pegang dengan erat.

"Mas ayolah mas, lima puluh mas lima puluh."

"Ga mbak, saya ga mau. Tolonggg! Tolonggg!" Pekik Zeendy yang mulai takut.

"Loh jangan teriak dong mas," kata Popo sedikit panik. Popo melepaskan keranjang Zeendy dan tanpa pikir panjang Zeendy langsung menancap gass motor.

Ngeng!

"AWAS AJA YA LO, KALAU KETEMU. GUE CIPOK ENTAR!" Teriak Popo dengan suara lakiknya sambil menunjuk Zeendy yang mulai menjauh dengan kencang.

"Ya Allah, resiko jadi tukang paket," gumam Zeendy. Dia mulai bernapas lega karena akhirnya terselamatkan.

Tin! Tin!

Klakson motor berbunyi saat memasuki halaman kantor pengiriman paket 'kuyang Express'. Zeendy memarkirkan motornya, lalu mengambil tas keranjang yang terpasang di motornya. Beranjak membawa masuk ke dalam.

"Eh Zeendy udah balik aja," kata Freya.

"Iyalah, gua gitu loh sat set orangnya," jawab Zeendy sambil meletakkan tas keranjang di tempat semula. Zeendy menghampiri Freya,  langsung melakukan tos yang seperti ini (🤜🤛) nah gitu pokoknya ges gua bingung jelasinnya.

"Udah sore loh ini, kok lo belum pulang?" tanya Zeendy.

"Ini mau pulang, tadi ngeberesin beberapa paket dulu," jelas Freya.

"Oh gitu. Lo pulang naik apa? Si Floran hari ini ga masuk loh," tanya Zeendy.

"Ah gampang gue, bisa cari ojek," jawab Freya santai.

"Eh, ini udah sore, udah jam setengah lima biasanya susah nyari ojek di sini. Kalau mau malah lo kudu jalan dulu ke ujung jalan sono. Mending lo bareng gua aja gimana?" tawar Zeendy.

"Ga ngerepotin? Rumah kita lawan arah loh."

"Ck, santai aja kali. Gua juga mau sekalian ke cafe romance, mau beli kopi kesukaan," jelas Zeendy.

"Beneran nih?" tanya Freya memastikan.

"Iya beneran. Sekarang mending lo siap-siap dah. Gua juga mau beresin barang-barang terus kita pulang."

"Oke deh, makasih ya," ucap Freya. Mereka langsung saja bersiap-siap untuk pulang.

_TP_

"Permisi,"

Ceklek~

"Iya nyari siapa?"

"Chika nya ada tante?" tanya Faran teman lelaki Chika.

"Oh ada-ada nak. Ayo masuk, saya panggilkan Chika." Mamah Chika mempersilahkan Faran masuk ke dalam rumah dan menunggu di ruang tamu. "Sebentar ya nak," kata Mamah Chika. Mamah Chika beranjak menuju kamar Chika.

"Chika, di bawah ada temen kamu, cowo. Samperin gih," kata Mamah Chika saat sudah berada di depan pintu.

"Iya mah, sebentar," sahut Chika.

"Buruan ya."

Tak lama Chika yang kini sudah dengan penampilan rapi turun ke bawah menghampiri Faran. "Yuk Ran, gua dah siap," kata Chika.

"Ayuk, pamit mamah kamu dulu," kata Faran.

"Mah!" Panggil Chika.

"Apa sih teriak-teriak?" Kata Mamah Chika yang heran dengan anaknya ini.

"Chika mau keluar ya."

"Ini sore loh, udah mau maghrib juga masa mau keluar? Kalau diculik wewe gombel kamu mau? Mending keluar abis maghrib," kata mamah Chika dengan lantang.

"Mah, ga enak sama temen Chika," bisik Chika pada mamanya.

"Ya kenapa sih? Lagi pula kamu ini cewe masa maghrib-maghrib di ajak keluar," kata mamah Chika pelan.

Faran hanya memperhatikan Chika dan mamahnya yang sedang berdiskusi, sambil menggosok lengannya menunggu mereka selsai.

"Udahlah mah, Chika berangkat dulu," pamit Chika dan menyalimi tangan Mamahnya.

"Permisi tante," pamit Faran lalu keluar begitu saja tanpa menyalimi tangan Mamah Chika. Positif Thinking aja ges mungkin Faran lupa.
























Up ges, sebelum gua tidur, gua pengen up dikit wkwkkw. Biar seperti biasa kalau pas bangun dapat sarapan dari kalian berupa vote dan komenan, anjay wkwkkw.

Udah ges maap klo ada typo.

Malam...

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang