26

3.1K 295 22
                                    

_TP_

"Baby," panggil Zeendy.

"Hem?" Dehem Chika bertanya.

"Aku mau ngomong."

"Apa?" Chika mendongak menatap Zeendy. Posisi mereka sekarang, Zeendy duduk di atas sofa, sedangkan Chika rebahan menjadikan paha Zeendy sebagai bantalan.

Zeendy sedang main ke rumah Chika. Sedari tadi kekasihnya itu merengek memintanya untuk bermain ke rumah. Katanya Chika sedang berada di rumah sendirian.  Keadaan rumah sepi, karena orang tua Chika sedang pergi menghadiri pesta acara peresmian cabang baru perusahaan teman kerja papanya. Sebenarnya Chika juga mendapat undangan untuk hadir, tapi Chika terlalu malas untuk hadir. Dia lebih memilih tinggal di rumah, dan meminta Zeendy untuk menemani.

Di dalam rumah hanya ada Chika dan juga Zeendy. Tenang saja mereka tak akan berbuat macam-macam kok. Lagi pula Zeendy tak berani memegang Chika sampai kelewat batas jika belum menikah.

"Kamu mau ngomong apa?"  Tanya Chika lagi.

"Gini, aku dua hari lagi bakal pulang ke rumah aku lagi."

"Loh—"

"Tunggu dulu, jangan nyela dulu ya baby, dengerin dulu sampai selesai," jelas Zeendy.

"Buruan!" Ketus Chika.

"Aku disuruh pulang papi aku. Buat ngurus peresmian kalau kantor kuyang express jadi milik aku gitu baby," jelas Zeendy.

"Oalah gitu."

"Iya, gimana kamu mau ikut aku? Kemarin mami aku bilang pengen ketemu calon menantunya." Zeendy merapikan rambut Chika yang sedikit berantakan.

"Calon menantu? Emangnya kamu udah nglamar aku?" tanya Chika. Cih, sebenarnya itu kode untuk Zeendy supaya cepat melamarnya. Sebenarnya dia cukup iri mendengar bahwa adek Zeedan sudah berani mulai memasuki jenjang serius dalam hubungan. Chika juga ingin hubungannya dengan Zeendy semakin serius. Dia sudah lelah menyandang janda pirang kalau kata Zeendy dan orang tuanya.

"Kamu mau aku, lamar?" Tanya Zeendy.

"Kamu soal beginian masih nanya? Ya mau lah bodoh! Siapa yang ga mau kalau kamu ngelamar?" Jawab Chika sedikit ngegas.

"Yaudah, kamu mau ya jadi calon istri aku? Kalau mau ayo, besok kita nikah," kata Zeendy.

"Kamu nglamar aku ceritanya nih?" Tanya Chika tak percaya. Chika bangkit dari rebahannya menjadi duduk di sebelah Zeendy.

"Iyalah, gimana? mau gak?"

"Astaghfirullah Zeendy, ga romantis banget! Minimal di persiapin dulu gitu yang mateng. Lah ini tiba-tiba gini. Ga asik kamu mah! Ulang! Aku, mau kamu lamar yang romantis. Kalau pun ga romantis, ayolah coba cara yang bikin aku deg-degan parah, sampai mau nangis terharu gitu," jelas Chika.

"Kata kamu kalau aku lamar ga bakal ditolak? Kok ini—"

"Ya ga gini juga dong sayang. Aku ga mau tau harus yang serius!" Sela Chika.

"Oke-oke, nanti aku bakal lamar kamu. Aku yakin kenangan dari lamaran aku nanti akan terus kamu ingat dan sangat fenomena."

"Janji?" Chika menunjukkan jari kelingkingnya.

"Janji, baby." Zeendy menautkan jari kelingkingnya dengan jari Chika. "Jadi, kamu ikut aku atau nggak?" tanya Zeendy lagi.

"Emmm, kalo minggu ini aku ga bisa pergi jauh sayang. Aku harus mantau proyek aku yang belum selesai. Bisa diundur ga pertemuan kamu sama papi kamu?" tanya Chika. Dia sebenarnya ingun ikut, tapi ya itu, ada kerjaan yang memang tak bisa dia tinggal.

"Ga bisa, ini aja udah di undur-undur terus. Jadi bener-bener harus minggu ini. Dua hari lagi aku berangkatnya," jelas Zeendy.

"Yah ga bisa ikut aku dong kalau gitu," kata Chika sedih.

"Ga papa, lain kali pasti ada kesempatan lagi buat kamu bisa ikut aku. Aku bakal kenalin sama orang tua aku, kalau kamu ini wanita idaman aku. Jadi, jangan sedih ya baby, cukup dukung aja aku, udah seneng," ungkap Zeendy

"Maaf sayang, aku, susah luangin waktu aku, buat kamu kalau ada acara penting kayak gini." Chika merasa menjadi pacar yang buruk jika seperti ini. Karena Zeendy sesibuk apapun dia tetep bisa menemaninya di saat Chika ada urusan. Sedangkan Chika, dia susah sekali untuk meninggalkan pekerjaannya untuk menemani Zeendy. Mau bagaimana lagi, peran dia di perusahaanya sangat penting.

"Jangan sedih, ah. Kamu jelek tau kalau sedih gini," kata Zeendy mencoba menghibur Chika.

"Oh jadi selama ini, menurut kamu, aku jelek gitu?" Tanya Chika sambil menatap tak percaya ke arah Zeendy.

"B-bukan gitu. Maksud aku, kalau kamu sedih gini, kamu jadi ga cantik. Mending kamu banyak senyum aja, biar cantik kamu nambah, nambah, nambah," kata Zeendy.

"Jadi kalau aku ga senyum pun aku tetep jelak??" Tanya Chika sambil melotot.

Duh salah ngomong lagi apa gua ya? Menghilang aja dah gini serba salah! Batin Zeendy.

_TP_

Breaking News Bisnis!

Anak pertama Pebisnis Jisnan kini telah resmi memegang salah satu kantor milik ayahnya, yaitu Kuyang Express. Beginilah penampakan Jisnan dan anaknya.

[Picture]

Chika menatap bangga pada Foto Zeendy yang berdiri dengan menawan bersama ayahnya. Setelah dua hari yang lalu Zeendy berangkat pulang ke rumah orang tuanya dengan dia yang mengantarnya sampai stasiun. Kini nama Zeendy sudah trending di kalangan berita bisnis. Usaha Zeendy selama ini yang menyamar menjadi pekerja tukang paket kini tak sia-sia. Dia sudah berhasil meyakinkan papinya jika Zeendy layak memegang salah satu cabang usaha milik ayahnya itu.

Chika ingin menelpon Zeendy. Namun, kata Zeendy nanti, dia masih sedikit sibuk dengan urusan teman ayahnya yang ingin berbincang sejenak. Jadi Chika memaklumi itu. Toh Zeendy bilang, dia akan menghubungi Chika di saat jam makan siang nanti.



































Up dengan ketidak jelasan.

Akhirnya Zeendy udah resmi megang kantor kuyang express.

Udah ah gitu aja, maap buat typo.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang