17

3.4K 314 10
                                    

_TP_

Hari ini adalah hari minggu. Kebanyakan di hari ini para pekerja diliburkan. Tak terkecuali Zeendy. Di pagi-pagi ini dia sudah berada di rumah Chika, menuruti kemauan Papa Chika yang ingin bermain bulu tangkis bersamanya. Bahkan Chika saja tak tau kalau pagi ini Zeendy sudah ada di rumahnya, karena Zeendy atau pun Papanya tidak ada yang memberi tau.

Papa Chika ini walaupun sudah mulai tua, tapi dirinya tetap suka berolahraga, sangat aktif, susah di suruh untuk diam. Dia tak ingin menjadi jompo lebih cepat karena kurangnya gerak. Dia harus lebih sehat daripada remaja jompo yang banyak di alami manusia di masa kini.

"Zeendy, liat aja kali ini om bakal kalahin kamu," kata Papa Chika.

"Iya om, percaya deh," balas Zeendy. Iyain aja dulu yekan, ngebahagiain orang tua itu dapat pahala. Zeendy yang menangkis pertama kali. Permainan ini di mulai. Awal masih berjalan santai, meski di selingi oleh lontaran-lontaran kata yang menggoda saat salah satu dari mereka tak dapat menangkis kok.

Chika memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Dirinya habis dari mengantarkan roti pesanan orang. Perlu kalian tau, bahwa Mama Chika ternyata sudah membuka jasa pembuatan roti dari rumah. Chika keluar dari mobil, matanya menelisik motor yang juga terpakir di halaman rumah. "Lah? Ini bukan nya motor Zeendy? Zeendy di sini? Kok ga ngasih tau gue?" Pikir Chika.

Chika buru-buru masuk ke dalam rumah. Melihat di ruang tamu juga di ruang keluarga tidak melihat batang hidung Zeendy di dalam rumah. Tak mungkin jika ada motornya, tapi orangnya ga ada. Chika memilih beranjak ke dapur menemui Mamanya. Feelingnya mengatakan bahwa Mamanya kini sedang berada di dapur, karena dapur adalah tempat Favorite mama nya itu. Dan, Ya. Jawaban nya benar. Mama nya sedang berada di dapur berkutat dengan tepung dan bahan lainnya.

"Mamaku sayang," ucap Chika.

"Nah, udah? Mana duitnya?" Pinta Mama Chika.

"Mama ih, anak nya pulang, aturannya nanyain dulu gimana di jalan macet ga? Kamu aman-aman aja kan selama di perjalanan? Malah langsung minta duit," gerutu Chika, "Nih duitnya." Chika menyerahkan uang berawarna biru berjumlah 6 lembar itu. Mama Chika menghitung kembali uang itu.

"Masih lengkap Ma, ga Chika korupsi," ketus Chika.

"Siapa tau aja kamu, berniat busuk terhadap duit Mama." Mama Chika memasuk kan uang itu ke dalam saku celana.

"Astaghfirullah Mah, sama anak sendiri suudzon terus ya," kata Chika tak terima.

"Udah diem! Mending kamu bantuin Mama. Buatin minum buat Papa kamu."

"Eh iya, di depan ada kayak motor Zeendy, tapi Zeendy mana?" tanya Chika.

"Ada tuh, di samping rumah. Lagi nemenin Papa main bulu tangkis."

"Seriusan?"

"Iya anak ku, cinta ku, sayang ku." Chika hendak berlari untuk melihat ke samping rumah, tapi baju belakangnya di tarik oleh Mama Chika. "Mau kemana kamu? Bantuin bikin minum dulu! Main pergi gitu aja," kata Mama Chika.

"Ck, iya-iya." Chika mengambil sirup di dalam kabinet lalu dituangkan ke dalam teko yang terbuat dari kaca. Setelah itu dia mencampurkan dengan susu full cream dan juga menambahkan air serta es batu secukupnya. Dia mengambil sendok untuk mengaduk minuman itu, lalu mencicipinya. Serasa sudah cukup dia menutup teko itu. Meletakkan teko itu, di atas nampang yang sudah ada dua gelas juga.

"Dah sana anterin," perintah Mama Chika.

"Ga Mama kasih cemilan?" tanya Chika.

"Ini lagi mama buatin cookies, ntar nyusul. Penting kamu kasih dulu minum nya pasti mereka udah haus," jelas Mama Chika. Chika menurut untuk mengantarkan minuman itu ke Zeendy dan juga Papa nya.

"Papa, Zeendy, minum dulu," panggil Chika. Berhubung permainan sedang terjeda karena mereka saling mengejek, maka mereka memutuskan untuk isirahat terlebih dahulu.

"Istirahat dulu Zeen," ajak Papa Chika. Mereka duduk di meja santai dekat pintu samping. Chika dengan pengertian menuangkan minuman ke gelas dua lelaki ini.

"Kamu, udah sampai dari tadi?" Tanya Papa Chika. Pasal nya dia tau kalau, tadi pagi anak nya ini sudah di perintai Mama nya untuk negantarkan kue pesanan.

"Baru kok Pa," jawab Chika.

"Makasih Chik," ucap Zeendy saat menerima pemberian minum dari Chika.

"Kamu kapan ke sini Zeen? Kok ga ada bilang-bilang ke aku?" tanya Chika, yang sekarang ikut duduk di kursi sebelah Zeendy.

"Tadi pagi. Kamu udah ga ada di rumah pas aku dateng," jawab Zeendy.

"Papa semalem yang nyuruh Zeendy ke sini. Mau papa ajak main bulu tangkis. Terus juga Papa sengaja ngelarang Zeendy buat ngasih tau ke kamu, biar suprise," jelas Papa Chika.

"CHIKA! SINI BANTUIN MAMA DI DAPUR!" terika Mama Chika dari dapur. Suara itu sangat keras sudah seperti menggunakan toa masjid saja.

"Tuh, udah di panggil. Sana," kata Papa Chika.

"Papa ngusir?"

"Loh, kok jadi ngusir. Orang kamu dipanggil Mama tuh, ga denger kah?"

"Iya-iya Chika masuk dulu."

"CHIKA!" Panggil Mama Chika lagi.

"IYA MA SABAR NGAPA? LAGI JALAN INI!" Sahut Chika sambil masuk ke dalam.

"Selalu saja begitu," kata Papa Chika lelah.

"Yang sabar ya om," kata Zeendy.

"Walaupun punya anak sama istri modelan kek begitu, om tetep sayang sama mereka."

"Eh iya ngomong-ngomong soal istri. Kapan nih kamu nikahin anak saya. Kalau belum mau nikah, minimal pacarin lah. Om tau kok, kamu ini sebenernya suka sama anak saya," ungkap Papa Chika yang membuat Zeendy gugup. Sudah berapa kali Papa Chika ini menyuruhnya untuk menikahi Chika.

"O-om kok tau s-saya suka sama Chika?" tanya Zeendy gugup. Papa Chika terkekeh lalu meneguk es sirup miliknya. "Om juga pernah muda kali. Jadi tau modelan orang kalau lagi suka sama orang itu gimana. Keliatan dari tingkah laku sama tatapan kamu buat Chika itu gimana," jelas Papa Chika.

"Om cuma nyaranin, lebih baik kamu gerak cepat kalau bener-bener suka sama anak saya. Cepet-cepet dapetin, ntar kalau keduluan orang, kamu nyesel. Karena ada temen Chika yang juga suka sama Chika. Dia sering dateng ke rumah buat nemuin anak saya, tapi kebetulan Chika nya ga ada di rumah. Namanya Faran. Om jujur kurang suka sama dia. Ga sopan sama sekali, dan sepertinya dia pemaksa. Tapi om aku-i effort dia gedhe. Tapi kembali lagi, om tetep ga suka sama dia. Zeendy, om udah ngasih kamu lampu ijo buat deketin Chika. Om dukung kamu, jadi om harap kamu ga ngecewain om ya. Dan juga jangan buat anak om kecewa. Kalau kamu sampai ngelakuin, om ga segan-segan ngehajar kamu tanpa ampun," jelas Papa Chika panjang lebar kali tinggi.

"Iya om. Zeendy bakal usahain. Makasih karna om udah ngasih Zeendy restu buat dapetin Chika," jawab Zeendy setelah lama diam mendengarkan penjelasan Papa Chika.

"Bagus, om tunggu kabar baik dari kalian."






























Azeek, udah dpt restu aje nih.

Ga ada double up. Gua mo nonton tiktok!

Maap buat typo.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang