13

3.8K 323 13
                                    

_TP_

"Gimana bagus ga rambut baru aku?" tanya Chika sambil mengibaskan rambutnya pelan.

"Bagus kok. Cocok di kamu, cantik," lirih Zeendy di akhir kata.

"Ha apa? Aku ga denger," kata Chika karena benar tak mendengar kata yang Zeendy ucapkan terakhir.

"Nggak ga papa. Kamu salah denger kali," elak Zeendy.
Akhirnya setelah berjam-jam menunggu Chika dalam mengurusi rambut, kini sudah selesai dan alhamdulillah hasilnya bagus benget gess.
"Udah mau sore, aku anter kamu pulang ya. Pasti Mama kamu nyariin," kata Zeendy.

"Buru-buru banget, emangnya mau kemana sih kamu?"

"Mau bersih-bersih lah. Ntar aku harus ketemu sama temen, ada urusan yang harus aku bahas," jelas Zeendy.

"Cewe pa cowo?"

"Cowo."

"Oke, anterin aku pulang. Tapi nanti mampir dulu di warung Bi Odah, aku pengen beli siomay." Zeendy mengangguk dan menuruti itu.

Warung Bi Odah cukup ramai pembeli karena siomay yang sudah terjamin rasanya enak apalagi sambel kacangnya. Behh, mantap betull. Chika memesan satu porsi siomay dengan harga sepuluh ribu. Mereka mulai mengobrol sambil menunggu siomay.

"Jalanan rame banget ya," kata Chika.

"Iya, jam segini emang waktunya orang pulang kerja," balas Zeendy.

"Aku punya tebak-tebakan," kata Chika.

"Apa?"

"Bagian tubuh apa yang lucu?"
Zeendy nampak memikirkan jawaban pertanyaan yang Chika  berikan. "Apa?" tanya Zeendy yang menyerah.

"Sicute (sikut) Hahaha..." Meski garing Zeendy tetap ikut tertawa dengan Chika. "Kok bisa."

"Gatau orang aku dapet dari ig," jawab Chika.

"Aku ada lagi. Hewan-hewan apa yang ga pernah salah?" Tak ingin pusing memikirkan jawaban Zeendy langsung saja bertanya apa jawabannya.

"Jawabannya, kucing gawrong hahaha..."

"Hadehh, Chika Chika."

"Will You Marry me?"

Rangkain kata yang langsung membuat Chika terkejut karena itu diucapkan oleh Zeendy. Zeendy ngalamar gua? Tiba-tiba? Di warung siomay? Batin Chika.

"Ka-kamu ngelamar aku?" tanya Chika tak percaya. Zeendy dengan panik menggeleng. Chika salah paham. "Bu-bukan gitu. A-aku baca tulisan di kertas yang nempel di tiang listrik itu." Zeendy menunjuk ke arah tiang listrik yang tak jauh dari mereka. Benar saja ada tulisannya di sana. Hadeh sungguh harapan Chika jika tadi Zeendy melamarnya hanya harapan. Seharusnya dia tak ke ge-er an.

Sialan Zeendy, gua kira nglamar. batin Chika sedikit kesal sebenarnya.

Zeendy dengan motornya mengantarkan Chika pulang ke rumah setelah siomay jadi. Tanpa mampir lagi ke rumah Chika, Zeendy langsung pulang. Jika saja dia mampir, bisa-bisa Chika akan menahannya dan tak akan membiarkan Zeendy untuk pergi lagi dan berakhir Zeendy tak akan jadi bertemu temannya.

"Yuhuu mama~ anak kesayangan mama pulang nih," kata Chika.

"Darimana aja kamu? Mama pulang ga ada orang di rumah," tanya Mama Chika, "Loh loh loh bentar. Kayak ada yang beda dari kamu." Mama Chika meneliti dari atas ke bawah bentukan anaknya ini. "Kamu Chat rambut?"

"Menurut lo? Udah jelas-jelas warna rambut aku ganti mah," jawab Chika.

Plak~

"Aduh." Chika menggosok-gosok pantatnya yang baru saja di tabok oleh mamanya itu. "Apa sih mah tabok-tabok? Ntar kalau pantat aku jadi gedhe gimana?"

"Ya kamu ngomong sama mama pake 'lo'. Sopan kah begitu wahai anakku?" tanya Mama Chika sambil berkacak pinggang.

"Maafkan aku baginda kanjeng ratu," balas Chika sambil menundukkan badan.

"Wah ada apa ini? Pada main putri-putrian?" tanya Papa Chika yang bergabung.

"Main bulu tangkis. Papa kok udah pulang?" Tanya Chika. Tak biasanya Papanya itu jam segini sudah pulang. Biasanya akan pulang malam karena papanya itu sudah gila kerja jika sudah bertemu dengan tumpukan kertas yang bisa meledakkan kepala.

"Papa pulang larut salah pulang awal salah. Terus papa kudu gimana? Emang ya cowo itu selalu salah di mata cewe," keluh Papa Chika.

"Heheh.. bercanda Pah. Papa mah sensi banget, lagi dapet apa?" kata Chika sambil bergelanyut manja.

"Udah jangan gelendotan kek gini. Kayak monyet kamu," kata Papa Chika. Sungguh menusuk sekali sampai menggores hati kecil Chika, anjay.

"Apa sih pa, anak sendiri di kira monyet. Mah, papa nih," adu Chika.

"Udah-udah. Gelud mulu hobinya."

"Chika mau ke kamar."

"Chika besok Zeendy suruh ke sini, mau papa ajak main badminton."

"Besok Zeendy kerja pah," sahut Chika.

"Udah tua pakek segala mau main badminton," kata Mamah Chika.

"Loh tua-tua gini papa masih kuat kalau di suruh olahraga ga ma. Apalagi olahraga ranjang," kata Papa Chika dengan senyuman yang penuh arti. Mama Chika yang melihat sontak mengetahui apa yang ada di pikiran suaminya itu. "Ga ada ya, mamah capek."

"Aih mah, ayolah 1 ronde, ayo main," rengek Papa Chika sambil memebuntuti istrinya ke dapur. Dasar pasangan suami istri tua ini.

_TP_

Langit berganti dengan malam. Lampu-lampu terlihat menerangi setiap penjuru kota. Zeendy berada di sebuah cafe yang biasa dia kunjungi untuk bertemu dengan temannya seperti yang sudah di janjikan. Kepulan asap keluar dari mulut teman Zeendy ini. Tenang ges Zeendy anaknya tak suka merokok.

"Katanya mau ada yang lu omongin. Mau ngomongin apa Flo?" tanya Zeendy sambil menyemil kentang goreng.

"Jadi gini.." Zeendy menunggu lanjutan dari Floran yang sekarang diam.

"Ga jadi."

"Sialan." Zeendy melempar Floran dengan kentang yang dia pegang. "Serius anjer, bener-bener ye ni bocah," kata Zeendy. Floran hanya tertawa menanggapi.

"Oke-oke gua serius. Soal Freya."

"Pasti lu minta solusi soal hubungan lu sama Freya," tebak Zeendy.

Tik! Floran menjentikkan jarinya. "Betul sekali. Jadi gimana dong, gua ga brani ngungkapin perasaan ke Freya." Sebuah fakta ternyata Floran pun diam-diam menyukai patner kerja nya itu.

"Muka aja sangar buat ngungkapin perasaan aja ga berani," ejek Zeendy.

"Apa bedanya ama lo? Ngaca bro," balas Floran dengan senyumana tengil. Zeendy terdiam, benar juga apa yang Floran katakan. Zeendy hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Soal percintaan dua manusia ini aslinya sebelas dua belas. Sama-sama pengecut tak berani mengungkapkan apa yang mereka rasa kepada orang yang di suka.

"Ya lagian lo, mau minta saran ke orang yang percintaannya aja sama kek elo," kata Zeendy.

"Ya terus mau ke siape lagi ege, gua bingung."

"Udah menting lo anteng aja menjomblo bareng gua," kata Zeendy.

"Ogah, ntar lo punya pacar sedangkan gua lo tinggal jomblo sendirian," balas Floran.

"Yaudah sih, jodoh udah ada yang ngatur. Tiba-tiba ntar lu yang nikah duluan kan kagak ada yang tau," kata Zeendy.

Mereka melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berbeda. Ada saja yang mereka bicarakan. Mulai dari member jkt yang grad berjamaah sampe salah satu member yang sibuk di univers lain. Sangat random memang lelaki jika sudah mengobrol.























Maapkeun buat typonya. Udah up kan sesuai yg kalian pengen. Jadi kudu rame, kgk rame gua hih kalian atu-atu

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang