14

4.2K 333 6
                                    

_TP_

Setelah menikmati hari libur meski hanya sehari, kini Zeendy kembali melakukan rutinitas dalam bekerja menjadi tukang paket. Pagi hari dirinya menyambut hari dengan bahagia. Dia harus selalu bekerja dalam keadaan bahagia agar berkah. Jadi kalian wahai manusia lakukanlah semua hal dengan bahagia biar lancar dan berkah.

Di tempat kerja kini sedang heboh, dikarenkan ada salah satu pegawai uang berulang tahun hari ini. Para pekerja di sana diundang untuk menghadiri acara ulang tahun nanti malam. Dibebaskan yang memiliki pasangan boleh di bawa bagi yang tak memiliki terserah mau datang sendiri atau mengajak teman agar tak terlihat jomblo.

"Ntar malem lo dateng sendiri atau bawa temen Zeen?" tanya Floran.

"Palingan gua ngajak Chika kalau dia bisa."

"Ceilah, bucin lu, apa-apa Chika," ejek Floran.

"Bodoamat, selagi bisa kenapa nggak? Lu ntar malem sama siapa?" gantian Zeendy bertanya.

"Sendirian, gua mandiri aja," jawab Flora santai.

"Ga mau ngajak Freya?" bisik Zeendy.

"Gimana mau ngajak anjir, sedangkan dia aja juga di undang di acara yang sama," jawab Floran.

"Maka dari itu, lo ajak berangkat bareng lah. Kan searah, kalian juga udah biasa berangkat kerja bareng kan? Nah sekalian aja ntar ajak bareng pas dateng," kata Zeendy memberi saran. Floran nampak berpikir. "Ide bagus. Tumben saran lo bermanfaat," kata Floran.

"Sialan, saran gua memang selalu bermanfaat. Lo aja yang ga pernah ngikutin," cibir Zeendy dan Floran hanya tertawa. "Oke deh, ntar gua ajak si bareng dia."

"Tuh panjang umur, baru juga di omongin udah nongol orang nya," kata Zeendy. Freya menghampiri mereka dengan sebuah buku yang pasti data-data pengiriman paket.

"Kerja woi kerja, gibah aja kalian berdua ini," kata Freya.

"Dikira kita cewe apa, suka nggibah?" timpal Zeendy.

"Kalian udah siap kerja? Cepet siapin tas sama motor kalian. Paket yang kudu kalian anter udah disiapin, tinggal cap cus berangkat," jelas Freya.

"Siap ndoro. Ini kita mau persiapan," balas Floran.

"Buruan, kerja kerja kerja! Biar cepet jadi orang kaya."

"Ah males banget gua, Fre," keluh Floran.

"Ck, jangan males, lo bukan Rafathar yang baru lahir udah jadi sultan." Savage Freya.

"Aduh, ngena banget nih di ati," melas Floran sambil memegangi dadanya. Zeendy hanya tertawa mendengar perdebatan ke-dua temannya ini.

Zeendy sudah mulai bekerja mengantarkan paket dari rumah ke rumah. Sudah resiko jadi tukan paket jika harus rela menerjang angin, mendaki gunung, lewati lembah, sampai dikejar soang pun mereka jabani untuk mengantarkan paket ke tempat tujuan.

Zeendy kini berada di satu desa yang banyak tumbuhan pohon buah di setiap depan rumah. Namun, desa ini terlihat cukup sepi di pagi hari ini. Zeendy memberhentikan motornya di pinggir jalan untuk mencoba menghubungi nomor penerima paket.

"Halo?"

"Halo Ibu, selamat pagi. Saya pengantar paket, ingin mengantarkan paket Ibu. Saya mau tanya, rumah Ibu yang mana, di sebelah mana?" tanya Zeendy.

"Pagi mas, rumah saya yang depannya ada pohon mangga mas. Saya tunggu ya mas."

"Tapi buk-"

Tut!

Telpon dimatikan sepihak. Belum selesai Zeendy berbicara sudah di matikan saja. Dia harus kembali mengubungi penerima lagi, karena merasa belum paham di mana rumah ibu itu. Tentu saja Zeendy bingung, ibu itu berkata di depan rumahnya ada pohon mangga, sedangkan di sekitar sini setiap rumah ada pohon mangganya. Bagaimana tak bingung?

_TP_

Misi mengantar paket selanjutnya. Zeendy terdiam kaku, rasa takut dan was-was menjadi satu. Dia sudah sampai di depan halaman penerima paket. Namun, ada saja rintangan yang harus dia lewati. Kali ini, dia ingin memanggil-manggil nama pemilik rumah, tapi rasanya dia tak mampu mengeluarkan suara. Penyebabnya adalah adanya soang berjumlah 6 yang sedang menatap tajam ke arah Zeendy. Tentu saja itu membuatnya takut, bagaimana jika soang-soang itu berubah menjadi mode ganas dan mengejar dirinya? Kalian pasti tau soang kalau udah ngejar, pasti dikejar sampai dapet.

Meski takut, tapi Zeendy mendokumentasikan hal ini. Dia merekam kejadian ini. Layar kamera menyala merekam Video, di arahkan pada wajahnya. "Jadi gini, kan gua dapet jatah buat ngirim paket ke desa sini nih. Udah sampe di depan rumah. Kalian tau? Sungguh istimewa, gua di sambut ges. Lihat nih." Kamera diubah menjadi kamera belakang. "Bwaaaa, gua di sambut soang bangsat. Gua takut coy ini begimana gua ngasih ke penerimanya kalau di depan rumah aja ada makhluk modelan begini. Woy soang minggir!" Kata Zeendy.

Tak disangka ternyata para soang itu menundukkan lehernya dan siap untuk menyosor. Dengan pelan para soang itu mengejar Zeendy tentu saja Zeendy langsung memekik takut. Dia spontan lari dan di kejar oleh soang-soang itu. Aksinya ini ditertawakan oleh bocil yang melihat. Zeendy terus berlari menghindari soang sampai dia masuk ke dalam rumah tujuan penerima berniat meminta pertolongan.

"BUK BUK TOLONG SAYA BUK!" panik Zeendy.

"SAYA DI KEJAR SOANG!"

Ibu pemilik rumah + pemilik soang itu mengusir para soang yang mengejar Zeendy. "Udah ga papa mas. Soangnya ga gigit kok," kata Ibu itu mencoba menenangkan.

"Iya ga gigit tapi nyosor buk, sama saja," kata Zeendy, "Nih paket ibuk." Zeendy menyerahkan paket ke penerima.

"Wah, makasih ya mas. Lain kali kalau saya ada pesen lagi mas yang nganterin paket ke sini ya. Mas nya ganteng gini, saya demen liatnya," kata ibu itu.

Amit-amit bu. Trauma gua kalau begini. batin Zeendy, "Bu tolong anterin saya ke depan bu, ke motor saya. Saya takut bu, kalau dikejar lagi begimana? Cape saya buk," keluh Zee dengan melas.

Ibu itu akhirnya mau mengantarkan Zeendy ke depan. Para soang itu terlihat seperti kembali mengincar Zeendy. Langsung saja Zeendy buru-buru langsung menancap gas meninggalkan sana. "Gini amat jadi tukang paket," gumam Zeendy di jalan.


































Udahh segini dulu besok lagi klo ga males. Awokawokaowk.

Cara biar cepet dapet ide kalau otak mulai mampet buat nglanjutin cerita dong.

Maap buat typo

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang