5

4.6K 389 15
                                    

===TP===

B

RAK! BRAK! BRAK!

"Buka!"

"Buka atau saya dobrak pintu ini?!"

Suara riuh terdengar dari luar kontrakan Zeendy. Ia yang baru saja selesai mandi pun terheran dengan suara keributan di pagi hari ini.

"Ada apa sih ribut-ribut diluar?" Monolog Zeendy heran.

"Buka!"

"Iya-iya pak, sabar otw ini," sahut Zeendy. Takut pintu kontrakannya di dobrak, Zeendy dengan tergesa berjalan ke depan.

Ceklek~

Zeendy membuka pintu dan melihat dua lelaki berbadan gedhe yang menjadi pelaku penggedor pintunya tadi.

"A-ada apa ya pak?" tanya Zeendy.

"Ada apa ada apa! Lo jangan amnesia ya! Bayar utang kulkas lo!" Bentak Bapak kepala plontos.

"I-iya pak, pasti saya bayar kok. Sabar dulu ya pak, nanti tengah-tengah bulan pas saya gajian saya bayar pak. Saya janji, sekarang saya belum ada uang buat bayar," kata Zeendy.

"Halah! Bulan lalu lo juga bilang gitu ke kita. Tapi mana?! Lo udah nunggak 2 bulan!" bentar bapak satunya berambut cekmek.

"Yakan kemarin saya lagi ada butuh pak. Jadi belum bisa bayar. Saya janji bulan ini bayar. Tanggal 20 ke sini lagi pak, saya akan bayar," kata Zeendy lagi.

Srek~

Kerah kaos Zeendy dicengkram oleh bapak berkepala plontos. "Awas aja! kalau lo ga bayar, motor lo gua sita!" Katanya penuh penekanan.

"I-iya pak, s-saya janji," kata Zeendy tergagap.

Dua bapak-bapak itu pun akhirnya meninggalkan kontrakan Zeendy. Zeendy mengelus dadanya lega. "Gilak, bau banget mulut bapak botak itu. Ga pernah sikat gigi apa ya?"

"Eh, jam berapa ini?! Gua kudu siap-siap!" Zeendy dengan tergesa kembali masuk ke dalam kontrakan untuk bersiap-siap bekerja.

Di sisi lain seorang ibu-ibu kini sedang menikmati acara TV yang menayangkan kartun Shifa. Dia adalah mamah Chika yang dengan santai dan damai menikamti kartun itu dengan cemilan keripik kentang di dalam toples yang dia peluk.
Namun, ketenangannya ini tak bertahan lama karena hadir sang anak yang sekarang gusrak-gusruk di sebelahnya. Dia mencoba menghiraukan kelakuan sang anak yang menganggunya ini.

"Ck! Polisi prindapan ini ga becus banget deh. Masa kalah sama anak kecil. Bisa-bisa makan gaji buta polisi ini," oceh Mamah Chika.

"Biarin aja sih mah, namanya juga kartun," komen Chika yang kini bergelendotan di tangan sang mamah.

"Jangan panggil aku anak kecil paman, aku shifa, namaku adalah Shifa~" Mamah Chika menirukan persis seperti ucapan Shifa disaat Shifa akan melawan penjahat di TV.

"Apa sih mah? Udah tua tontonnanya kartun," komen Chika lagi.

"Suka-suka mamah lah, kamu komen aja kerjaanya," balas Mamah Chika.

"Hilih, mana apal lagi sama kata-kata si Shifa, kayak bocil tau ga," komen Chika lagi.

Plakk! Mamah Chika yang sudah geram karena sang anak menganggu ketenangannya pun menabok pantat seksehh Chika.

"Aduhh, apa sih mah tabok-tabok pantat aku?"

"Kamu bisa ga, gausah ganggu ketenangan mamah nonton kartun? Nyebelin banget punya anak satu," kata Mamah Chika.

"Chika gabutz mah, nungguin paket ga dateng-dateng," jelas Chika.

"Haish! Emangnya kamu pesennya sejak kapan?" tanya Mamah Chika.

"Kemarin," jawab Chika.

"Ya pantes lama, orang baru aja kemarin kamu pesen. Ga tau barang kamu udah dibungkus atau belum. Sabar napa jadi orang, ga sabaran mulu kamu," oceh mamah Chika.

"Aku ga sabar mah sama paket aku," kata Chika.

"Halah, emangnya kamu pesen apa sih?"

"Rahasia dong, mamah ga perlu tau," jawab Chika dengan tengil.

"Dasar anak durjana," ucap mamah Chika.

"Sana mending kamu ngapain kek, belajar atau main sulap sana terserah! Jangan ganggu mamah yang penting!" Peringat mamah Chika.

"Mamah ih, masa aku di suruh main sulap," kata Chika dengan cemberut.

"Ga papa biar pinter," jawab Mamah Chika dengan mata yang fokus ke layar tv.

"Iya pinter, terus nanti Chika bakal ngilangin mamah biar ga marahin Chika terus." Chika seketika kabur karena melihat mamahnya yang akan melempar bantal sofa ke arahnya.

Suara tawa menggema di dalam ruangan. Chika berlari sambil tertawa ke arah kamarnya sana. Pasti dia akan bersembunyi dari amukan sang mamah. "Jangan durjana ya kamu sama mamah," kata Mamah Chika kesal.

_TP_

"Bener ini kan rumah nomor 11," gumam Zeendy. Zeendy turun dari motor dengan paket berukuran kecil di tangannya. Dia melangkah mendekat ke depan gerbang.

'Awas ada anjing galak!'

Di gerbang itu terdapat tulisan di atas kertas.

"Mana anjingnya?" Gumam Zeendy. Mata Zeendy berkeliaran mencari keberadaan anjing galak yang dimaksud penulis. Namun, yang Zeendy temukan adalah kucing berkumis yang sedang menjilati tangannya. Zeendy dengan iseng memanggilnya, "Oy Njing!" Panggil Zeendy.

Kucing itu dengan reflek menoleh ke arah Zeendy.

"Ngeonggwong~" balas Kucing itu dengan suara berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngeonggwong~" balas Kucing itu dengan suara berat.

"Lo anjing?" tanya Zeendy. Mulai random kelakuannya, yaitu suka mengajak hewan berbicara.

"Ngeongg hekksss~"

"Oalah, jadi bener nama lo anjing? Kirain anjing hewan. Nih paket buat majikan lo, wishkas ini. Kasihin gih." Zee memasukkan paket itu ke sela-sela bolongan pagar. Kucing itu menurut menghampiri Zeendy.

"Ngeongggg~" kucing berkumis itu lalu menggigit paket yang Zeendy letakkan di tanah, membawanya masuk ke dalam rumah.

"Pinter juga tu kucing," puji Zeendy. Zeendy membuka buku data pengiriman. Mencoret nama paket yang sudah terkirim. "Oke selanjutnya, rumah nomor 8 di jalan bersama dirinya. Ngeri juga namanya."

Zeendy langsung saja bersiap dan menancap gas menuju alamat yang tertera.




















Maap ya ges baru bisa up. Sibuk banget beneran ga boong. Buat cerita sebelah, mohon untuk menunggu lagi wkwkwk. Lagi proses pengetikan.

Yang sabar ya para kecebongku. Maap klo ada typo. Babay:)

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang