_TP_
Zeendy pov.
Hari ini sikap Chika cukup aneh. Setelah semalam dia pergi bersama teman perempuannya. Katanya sih girl's time tapi entahlah apa saja yang mereka lakukan sampai membuat Chika bersikap aneh seperti ini.
Pagi-pagi di hari libur kerja ini, Chika sudah menggedor-gedor pintu kontrakanku. Padahal dirinya sudah aku berikan kunci cadangan kontrakanku, tapi katanya lupa dibawa jadilah dia menggedor-gedor pintuku seperti reinternir menagih utang.
Pagi-pagi dia sudah mengomel seperti Mami ku saja. Dia terus mengomentariku karena tidak bangun pagi dan tidak segera membersihkan rumah di hari liburku. Ya memang kontrakanku sedikit kotor, karena aku sibuk! Hal itu membuat aku tak bisa mendapatkan waktu untuk bersih-bersih.
Biasanya Chika akan datang ke sini membantu membersihkan, tapi akhir-akhir ini kami sama-sama sibuk. Chika sibuk dengan perusahaanya dan aku sibuk dengan beberapa hal karena sebantar lagi identitas ku akan segera terungkap. Dan aku akan risegn dari pekerjaan pengantar paket menjadi lalu berubah menjadi pemilik kantor kuyang express.
"Kamu ini, kan aku, udah bilang semalam buat bangun pagi! Bersih-bersih rumah Zeendy! Tapi jam berapa ini?"
Aku hanya diam, takut-takut menjawab malah mendapat semprotan dari Chika. "Aku, tanya jam berapa sekarang?!"Oh sial! Aku diam pun masih saja kena marah. "Jam sepuluh baby," jawab ku pelan.
"Ini cukup siang Zeendy! Pasti semalam kamu begadang lagi kan? Udah aku bilang jangan sering-sering begadang. Aku, denger kemarin tetangga komplek meninggal karena sering begadang main game, kamu mau kayak gitu?!"
Benar, aku semalam begadang karena bermain game online bersama adikku. Harusnya adikku yang kena omel karena mengajakku bermain, bukan malah aku. Aku menatapnya ingin mengatakan sesuatu.
"Apa? Kamu mau bilang nyuruh aku, marahin adek kamu bukan kamu?" Kata Chika ngegas.
Aku tersentak. Sepertinya Chika masih punya ikatan darah-darah indihome, dia seperti bisa membaca pikiranku. "T-tapi kan emang dia yang ngajak aku baby," kata ku.
"Harusnya kalau kamu mau nurutin ucapan aku ya jangan terima ajakan dia. Tidur lebih awal itu lebih baik Zee. Kamu boleh kok begadang! Kalau sama aku doang, ga boleh sama yang lain!"
Cerewet sekali dia ini. Tapi dalam mengomel seperti ini, sifat posesifnya tak pernah hilang. "Iya, baby maafin aku ya. Aku salah. Aku harusnya ga nurutin ajakan adek aku buat main. Maaf ya." Apa pun permasalahannya pasti akhirnya aku yang meminta maaf meski nantinya aku yang tak melakukan kesalahan.
Aku menarik dirinya kepelukan, berharap dapat meredakan emosi Chika yang tiba-tiba muncul. Tak lama terdengar isakan kecil. Pasti ini berasal dari Chika. Apa lagi yang terjadi Ya Allah. Lelah sekali hambamu ini.
"Hei, kenapa menangis baby?" tanya ku. Aku menghapus air mata yang mengalir di ke dua pipinya.
"Maafin aku, udah marah-marah sama kamu pagi-pagi gini."
Ha? Apa? Ga salah? Chika minta maaf?
"I-iya baby, ga papa. Aku yang salah. Harusnya aku nurutin perkataan kamu, padahal itu demi kebaikan aku sendiri juga kan." Dia sekarang terlihat meringis kesakitan dengan memegang perutnya. Kenapa pacar ku ini? Apa ternyata dia sakit?
"Kamu kenapa? Kamu sakit? Perut kamu sakit iya? Ke rumah sakit ayo," cerca ku. Bagaimana pun aku tak mau pacarku satu-satunya ini kenapa-napa.
"Nggak, jangan ke rumah sakit. Aku, nggak papa kok, cuma sakit perut aja," katanya. Tapi dia sesekali masih meringis kesakitan sambil meremas perutnya.
"Kamu abis makan apa emangnya?"
"Aku, cuma lagi PMS aja."
Aku melihat tanggal. Benar ini adalah tanggal masa menstruasi Chika. Pantas saja moodnya naik turun tak jelas seperti ini. Ternyata ini penyebabnya. Haiss, tapi aku tetap saja tak tega melihat rasa sakit yang terus Chika keluhkan saat datang bulan.
"Duduk dulu duduk, jangan cape-cape." Aku membawanya duduk di atas ranjang. Dia secara otomatis langsung menyandarkan setengah tubuhnya didada ku.
"Perut aku, sakit," keluhnya. Aku mengusap perutnya sesekali menekan-nekan itu. Terlihat ambigu, tapi aku hanya berniat mengurangi rasa sakit peru Chika.
"Aku, beliin obat ya?"
"Ga mau, obat pait. Aku, ga suka."
Aku mengingat Freya pernah membeli minuman kiranthi saat datang bulan kemarin. Katanya minuman itu dapat membuat rasa keram dalam perut berkurang. Sebaiknya aku membelikan itu saja di Indoapril terdekat. "Kamu tunggu di sini dulu ya. Aku, ke indoapril dulu beli sesuatu."
"Ga mau, kamu di sini saja. Jangan kemana-mana."
Gemass sekali Chika mode manja seperti ini. "Hanya sebentar, kamu tiduran saja di sini. Ada sesuatu yang harus aku, beli. Penting. Tunggu di sini sebentar ya."
"Sebentar kan?"
"Iya sebentar."
"Okey." Akhirnya Chika mengizinkan. Aku segera mengambil dompet dan pergi ke indoapril.
Sampai sana aku langsung mencari minuman bernama kiranthi dua botol rasa jeruk. Tak hanya itu, aku juga berinisiatif membelikan Chika pembalut. Siapa tau dia ingin berganti agar tak kebingungan mencari ganti. Tapi sekarang malah aku yang jadi bingung. Aku berdiri di deretan banyaknya merk pembalut. Mana yang harus aku pilih? Aku tak tau yang mana Chika biasanya gunakan.
Apa bedanya bersayap dan tidak?
Apa kelebihan bersayap itu membuat bisa terbang? Jika iya lebih baik aku membeli yang tak bersayap saja, aku tak mau kekasih ku di bawa terbang oleh pembalut ini.
Aku melakukan teknik tang ting tung dalam memilih merk pembalut. Dan pilihan jatuh dimerk bertuliskan daun sirih. Daun sirih? Adakah merk daun jeruk juga. Hah! Lebih baik aku segera pulang daripada memikirkan hal ini.
Sampai rumah aku malah melihat Chika sedang membersihkan kamar ku. Menyapunya dengan membereskan pakaian kotorku, memasukkanya dalam keranjang.
"Hei baby, apa yang kamu lakukan?"
"Kamu ga buta kan? Aku, lagi nyapu!"
Oh shit! Kumat lagi mode senggol bacoknya. "M-maksud aku, kamu ngapain nyapu. Harusnya kamu tiduran aja istirahat baby. Jangan cape-cape. Nih aku beliin sesuatu buat kamu." Aku menyerahkan kresek putih itu pada Chika. Wajah Chika berubah, raut garangnya berubah. "Uhh, sayang makasih. Kamu baik banget beliin aku ini," kata Chika sambil menunjukkan botol kiranthi.
"Sama-sama sayang. Aku, beliin itu biar perut kamu ga sakit lagi. Aku juga beliin kamu pembalut, biar bisa ganti kalau udah penuh."
"Makasih sayang. Sayang banget aku sama kamu." Chika memelukku dengan erat. Aku membalasnya tak kalah erat. Bagaimanapun sifat Chika, dia tetap kekasih ku tersayang. Tak ada yang bisa menggantikannya seseksi apapun, sebahenol apapun mereka.
"I love you sayang."
"Love you more, baby."
Zeendy pov end.
Chika lagi pms ganas banget keknya wkwkkw.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Paket [END]
Teen Fiction"Mbak, mbak kenapa?" tanya Zeendy cukup khawatir. "Bawa saya pergi." "Lahh?" Zeendy bingung. "Saya pengantar paket mbak, bukan tukang ojek," lanjut Zeendy Start : 4 Maret 2023 End : 30 Mei 2023 Revisi : 30 Juni 2024 Selesai : 7 Juli 2024