7

4.1K 362 15
                                    

_TP_

"Mas, pesen Coffee Hazelnut Latte sama... lo mau apa?" tanya Zeendy pada Freya. Freya melihat buku menu, tangannya bergulir mencari coffee yang pas untuknya hari ini. "Caramel Latte aja deh," jawab Freya.

"Sama Caramel Latte mas, satu. Dibungkus ya," lanjut Zeendy. Zeendy dan Freya menunggu pesanan di meja bar. Matanya sambil memperhatikan pengunjung cafe yang mulai ramai. "Mama lo masih pulang kampung Fre?" tanya Zeendy mencari topik.

"Iya, lusa baru balik," jawab Freya.

"Boleh kali kalau pulang nanti minta bawain Bakpia Jogja," pinta Zeendy main-main

"Boleh, ntar gue bilangin Mama, kalau lo pengen dibawain bakpia," jawab Freya.

"Oke deh, gua tunggu."

Mobil yang ditumpangi Faran dan Chika kini telah tiba di satu Cafe yang cukup ramai oleh anak muda. Faran keluar dari mobilnya lalu berlari kecil menuju pintu samping mobil untuk membukakan pintu.

"Silahkan turun Tuan Putri," kata Faran.

"Apasih, lebay. Gua bisa buka sendiri kali," balas Chika.

"Namanya juga usaha Chik," ucap Faran. Chika hanya mengembuskan napas malas. "Ayo masuk," ajak Faran. Dia mempersilahkan Chika untuk jalan terlebih dahulu, sedangkan dia menyusul di belakang dengan jarak yang cukup dekat.

"Mau duduk dimana?" tanya Faran.

"Terserah," jawab Chika.

"Di sana aja yuk, kosong tuh." Faran menunjuk ke area  tengah sebelah kanan.

"Terserah," jawab Chika lagi.

Sabar, ya Tuhan sabar. batin Faran. Dia masih menunjukkan senyum manisnya. "Ya sudah ayo." Kali ini dia yang memimpin jalan. Sampai meja dia berinisiatif menarik kursi mempersilahkan Chika untuk duduk. Setelah diyakini Chika sudah nyaman, dia duduk di depan Chika. Tak menunggu lama pelayan datang untuk mencatat pesanan yang akan dibeli Chika dan Faran.

"Kamu mau apa?" tanya Faran.

"Mas, vanilla Latte nya satu, sama kentang krispi satu porsi," pesan Chika mengabaikan pertanyaan Faran.

"Ee.. saya samain aja mas," ucap Faran.

"Baik, jadi Vanilla Latte 2, kentang krispi nya 2 ya mbak, mas. Mohon di tunggu sebentar." Pelayan pergi meninggalkan meja mereka berdua.

Di sisi lain ternyata tempat dimana Chika dan Faran berada adalah tempat yang kini Zeendy dan Freya sedang menunggu pesanan kopi mereka. Jarak tempat mereka yang mayan jauh membuat mereka tak sadar bahwa ada di tempat yang sama. Toh juga Chika tak sama sekali menengok ke meja bar. Dia hanya fokus pada ponselnya dan sesekali menjawab pertanyaan Faran.

"Ini pesanannya mas," ucap barista sambil menyerahkan satu bag berisi kopi pesanan  mereka.

"Berapa mas?" tanya Zeendy.

"Semua totalnya lima puluh ribu."

Zeendy merogoh dompetnya mencari uang pas. Zeendy yang melihat Freya juga ikut mrngeluarkan uang langsung ditahan olehnya. "Eh mau apa?" tanya Zeendy.

"Bayarlah apa lagi?" Bingung Freya.

"Biar gua yang bayar," kata Zeendy.

"Ih nggak, gue bayar sendiri aja."

"Ga ada penolakan bodoamat. Gua yang bayar. Nih mas." Zeendy menyerahkan uang lima puluh pas kepada barista. "Udah yok pulang," ajak Zeendy yang kini sudah berdiri dengan satu bag di tangan kanannya.

"Kapan-kapan gantian gua yang beliin lo kopi," kata Freya.

"Terserah apa mau lo," jawab Zeendy santai.

Dia jalan memimpin dengan Freya yang mengikuti dari jalan. Dia terus berjalan dan sempat berhenti karena ada pelayan yang berjalan membawa kopi di nampan yang di pegang. Zeendy berhenti di belakang wanita berambut cokelat yang sedang menunduk asik dengan ponselnya. Padahal di depannya ada lelaki tampan yang malah dianggurin.

Sedangkan wanita itu adalah Chika. Dia asik memainkan game Zombie Tsunami di ponselnya. Namun, gerakan tangannya berhenti saat mencium aroma parfum yang seperti familiar gitu. Akan tetapi dia lupa, wangi parfum siapa ini. Parfum itu tercium sangat dekat, seperti berada di belakangnya. Chika menyerong ke kanan lalu melihat ke belakang tapi tak ada siapa pun di belakangnya. Dan harum parfum itu pun sudah tak sedekat tadi. Chika kembali menghadap ke depan.

"Kenapa Chika?" Tanya Faran. Chika hanya menggeleng sebagai tanggapan. Kayak ga asing deh, parfum itu. batin Chika.

Klontang~

Suara nampan jatuh berasal dari dekat pintu keluar. Chika ingin menoleh tapi di tahan oleh tangan Faran. "Bentar Chika, rambut kamu kayak ada sesuatu," kata Faran.

"Ada apa?" tanya Chika.

"Bentar-bentar."

Di depan pintu tadi seorang pelayan tak sengaja menyenggol Zeendy sampai nampan yang ia bawa jatuh ke lantai. "Maaf-maaf mas, saya ga sengaja. Maaf mas," kata Pelayan itu.

"Iya mas ga papa," jawab Zeendy.

"Lain kali hati-hati mas," timpal Freya.

Tangan Faran menyisir sehelai rambut Chika dan menemukan seperti potongan kertas putih kecil di sana. "Nih ada kotoran," ucap Faran.

Chika berdecak lalu menoleh ke arah pintu, tapi sudah tak ada apa-apa di sana. Hanya ada pelayan yang mengambil nampan dan pintu yang bergerak seperti ada orang yabg baru saja keluar dari sana.

"Kamu liatin apa sih Chik?" tanya Faran pada Chika yang dari tadi terlihat mencari seseorang.

"Bukan siapa-siapa," jawab Chika.

_TP_

"Ayo Fre naik. Keburu maghrib nanti sampe rumah," kata Zeendy.

"Oke-oke bentar." Freya masih sibuk mengancingkan helm miliknya.

"Udah ayok," kata Freya. Dia langsung duduk nyaman di jok motor Zeendy.

"Oke, ayo kita pulangg~" kata Zeendy bernada. Dia menancap gas pelan dan mulai kembali melanjutkan perjalanan mengantar Freya pulang ke rumah.




















Malam ges. Maap klo ada typo.

Dah aku mo turu.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang