15

4.1K 333 5
                                    

_TP_

Z

eendy pov

"HAHAHAHA..." suara tawa dari teman-teman kerjaku berdengung memenuhi ruangan. Aku mengirimkan video yang ku rekam tadi ke grub teman-teman karjaku. Benar saja, sekembali nya aku dalam bekerja, langsung di sambut tawa yang menggelegar dari mereka. Aku hanya bisa mendengus kesal, lagi pula inisiatif aku sendiri untuk merekam tragedi kelam itu dan mengirimkan pada mereka. Jadi aku harus terima hasil nya jika mereka akan menertawakan ku seperti sekarang.

"Kasihan banget nasib lo Zeen, Zeen." Itu Garry yang berkata, salah satu teman kerja ku. Aku kesal? Tentunya. "Untung si ibu-ibu penerima mau nolongin lo. Kalau nggak, pasti lo sampe sekarang masih dikejar sama soang itu," lanjutnya.

"Kalau ga mau bantuin, ga bakal gua kasih paketnya ke dia. Gua bawa balik lagi," kataku.

"Bon, lo mau kado apa?" Celetuk Flora pada Bobon. Bobon adalah yang berulang tahun hari ini.

"Gua ga mau apa-apa, penting lo pada dateng gitu aja gua dah seneng," jawab nya terlihat tulus.

"Ngomong-ngomong soal nanti, mau pada pakek baju apa?" tanya Freya.

"Apa saja yang penting baju," jawabku. Bener kan? Yang penting pakek baju udah. Ga kayak cewe yang repot pakek baju, bilangnya ga punya baju padahal di lemari noh, baju penuh, sampe ga pernah di pakek.

Apa mau marah? Ga terima?

Toh emang gitu kan? Kalian ga usah ngelak deh.

"Ga gitu maksud gue, siapa tau kita pakek baju yang senada gitu. Kalau hitam-hitam semua, atau gimana," jelas Freya.

"Item-item udah kayak mau ngelayat aja. Merah aja bagus," ungkap Floran.

"Boleh tuh."

"Yaudah ntar merahan ya, biar temen-temen kerja pada samaan warna baju," kata Freya.

"Ntar bisa jadi patokan tuh, kalau orang pakek baju merah pasti tukang paket Kuyang Express, temen gua Hahaha..." kata Bobon di susul tawa, kami pun juga.

_TP_

Hari sudah sore, aku juga sudah sampai di rumah kontrakanku. Sudah mandi, sudah segar, sudah tampan rupawan, azeek!

"Apa Chika sudah pulang?" Pikirku.

Pesan yang aku kirim kepada nya sejak tadi aku sebelum mandi sampai sekarang belum dia balas. Boro-boro di bales, dibaca aja kagak. Tumben sekali dia seperti ini. Apa ada masalah?

"Harus kah aku menelponnya?" pikirku lagi.

Sekarang sudah pukul lima lebih lima belas menit, seharusnya dia juga sudah pulang bekerja. Aku memutuskan menelpon Chika. Aku menjadi khawatir jika nanti ternyata dia ada masalah gitu.

Panggilan pertama tak terjawab. Ada apan ini? Aku mencoba menelpon nya lagi sampai ke tiga kali, akhir nya dia menjawab.

"Halooooooo...." sapa dia dengan panjang.

"Halo, kamu baik-baik saja kan? Kenapa tak membalas pesan ku? Bahkan kamu baru mengangkat telpon ku yang ke tiga kali panggilan," cercaku.

"Khekhekeh.. aku tak apa. Tadi pulang kerja aku langsung mandi, jadi ga sempet buka ponsel, apalagi balas chat dari kamu, maaf. Ada apa?" Syukur dirinya tak mengalami masalah atau semacamnya. Setidaknya kini aku telah lega, mengetahui alasan diri nya mengapa tak membalas pesan ku.

"Baguslah kalau begitu. Ehem, jadi gini. Aku ada undangan ulang tahun dari teman kerja ku. Kau mau ikut datang dengan ku nanti malam?" tanya ku berharap semoga dia mau. Agar aku tak sendiri di sana nanti dan diejek sebagai jomblo. Padahal yang lain juga banyak yang jomblo, tapi entah kenapa aku terus yang menjadi sasaran ejekan mereka. Mereka kata; udah ganteng-ganteng gitu masa masih jomblo sih Zeen? Harusnya lo udah punya pacar, bahkan lebih dari satu.

Sebenarnya aku bisa saja langsung memiliki 1000 pacar dalam waktu sekejap, tapi aku bukan cowo yang suka mempermainkan hati perempuan, anjay! Dan aku lebih memilih Chika yang harus menjadi pasangan ku dari pada orang lain.

"Boleh-boleh, jam berapa?" Tanya dia, seperti terdengar senang.

"Apa kau tak lelah?" Tanya ku basa-basi, takut kan ternyata dia sedang lelah tapi demi menemami ku dia rela menerima ajakan.

"Nggak kok, aman. Jam berapa nanti?"

"Syukurlah kalau begitu. Jam tujuh malam aku jemput, pakai baju warna merah ya biar samaan," kata ku.

"Oke-oke. Aku tunggu."

"Yaudah gitu aja, udah mau maghrib. Aku mau sholat."

"Iya sama."

"Aku matiin, babay."

"Bay, Zeendy."

Tut!

Telpon aku matikan. Akhirnya Chika mau menerima ajakan dari ku. Pasti teman-teman ku juga akan ikut senang dengan kedatangan Chika. Karena sejak kenal dengan ku, Chika menjadi lebih akrab dengan mereka. Karena Chika juga sering berkunjung ke tempat kerja ku jika ada waktu dan begitu juga sebaliknya.

Zeedan pov end

Di sisi lain, Chika terlihat senang karena dirinya di ajak Zeendy pergi. Dia harus bersiap berpakaian rapi dan cantik, agar nanti di sana mata Zeendy hanya bisa tertuju padanya. Karena dapat dipastikan di acara itu akan banyak orang yang hadir, dan demi menjaga orang yang dia suka dia harus siap siaga berada di sekitar Zeendy agar bisa menjaga Zeendy terhindar dari banyaknya wanita-wanita gathel.

"Lebih baik aku mulai persiapan sekarang. Haruskah aku mandi lagi?" Pikir Chika.


















































Sambil nunggu buka puasa, baca nih crita gua.

Maapkeun buat typo yak.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang