16

3.6K 306 17
                                    

_TP_

"Assalamuallaikum~"

Ceklek~

"Eh Zeendy, ayo masuk-masuk," titah Mama Chika. Zeendy mengikuti Mama Chika yang mengajak nya ke ruang tamu. Di sana sudah ada Papa Chika yang sedang menikmati secangkir kopi sambil menenton sepak bola. Tumben sekali jam segini sudah pulang kerja, biasanya Papa Chika akan pulang sekitar pukul delapan malam.

"Eh Zeendy, sini-sini duduk," titah Papa Chika. Zeendy menurut, duduk di sofa yang berbeda.

"Mama ke atas, panggilin Chika dulu."

"Kamu rapi banget. Mau ajak Chika kemana?" tanya Papa Chika.

"Saya izin bawa Chika pergi om, mau ajak ke acara ulang tahun temen saya," ungkap Zeendy dengan sopan.

"Oalah, iya sana bawa aja ga papa. Tapi tetep jangan pulang terlalu malam ya," kata Papa Chika.

"Siap om. Saya pastikan nanti Chika pulang dengan aman dan selamat tanpa adanya lecet sedikit pun," jawab Zeendy dengan semangat.

"Bagus."

"Nanti om pulang nitip wedang ronde ya. Om lagi pengen rasanya," pinta Papa Chika.

"Iya om, boleh. Nanti Zeendy beliin."

"Om ambilin uang dulu." Papa Chika ingin bangkit, tapi di tahan oleh Zeendy.

"Ga usah om, saya beliin aja," kata Zeendy. Ya kali mau minta uang ke orang buat beliin, apa lagi ini Papa Chika, ga enak lah boss. Kalau dia tukang gojek mah ga papa, yang bakal beliin kalau di bayar.

"Beneran? Makasih ya, kamu ini baik banget. Cocok jadi menantu saya," kata Papa Chika.

Demi kerang ajaib, Zeendy yang mendengar itu jantung nya menjadi pargoy dengan musik yang jedag jedug brutal. Dia berusaha menahan salting. Zeendy bingung harus merespon seperti apa, jadi dia hanya tersenyum malu saja.

"Kamu ga ada niatan nikahin anak saya?" tanya Papa Chika. Aslinya sih bercanda nanya gitu, tapi dengan mamasang wajah serius. Papa Chika hanya ingin menggoda Zeendy, tapi kalau seandainya Zeendy mau menjawab siap juga malah alhamdulillah.

"Em.. saya—"

"Zeendy!"

Belum selesai Zeendy berbicara, tapi sudah di potong dengan Chika yang datang. Chika terlihat cantik walau hanya dengan kemeja merah yang di pakai dan juga make up yang tak terlalu menor. Mereka terlihat serasi sebenarnya. Zeendy sempat terpaku beberapa saat, sampai suara Papa Chika membuyarkannya.

"Kamu ini dandan lama banget. Kasihan Zeendy nunggu," kata Papa Chika.

"Mana ada lama? Cuma sebentar pun, ga ada dua jam," jawab Chika.

"Lebih baik kalian berangkat sekarang. Nanti telat," kata Mama Cindy.

Zeendy bangkit dari duduknya dan berpamitan kepada Mama, Papa Chika. "Om, tante, kita berangkat dulu ya."

"Iya Zeen hati-hati. Chika kamu jangan nakal," nasihat Papa Chika.

"Apa sih pa? Papa kira aku ini anak kecil?" kata Chika tak terima.

"Nanti kalau nakal tinggal aja di jalan Zeen. Biar dia pulang sendiri," lanjut Papa Chika menghiraukan anaknya yang terlihat kesal.

"Iya om, ntar kalau bandel aku tinggal di pinggir jalan," balad Zeendy ikut menggoda Chika.

"Udah deh kamu ga usah ikut-ikutan bapak-bapak alay ini," kata Chika.

"Wehh durjana kamu sama papa."

"Ikan hiu makan tomat," kata Chika.

"Cuaksss," sahut Mama Chika.

"Salah server mah."

"Cakepp," sahut Papa Chika.

"Dikira pantun apa?" Chika melirik Papanya sinis. Memang agak durjana Chika ini.

"Sudah-sudah sana berangkat. Hari-hari gelud mulu," kata Mama Chika. Zeendy dan juga Chika menyalimi tangan orang tua Chika lalu pergi. "Kita main yuk mah, bikin adek buat Chika," kata papa Chika saat Chika dan Zeendy sudah keluar.

"Ga mau! Udah tua masih mau bikin anak aja. Chika aja cukup," kata Mama Chika menolak ajakan bermain sang suami.

Zeendy menyerahkan helm untuk Chika. Mereka sudah siap berangkat dengan motor Zeendy. "Maaf ya harus pakai motor. Kamu udah cantik-cantik gini padahal," kata Zeendy.

"Alah, ga papa. Santai aja kali, biasanya gimana?"

"Yaudah yuk berangkat." Zeendy menyalakan motornya sedangkan Chika naik ke atas motor, duduk di sana dengan nyaman. Tangannya bergerak memeluk pinggang Zeendy. Motor mulai melaju meninggalkan halaman rumah Chika.

Zeendy mengendarai dengan kecepatan sedang. Tidak peduli mau telat atau tidak saat sudah sampai di sana yang penting mereka sampai dengan selamat sentosa. "Chika, kamu itu kayak bintang tau," celetuk Zeendy.

"Oh ya? Kenapa gitu?" Kepo Chika.

"Ga tau sih, aku ga bisa ngejabarin. Aku lupa, cuma pengen bilang kamu kayak bintang aja," jawab Zeendy.

Tak! Chika memukul helm belakang Zeendy kepala Zeendy terhuyung ke depan. Dia tak percaya dengan jawaban Zeendy, dia pikir akan mendapat suatu gombalan yang bisa membuat melayang. Namun, yang dia dapat hanya jawaban yang bahkan sulit dia pikirkan apa artinya.

Tak membutuhkan waktu lama, sekarang mereka sudah sampai di rumah Bobon. Terlihat sudah ramai tamu yang datang. Buktinya halaman rumah Bobon hampir dipenuhi oleh motor dan juga mobil. Setelah memarkirkan motornya, Zeendy sambil menggandeng tangan Chika masuk ke dalam rumah Bobon. Di sana dirinya langsung mencari keberadaan teman-temannya. Sebagai pathokan warna merah adalah yang mereka janjikan tadi. Namun, tak ternyata banyak juga yang memakai baju merah meski bukan teman kerjanya. Sangat kebetulan sekali.

Matanya terus menyapu di tengah-tengah keramian dalam ruangan ini. Sampai akhirnya netra milik Zeendy menangkap wajah seseorang yang dia kenali, yaitu Bobon. "Ayo Chik." Zeendy kembali menarik tangan Chika untuk menghampiri Bobon.

"Hei Bon," panggil Zeendy.

"Wedeh Zee, baru sampai? Hai mbak Chika." Bobon menyapa Chika yang ikut hadir.

"Yang laen mana?" tanya Zeendy.

"Ada itu di paling pojok sana." Bobon menunjuk pojok ruangan.

"Oalah di situ. Oke deh, gua ke sana dulu. Ikut sekalian ga?"

"Nanti gua nyusul, masih harus nyambut temen dulu," jawab Bobon.

"Yaudah, gua ke sana ya."

Hampir semua teman kerja di kuyang express sudah pada kumpul. Zeendy yang baru datang bersama Chika langsung mendapat sorakan. Mereka menggoda Zeendy dan Chika yang terlihat serasi. Ingin sekali Zeendy menabok kepala mereka satu-satu. Jujurly Zeendy susah payah menahan salting. Dia harus tetap terlihat cool di dekat Chika.

"Gua kira lu bakal dateng sendiri Zeen, ternyata sama ayang," kata Floran.

"Apa sih lu?" Chika sudah memisahkan diri, memilih bergabung dengan teman kerja perempuan Zeendy. "Jangan ngomong yang macem-macem di depan Chika. Gua gedik ya nanti lu pada," ancam Zeendy.

"Suudzon lu, yang mau ngomong macem-macem siapa ya gezz?"

"Santai aja kali Zeen," kata Gerry.
























Ah, capek banget. Pengen hiatuss. Tapi nanti ntar gua di teror ama kecebong yang galak ini*_*

Wkwkwk canda.

Maap buat typo ges.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang