34

5K 306 26
                                    

_TP_

Cairan merah pekat mengalir dari pelipis Zeendy, tepat dimana Floran menembak tadi. Floran melepaskan tubuh Zeendy, membiarkannya terjatuh begitu saja. Dia bahkan terkekeh melihatnya. Tanpa rasa bersalah Floran berlari pergi meninggalkan tempat.

Kaki Chika bergetar lemas melihat keadaan Zeendy, kekasihnya yang kini tergeletak di tanah. Teman-teman Zeendy mulai mengerubungi. Chika dengan langkah tertatih mendekat ke arah kekasihnya.

"Sayang? Bangun, kamu ga boleg pejamin mata!"

"Tolong siapa pun telepon ambulans! Cepat! Gue, gamau pacar gue kenapa-kenapa!"

"Buruan!" Sentak Chika. Pikirannya sudah kacau melayang jauh. Takut-takut jika hal yang tak diinginkan terjadi pada sang kekasih.

"Bangun! Zeendy bangun!" Bentak Chika. Dia menepuk kencang pipi Zeendy berkali-kali, tapi tak ada pergerakan.

"Tenang dulu Kak Chik," kata Freya.

"Tenang? Gimana gue, bisa tenang saat keadaan pacar gue kayak gini! Gue takut Zeendy kenapa-napa." Air mata Chika sudah turun dengan derasnya. Detak jantungnya tak karuan melihat kejadian yang baru saja terjadi ini.

"Zeendy bangun. Aku, mau terima lamaran kamu kok. Aku cuma bercanda soal tadi. Maafin aku. Plish kamu bangun ya," tutur Chika. Kepala Zeendy di mletakkan di atas pangkuannya, tak peduli jika bajunya akan terkena cairan merah dari Zeendy.

"Aku, gamau kamu pergi Zeendy. Ini ambulan mana sih?! Lama banget! Yang bawa mobil siapa?! Ayo bawa pacar gue ke rumah sakit!" Kata Chika. Dia sudah tak bisa lagi menunggu kedatangan ambulans di sini. Lebih baik Zeendy langsung mereka antar ke rumah sakit sendiri biar bisa segera di tangani.

"Tunggu apalagi? Bantu Zeendy ke mobil!" Bentak Chika karena melihat para manusia di depannya ini hanya diam tak merespon apa yang Chika inginkan.

"HEI! APA KALIAN GILA?! CEPAT BANTU ZEENDY! JANGAN SAMPAI ZEENDY KENAPA-KENAPA!"

"Apa yang ada di otak kalian ini?! Kenapa diam saja ha?!" Chika tak paham lagi dengan teman-teman Zeendy.

Apa mereka berniat untuk membunuh Zeendy dengan tidak segera membawa ke rumah sakit? Yang benar saja!

"Oke, kalau kalian diem aja, biar gue sendiri yang bakal bawa Zeendy ke rumah sakit." Chika sudah siap untuk memapah tubuh Zeendy.

Meski perbedaan ukuran badan antara mereka yang dapat dipastikan Chika akan kesusahan, tapi dia tak peduli. Yang terpenting Zeendy cepat mendapat penanganan. Namun, saat mulai akan membangunkan Zeendy tiba-tiba terdengar suara tertawa yang cukup kencang. Chika sampai tercengang melihatnya.

Coba tebak siapa?

Orang itu tertawa tanpa dosa, seperti sudah tak melakukan apa-apa. Dia tertawa dengan puasnya bahkan sampai tersedak air liurnya sendiri. Rasa sedih bercampur marah kini Chika rasakan.

"Haduhh, capek banget aku ketawa. Udah nangisnya? Jangan nangis baby. Ini cuma prank! Aku ga ketembak kok." Ternyata orang yang tertawa itu adalah Zeendy.

"M-maksud kamu gimana?" Tanya Chika dengan bibir yang bergetar. Dia masih bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa tiba-tiba pacarnya itu bisa kembali bangun setelah menjadi korban penembakan di kepalanya?

"Ini semua cuma prank sayang. Darah ini? Cuma cairan merah biasa. Air dikasih pewarna, bukan darah hahahah..." Zeendy bisa-bisanya masih bisa tertawa tanpa dosa setelah mengerjai Chika sampai menangis seperti orang tak waras.

"Hiks hiks~ kamu jahat banget sih sama aku? Jahat tau ga!? Apa kerennya pakek prank-prank gitu segala?!"

Bugh! Bugh!

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang