10

4.2K 361 9
                                    

_TP_

"Zeen, ada yang nyariin tuh," kata pegawai yang tadi berbicara dengan Chika.

"Siapa?" tanya Zeendy.

"Ga tau, tuh dia nunggu lo di sana." Tunjuk pegawai itu dengan dagunya.

Lah itu bukanya mbak Chika?" Batin Zeendy, "Oke, gua beresin ini dulu." Zeendy membereskan tas paketnya sebelum menghampiri Chika yang terlihat mulai bosan menunggu.

"Hai," sapa Zeendy.

"Eh, Hai Zeen. Akhirnya ketemu lagi, aku nungguin kamu dari tadi," kata Chika dengan senang.

"Ada apa nyariin saya?" tanya Zeendy.

"Memangnya kenapa kalau saya nyariin kamu?"

"Lah? Malah balik tanya." Chika tertawa, lalu tangannya bergerak membuka ponselnya. "Minta nomor kamu," ucap Chika sambil menyodorkan ponselnya pada Zeendy.

"Nomor saya?"

"Iyalah, nomor siapa lagi? Jelas-jelas saya ngasih ponsel saya ke kamu," jawab Chika.

"Oh, oke-oke." Zeendy menerima ponsel Chika, lalu mengetikan nomor ponsel miliknya pada ponsel Chika. Setelah itu Zeendy mengembalikan lagi ponsel Chika.

"Makasih, udah saya chat ya," kata Chika.

"Udah gitu doang? Kamu nyari saya cuma mau minta nomor hp?" tanya Zeendy dan Chika mengangguk polos sebagai jawaban. "Emm.. tapi kamu kalau ajak saya jalan, saya juga ga bakal nolak sih," kata Chika dengan mata yang seperti menyimpan harapan.

Kasihan juga nih kalau di biarin. Dia udah sampe sini juga cuma mau minta nomor gua. batin Zeendy, "Yaudah ayo kita jalan. Saya ambil barang-barang saya dulu."

"Iya, silahkan-silahkan. Saya tunggu di sini," balas Chika dengan senyuman yang kini tertera. "Yesss.. akhirnya gue bisa jalan sama Zeendy," gumam Chika.

"Udah cakep belom ya gua?" Dia mengeluarkan bedak dari dalam tas, berniat memepertebal riasanya jikalau ternyata ada yang luntur. Namun, sepertinya aman-aman saja, jadi dia memasukan kembali ke dalam tas dan menunggu Zeendy kembali, lalu mengajaknya keluar.

_TP_

Sebelum jalan-jalan ternyata Zeendy membawa Chika kembali ke kontarkannya. Zeendy ingin bersih-bersih badan terlebih dahulu dan juga menunggu sampai selesai Maghrib. Biar enak katanya kalau keluar.
Sampai selesai Maghrib setelah Zeendy Sholat, mereka kini keluar. Mengabulkan keinginan Chika yang ingin jalan-jalan. Tujuan mereka kali ini adalah ke alun-alun kota. Sedang ada pasar malam di sana, maka dari itu mereka ingin kesana.

Sampai sana terlihat sangat ramai pengunjung. Zeendy memarkirkan motornya di tempat yang menurutnya akan gampang keluar saat mereka ingin pulang nanti. Setelah mendapat nomor parkiran, mereka masuk ke area pasar malam itu. Banyak lampu berkelap-kelip menerangi setiap tempat. Seruan, jeritan para pengunjung yang sedang memainkan wahana menggema memasuki telinga. Banyak juga jajaran makanan yang tersedia  di sini. Yang nampak menggoda dan membuat perut lapar.

"Mau main atau makan dulu?" tanya Zeendy pada Chika.

"Aku laper, makan dulu boleh nggak?" tanya Chika lucu, susah seperti anak kecil saja.

"Bolehlah ayo. Kamu mau apa?"
Mata Chika menyapu setiap gerai makanan di depannya. "Aku mau telur gulung," ucap Chika sambil menunjuk salah satu gerai.

"Boleh, ayo."

Mereka mengantri untuk memesan telur gulung itu. Karena pembeli juga cukup ramai. Mereka berdua tetap sabar untuk menunggu.

"Buk, beli telur gulung sepuluh ribu," pesan Chika.

"Abis ini beli apa lagi?" tanya Zeedan sambil menunggu.
Chika nampak berpikir dan kembali meneliti. "Krepes?"

"Boleh, aku juga udah lama pengen makan krepes," kata Zeendy.

Pesanan telur gulung mereka sudah jadi. Saat Chika ingin membayar, tapi Zeendy melarang dan memberikan uangnya untuk membayar. "Biar aku yang traktir," kata Zeendy.

"Apa sih kok kamu lagi yang traktir?"

"Lah kenapa? Ga papa dong, masa aku minta kamu yang bayarin? Ga cocok banget, aku kan cowo di sini," jelas Zeendy.

"Tapi kamu terus nraktir aku. Aku jadi ga enak."

"Alah santai aja."

"Aku ga mau tau, pokoknya krepes aku yang bayar," final Chika.

"Iya udah, terserah kamu," jawab Zeendy pasrah.

Tanpa mereka sadari, mereka tekah menggunakan aku-kamu saat berbicara susah tidak saya-kamu lagi. Setelah mereka membeli makanan yang di inginkan untuk mengisi perut, mereka berdua mencari tempat yang cocok untuk menikmati makanan mereka terlebuh dahulu sebelum bermain wahana yang ada di sini.

Malam ini mereka dengan senang hati melupakan rasa canggung, sama-sama menikamti kebersamaan ini. Tak sedikit juga mereka saling mengambil foto beberapa moment sebagai kenang-kenangan. Sampai jam telah menunjukkan pukul 8 malam. Zeendy memutuskan untuk menyudahi dan mengantarkan Chika pulang. Meaki dalam hati Chika dia tidak mau dan masih mau bermain, tapi mau bagaimana lagi. Dia merutuki malam yang berjalan begitu cepat, sehingga dirinya harus pulang sebelum papa nya mengamuk melihat putri semata wayangnya pulang larut.

Zeendy mengantarkan Chika pulang. Jarak alun-alun kota dan rumah Chika tak begitu jauh jadi tak juga memakan waktu yang cukup lama untuk sampai di rumah Chika. "Mamah kamu masih belum tidur? Aku mau pamit dulu sama beliau," kata Zeendy.

"Ga usah kamu langsung pulang aja ga papa."

"Ga bisa gitu, aku udah bawa anaknya pergi sampe pulang jam berapa ini? Aku harus pamit dulu," kekeh Zeendy.

"Yaudah, ayo masuk dulu aku panggilin mamah." Zeendy duduk di ruang tamu menunggu Chika yang memanggilkan mamahnya.

"Hai tante," sapa Zeendy ia juga langsung menyalimi tangan mamah Chika. "Hai nak, temannya Chika?"

"Ah, iya tante."

"Habis dari mana kalian tadi?" tanya Mamah Chika ramah.

"Tadi habis dari pasar malem tan. Maaf ya tan, saya antar Chika pulang agak larut," kata Zeendy.

"Gapapa, ini juga baru jam 8. Belum larut malam kok," jawab Mamah Chika.

"Ya sudah, saya pamit pulang tan."

"Loh udah mau pulang? Ga nunggu papah Chika? Dia pejalanan pulang loh."

"Lain kali ya tan. Ini sudah malem, ga enak saya," tolak Zeendy dengan halus.

"Ya sudah hati-hati di jalan ya. Chik anterin temen kamu ke luar."

"Iya mah."

Zeendy menyalimi tangan mamah Chika lagi sebelum pulang. Setelah itu Chika mengantarkan Zeendy untuk keluar rumah dan bersiap untuk pulang.

"Aku pulang dulu ya," pamit Zeendy yang sudah di atas motor.

"Iya, hati-hati di jalan. Jangan bengong, udah malem ini," kata Chika.

"Amann." Zeendy memakai helm miliknya lalu menyalakan motor. "Babay," ucap Zeendy sambil malambaikan tangan ke arah Chika. Chika tersenyum dan mengangguk. Motor Zeendy melesat pergi meninggalkan perkarangan rumah Chika.

Chika berseru senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Zeendy bahkan bermain menghabiskan waktu bersama. "Terpantau udah jodoh sih ini," kata Chika dengan senang. Dia senyum-senyum sendiri sekarang. Sepertinya LCD Chika mulai kena.




















Ada yang udah buka sekarang?

Maap buat typo.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang