29

3K 294 35
                                    

_TP_

Zeendy pov.

Malam ini aku melakukan perjalanan untuk pulang ke rumah orang tua ku, bersama Chika tentunya. Aku sudah meminta izin pada pada orang tua Chika, dan untungnya mereka mengizinkan, asal aku terus menjaga anak satu-satunya ini.

Seperti yang aku bilang, aku dan Chika akan menghadiri pernikahan saudaraku sendiri. Pernikahan ini akan diadakan di rumah nenekku. Tapi aku tak akan langsung ke rumah nenek, melainkan ke rumah orang tua ku terlebih dahulu, untuk pergi ke rumah nenek bersama-sama.

Sudah setengah perjalanan yang aku tempuh untuk sampai di rumah orang tua ku. Chika masih terjaga meski hari mulai semakin larut. Sudah berulang kali aku memerintahkan dia untuk tidur jika mengantuk. Tapi dia menjawab jika dia masih belum mengantuk dan masih ingin menemaniku. Padahal aku tak apa jika terjaga sendiri, masih ada alunan lagu di dalam mobil yang menemaniku.

"Baby, kalau kamu ngantuk tidur aja, aku ga papa kok ga usah ditemenin," kata ku saat melihat Chika beberapa kali terkantuk. "Nanti kamu sendirian ga ada temen," jawabnya.

"Ga papa, baby. Gih tidur, perjalanan masih lama lagi." Aku mengusap kepalanya lembut.

"Beneran ga papa?"

"Ga papa, baby," balas ku. Chika nampak mengangguk. Dia mulai menyamankan duduknya. "Mau pindah belakang aja?" Tanya ku.

"Nggak, di sini saja."

Tak lama sudah terdengar dengkuran halus dari Chika. Sepertinya dia benar-benar mengantuk, sampai-sampai hanya hitungan menit dia sudah masuk ke dalam alam mimpi.

Pukul setengah satu kami baru sampai di rumah orang tua ku. Jalanan cukup macet yang membuat perjalanan menjadi lebih lama. Padahal ini malam hari, apa karena kebanyakan orang baru pulang dari mudik?

Aku dan Chika berdiri di depan pintu utama. Pintu ini dikunci. Keadaan rumah sepi. Aku mencoba menelpon Mami atau Papiku berulang kali, siapa tau mereka sudah terlelap dalam tidurnya. Chika masih nampak mengantuk, dia bahkan bersandar dipintu untuk menyangga badannya.

"Duduk dulu aja baby," kata ku padanya. Dari pada dia lelah berdiri mending duduk saja mumpung ada kursi kan. Tak lama panggilan yang aku lakukan pada Mami di angkat.

"Halo Zeendy?" Suara Mami terdengar serak. Sepertinya baru bangun tidur.

"Mi, bukain pintu. Zeendy di depan rumah."

"Rumah mana?" Mami bertanya. Apa dia lupa dengan rumahnya sendiri?

"Rumah Mami lah. Cepet mi. Zeendy bawa pacar Zeendy juga, kasihan dia ngantuk."

"Aduh, Zeen. Mami sama Papi ga di rumah. Kami ada di rumah nenek. Lupa mau ngabarin kamu."

Haiss, bisa-bisanya mereka lupa untuk mengabariku terlebih dahulu. Terus bagaimana aku masuk? Jelas-jelas pintu rumah di kunci. Di mana aku dan Chika beristirahat jika seperti ini? Tak mungkin di mobil bukan?

"Terus nasib Zeendy gimana Mi?"

"Pak Satpam ga ada?"

"Ga ada, pos satpam rumah sepi. Ini tadi aja Zeendy yang ngebuka gerbang sendiri."

"Gini aja. Kamu lewat pintu samping. Nanti di pot bunga warna ungu lihat. Di sana mami ada nyimpen kunci cadangan pintu samping."

"Seriusan?"

"Iya Zeendy. Mami sendiri yang simpen."

"Oke kalau gitu, Zeendy cari."

"Iya, kalau udah, buruan tidur pasti kamu cape. Besok pagi-pagi banget kamu harus udah berangkat ke rumah nenek, jangan sampai telat. Dan... jangan kamu apa-apin itu pacar kamu ya. Kalian cuma berdua di rumah. Mami ga mau bulan depan dapet info kalau kamu mau punya anak, tapi belom nikah. Inget itu!"

"Iya mi iya. Zeendy ini anak baik, ga mungkin ngelakuin itu sebelum nikah. Yaudah, Zeendy tutup ya. Malam mi."

"Malamm."

Tut!

Ternyata benar, untung saja Mami meletakkan kunci cadangan pintu samping rumah. Akhirnya kami berdua bisa masuk ke dalam rumah yang sekarang nampak sangat amat sepi. Aku membawa Chika masuk ke dalam kamar pribadi ku. Kami akan tidur di sini malam ini. Tenang saja kami tak sekasur kok. Aku akan tidur di bawah dan Chika di kasur. Sebenarnya Chika tak enak hati karena membuat ku tidur di bawah. Tapi mau gimana lagi, aku tak mau membiarkan Chika tidur sendiri. Jadi ya mau ga mau aku akan tidur di lantai beralaskan karpet.

_TP_

Pagi-pagi sekali sesudah subuh aku dan Chika segera pergi ke rumah nenek. Mengingat akad pernikahan saudara ku akan di lakukan pagi hari. Membutuhkan waktu sekitar satu jam-an, karena jalanan tidak mengalami kemacetan hal itu membuat kami bisa segera sampai di rumah nenek. Di rumah nenek suasana cukup sibuk. Karena seperti keluarga sedang merias diri sebelum berangkat ke rumah calon pengantin.

"Zeendy." Nenek memeluk ku hangat. Sudah cukup lama aku tak bertemu dengam Zeendy. Setelah nenek di lanjut kakek. "Aduhh~ siapa ini Zeen? Cantik sekalii," tanya Nenek yang kini berdiri di sebelah Chika.

"Chika namanya nek. Pacar Zeendy," jawab ku.

"Masyaallah~ cantik sekali. Rumahnya mana nak?" Tanya Nenek.

"Saya dari sensor nek."

"Waahh~ jauh juga ya."

"Jadi ini pacar kamu Zeen?" Mami tersenyum menatap Chika.
"Cantik. Kapan nyusul sodara kamu?" Tanya Mami. Apa lah mami ini, aku masih ingin bekerja agar Chika mempunyai kehidupan yang layak saat bersama ku nantinya.

"Nanti, kalau udah sama-sama siap," jawab ku.

"Jangan lama-lama."

"Yang mau nikah, anak nya mana Mi?" Tanya ku mencari keberadaan saudara ku.

"Di toilet, ga tau ngapain."

"Aku mau nemuin saudara aku bentar. Kamu di sini aja ya," kataku pada Chika. Chika mengangguk, sepertinya dia sudah mulai akrab dengan keluargaku. Karena Chika orangnya sebenarnya juga gampang untuk beradaptasi.

Zeendy pov end.

Zeendy pergi ke arah dapur untuk menemui saudaranya yang sedang di kamar mandi. Sudah bermenit-menit Zeendy belum kembali. Tentu saja Chika mencari. Karena pada dasarnya sudah sama-sama bucin jadi jika satu tak ada akan mencari. Jadi Chika izin untuk menyusul Zeendy ke belakang. Sampai sama Chika menemukan orang yang dia cari.

"Sayang! Kamu ngapain pakek baju ginian? Kayak mau nikah aja," kata Chika menatap penampilan dengan naik turun.
"Kamu kenapa sih?" Chika mendekat karena melihat Zeendy seperti orang bingung.

"Maaf mbak siapa ya?"

Plak! Chika menggeplak tangan Zeendy karena menurutnya itu menyebalkan sok-sok an tak kenal dengan pacarnya sendiri.

"Hadoh, bangsat! Sakit anjer!"

"Kamu berani ngomong kasar ke aku?" Kata Chika tak menyangka.

"Lah mbak siapa sih? Saya ga kenal."

"Ini ada apa sih ribut-ribut?" Kata seseorang.
Chika tercengang karena melihat dua Zeendy sekarang. "K-kok?"

Zeendy terkekeh melihat reaksi pacarnya. "Khekhekeh~ dia kembaran ku baby. Zeedan namanya." Zeendy meletakkan lengannya di bahu Zeedan.

Ternyata lelaki yang beberapa waktu lalu berbicara dengan Chika dan yang Chika geplak bukan Zeendy melainkan Zeedan kemabaran pacarnya.




















Dikasih isyarat tidak mau mengerti!

Siapa yang udah bisa nebak sebelumnya kalau si Zeendy ini kembarannya Zeedan? Dulu pernah tu gue nemu komennya tapi lupa siapa.

Sekarang cuzzz baca 30 hari. Kita kondangan sekarang.

Dah, maap buat typo.

Tukang Paket [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang