13

109 13 1
                                    

"Lu berdua duluan ke sana, GPS Kala udah di GOR" perintah Jevan.

"Lah ga sekalian sama lu?" tanya Hanbin.

"Gua ada urusan mau ketemu orang dulu" ucapnya lalu beranjak pergi meninggalkan Gery dan Hanbin.

Melihat Jevan sudah pergi dan nampak buru buru. Hanbin dan Gery juga segera beranjak menuju kawasan Gedung Olahraga (GOR) untuk mengawasi anggotanya yang menjaga Kala disana.

Sedangkan Gery nampak diam, matanya tertuju pada punggung Jevan yang sudah menaiki motornya dan keluar dari area parkiran.

"Ga mungkin kayanya deh" gumamnya lalu segera menyusul Hanbin yang sudah menyalakan mesin motor.

Perjalanan mereka dari cafe ke GOR tidak menghabiskan waktu yang lama karena jaraknya lumayan dekat dan jalanan tidak begitu macet.

"Tes! Gery, posisi?" tanya Hanbin melalui handy talky.

"Depan, gua duduk diwarung makan. Sejauh ini aman, ada Toto sama Arul juga diseberang"

"Oke oke siap"

Hanbin memarkirkan motornya sedikit jauh dari gedung GOR. Ia parkir motornya disalah satu supermarket lalu memutuskan untuk jalan kaki supaya lebih mudah mengawasi.

Setelan baju dan gaya rambutnya juga diubah supaya tidak seperti dirinya seperti biasa.

Mata tajamnya menatap gedung tinggi didepannya dengan intens. Gedung Olahraga tersebut nampak ramai terlihat dari parkiran diluar yang penuh oleh kendaraan bermotor.

Ia melirik ke kanan dan kiri memastikan tidak ada seseorang yang mencurigakan dimatanya. Sampai ia menemukan sesuatu yang janggal.

8 anak memakai jersey putih masuk kedalam gedung olahraga. Tapi anehnya kelompok anak laki laki itu tak langsung masuk melainkan menuju koridor belakang yang menembus ke parkiran belakang.

"Anak sekolah mana tuh pake Jersey putih?" Setau Hanbin ga ada sekolah yang make Jersey putih.

Ia semakin mendekat menuju pintu gerbang GOR yang terbuka. Tak ada sesuatu yang mencurigakan kecuali anak anak itu. Bukannya sekarang Kala lagi sparing antar tim. Bukan sama sekolah lain kan? Sekolah dia juga seragam jerseynya warna merah bukan putih.

"Bang kopi satu"

"Pait?"

"Gudey aja gudey" jawab Hanbin, ia menyenderkan punggungnya di tembok pagar gedung tersebut menunggu pesanan kopinya datang.

"Nih bang Gudey moccachinonya satu"

"Oh ya makas-lah Toto?!" delik Hanbin.

"Hanbin anjing!" Desis Toto ikutan kaget.

"Kenapa ga bilang bangsat" Hanbin melirik ke kanan dan kiri memastikan tak ada yang memperhatikannya.

"Ga tau kalo elu anying"

"Dih lawak banget lu jadi kang kopi" lanjutnya menahan tawa.

Toto hanya mendelik kesal, "Cot! gimana aman?"

Hanbin mengangguk, "lu liat tadi yang lewat nggak?"

"Daniel"

Bahu Hanbin langsung menegang, "komplotan yang pake Jersey putih itu Daniel"

"Gua ga terlalu apal sama anaknya Zidan, tapi gua apal sama Daniel"

Keringat dingin langsung keluar dari tubuh Hanbin. Mendengar nama Daniel yang tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan basket membuat otaknya tidak bisa berpikir secara logis.

KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang