5

106 14 11
                                    

Jevan langsung berbalik, siapapun bisa melihat wajah tampan mantan ketua OSIS itu sangat panik melihat adiknya.

"Dek lu gapapa? Coba gua liat"

Kala menepis kasar tangan kakaknya yang mencoba menyentuh wajahnya. Jevan menghembuskan nafasnya pasrah melihat tatapan tajam sang adik.

"Thanks" ujar Kala.

Jevan mengangguk, "pulang ya? Biar lu gua bonceng, motor lu dibawa sama Hanbin"

"Gausah gua masih bisa sendiri"

"Dek, udah lah" Jevan benar benar lelah dengan adiknya yang sangat keras kepala.

"Udah Kal, lu luka begitu nurut sama Abang lu" ucap Leon.

Akhirnya Kala mengangguk dan setuju pulang bersama kakaknya. Ia biarkan Hanbin membawa motor Kala.

Untung saja, teman teman Kala lukanya ga terlalu parah kecuali Jordan. Dia sempet berantem sama Dion.

Mata Jevan melirik adiknya lewat kaca. Sesekali Kala meringis merasakan lukanya yang perih terkena angin. Dia ga pake helm karena kepalanya sakit dan merasa ditekan terkena helm.

"Bang, Daddy kalo liat gimana?"

Jevan diam tak menjawab. Ia juga sedang memikirkan seperti apa nanti reaksi Daddynya melihat Kala babak belur. Dia juga baru pertama kali ini pulang lebam lebam.

"Tenang, gua yang jelasin nanti" Jevan menepuk nepuk kaki Kala. Hubungan antara Kala dan Daddynya emang baik baik aja. Tapi Kala keliatan lebih jaga jarak sama Jaemin.

Beberapa hari ini Kala selalu dirumah setiap malam. Biasanya pulang sekolah dia udah nangkring didepan TV main PS sama Jaemin.

Udah beberapa hari ini Jevan ga liat adeknya sama Jaemin, bahkan ngobrol berdua udah ga pernah liat.

Jevan sudah sampai didepan rumahnya. Ia mengklakson beberapa kali,lalu gerbang rumah dibuka oleh penjaga.

Ia menelan ludah susah payah melihat Jaemin sedang mengobrol dengan bodyguard di teras rumah. Wajahnya nampak serius.

Jaemin mengernyitkan keningnya melihat Kala dibonceng oleh Jevan. Motor Kala juga dibawa oleh seseorang yang tak asing.

Mata Jaemin menyipit melihat Kala turun dari motor Jevan.

Putra bungsunya nampak kacau. Seragam yang tak dikancing, rambut berantakan, dan...apa apaan wajahnya itu. Kenapa lebam lebam?

"Adek kenapa?!" Jaemin mencengkram kedua bahu Kala. Ia gantian menatap Jevan yang masih duduk diatas motor.

Berapa terkejutnya Jaemin melihat Jevan melepas helmnya. Abangnya sama aja, ada lebam diwajahnya walaupun ga separah Kala.

"Kenapa kacau kaya gini? Kalian berantem?!" Suara Jaemin naik beberapa oktaf. Bahkan Kala dan Jevan sampai berjengit kaget.

"Masuk kalian!"

Jevan dan Kala mengangguk, tanpa mengatakan apapun mereka masuk kedalam rumah.

"Maaf om, kita diamanatin buat anterin motor Kala tadi"

Jaemin mengangguk angguk, "makasih ya, maaf ya harus liat ribut ribut tadi"

"Gapapa om" ujar Gery tersenyum canggung.

"Yaudah kita pulang dulu ya om, salam buat Tante Minju" Gery dan Hanbin menyalami tangan Jaemin bergantian.

"Iya iya, hati hati kalian jangan ngebut"

Jaemin memperhatikan kedua teman Jevan sampai keluar dari gerbang rumahnya baru ia masuk kedalam rumah.

Telinga Jaemin langsung menangkap suara Minju yang kelimpungan melihat keadaan kedua anaknya.

KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang