Sofa kulit berwarna hitam itu berderit. Jevan menubrukkan tubuhnya disana. Kepalanya terasa sangat berat bersandar di sofa.
Lelah, tubuhnya benar benar sangat pegal. Semalam ia juga kurang tidur, bahkan tidak tidur sama sekali.
Liburan yang gagal.
"Gua gatau tujuan Daniel ngotot banget nyari tau markas kita itu buat apa"
"Harusnya Alga jaga komunikasi dengan baik. Gua tau Jev lu masih beli barang barang itu sama Alga"
Mata Jevan yang terpejam langsung terbuka, ia melirik Jinan sekilas lalu memejamkan matanya kembali.
"No, dia bukan ngincar markas"
Kerutan muncul dikening Jinan. Daniel keliatan banget ngincer markas. Bahkan beberapa daerah didekat markas ditemukan sebuah bom. Ia tau itu ulah anak Alga untuk memancing anggota Dex Aster muncul.
"Terus? Dia mau ngincar apa lagi dari kita?"
"Ngincar gua, mereka nyari tau siapa ketua Dex Aster"
"Mereka ngincar gua Jinan" jawab Jevan penuh penekanan.
Jinan tak lagi mengeluarkan suaranya. Ia tatap wajah Jevan dengan seksama. Ia tahu pimpinan mereka sedang memikul beban yang sangat berat.
Jevan yang nampak tenang kini terlihat gelisah. Wajahnya merah padam, alisnya selalu menukik tajam seperti tengah menahan amarah.
Semua anggota yang biasanya ramai kini sepi. Tak ada yang mengeluarkan suara merasa situasi yang sekarang benar benar genting.
"Are u okay, Jev?"
"Nah, i'm not" bahkan untuk meneguk ludahnya sendiri, tenggorokan Jevan terasa sulit.
Ia melirik ke seluruh penjuru ruangan melihat anggotanya yang nampak diam walaupun sedang melakukan sesuatu. Seperti bermain kartu, PS, atau makan.
"Buat saat ini perketat penjagaan diluar markas. Pantau wilayah jangan sampai ada mata mata dari Alga lolos dan nyusul daerah sini. I was a little bit mess right now, i'm so sorry for ur leader"
Tangan Jinan terulur menepuk nepuk bahu tegang Jevan dan tersenyum, "ur great Jev, kita semua selalu senang dan banggat atas kepemimpinan lu. Don't worry, semua bakal diatur dengan rapi"
Jevan tersenyum kecil kemudian mengangguk, "kabarin gua kalo ada pergerakan dari Alga. I will take it"
"Jev, no... Lu ga boleh turun tangan"
"I will however with risk, i don't care Ji.I can't just be quite and sit down waiting u'll"
Jinan mengangguk mengerti, "kita percayain semuanya sama lu, Jev"
Entah kenapa mata Jevan sedari tadi memanas. Ia tak mengerti dengan perasaanya sekarang. Terlalu campur aduk dan gelisah berlebihan.
Tangannya gemetar hebat, sampai ia mau tak mau kembali mengonsumsi barang berdosa itu. Ia acuhkan reaksi teman temannya jika tau. Jevan tak tahan lagi menahan rasa sakit.
"Gua balik, jaga markas" pamit Jevan diangguki anak anak yang lain.
Ia mengambil salah satu motor matic disana karena dia tak membawa kendaraan.
"It's okey Jev, semuanya baik baik aja"
"Harus baik baik aja"
Kedua tangan Jevan membuka pengait helm dengan tergesa. Ia turun dari motornya segera berlari masuk ke rumah.
Perasaannya bener bener ga enak sekarang. Mobil Minju ada terparkir didepan. Berarti mereka udah sampai dirumah, Daddynya juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala
PoetrySebuah kesalahpahaman dan arti keluarga dari sudut pandang Na Kala. "What's wrong with you, Kala?" "Kamu kenapa ga jujur soal Jevan sama aku? Keterlaluan!" "Daddy aku gamau dipenjara"