34

55 6 0
                                    

Jaemin bahkan tak sempat untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia memilih langsung pergi menuju kantor polisi dimana sang anak ditahan daripada harus beristirahat di hotel.

Sungguh, ia tak pernah sekalipun membayangkan dirinya menginjakkan kaki ditempat ini. Tangannya semakin dingin menyadari dirinya sebentar lagi bertemu dengan si sulung.

"Tersangka Na Jevan, ada yang ingin bertemu"

Jevan yang tengah bersandar pada tembok langsung membalikkan badannya.

Sekujur tubuhnya bak disengat listrik menatap sang Daddy berdiri tak jauh dihadapannya.

Tetesan air mata  keluar begitu saja dari kelopak mata Jevan. Air matanya semakin deras melihat tatapan Jaemin tak terlihat marah sedikitpun.

Jevan melangkah keluar setelah pintu sel dibuka oleh penjaga. Ia langsung menangis menghampiri sang Daddy.

"Maaf...maaf pasti Daddy ga nyangka"

"Son" helaan nafas berat terdengar ditelinga Jevan.

Ia melihat Daddynya mendekat dengan senyuman . Jevan langsung menubruk badan Jaemin sebelum laki laki itu memeluknya terlebih dahulu.

Isakan yang keluar dari bibir Jevan semakin keras. Ia tak peduli dengan rasa malu dan gengsinya terhadap Jaemin.

Yang ia rasakan sekarang, dirinya begitu berdosa dan sangat bersalah melihat tatapan sang Daddy.

"Gapapa, Daddy bakal urus semua"

"Maaf hiks...maaf"

Jaemin mengelus kepala Jevan dengan lembut sesekali mencium pelipis sang anak yang kini beranjak dewasa.

"Jangan khawatir Daddy bakal urus semuanya. Jevan jangan takut, ada Daddy disini"

Jevan menggeleng, "abang takut, abang salah...abang minta maaf" katanya semakin terisak seiring dengan pelukannya yang erat.

Jaemin menengadahkan kepalanya melihat langit langit. Sebisa mungkin ia tak ikut menangis, meskipun air mata sudah membasahi pipinya.

"Daddy abang takut"

Jaemin semakin kalut mendengar tangisan putra sulungnya yang semakin keras.

Terakhir kali mendengar sang anak mengeluh saat Jevan pertama kali masuk sekolah karena takut berteman. Sekarang ia mendengar keluhan yang sama dengan masalah yang berbeda. Sangat berbeda.

"Maaf hiks maaf...abang minta maaf"

Jaemin mengangguk, "iya nak" hanya kata kata itu yang mampu ia ucapkan. Jaemin begitu kalut dengan situasi yang sekarang.

Ia biarkan sang anak menumpahkan emosinya terlebih dahulu.

Jaemin hanya dapat diizinkan selama dua jam untuk bertemu dengan Jevan. Karena anak itu harus ditahan dan sedang mengikuti berbagai pemeriksaan lebih lanjut.

Hasil yang positif menjadikan dirinya sebagai tersangka dan masalah kian rumit.

"Daddy janji, secepatnya kita pulang. Pulang kaya dulu, kerumah kita sama Mommy sama adek. Abang sabar ya..."

"Maaf" Jevan menunduk tak mampu menatap Jaemin.

"Daddy mau urus data data kamu sebentar. Secepatnya Daddy jengukin kamu lagi"

Jevan yang masih terisak hanya bisa mengangguk dengan lemah. Ia mengangkat kepalanya ketika Jaemin sudah berdiri dan keluar dari ruangan tersebut.

"Dad maaf..."


















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang