Bab 1 season 2

100 6 0
                                    

Sebulan selesai resepsi pernikahanku dengan Vino diadakan. Lanjut ke acara resepsi pernikahan Puput dengan mas-mas gondrong yang sering manggung di kafe Istana Roti.

Hades Yanuar.

Lelaki yang memantapkan hatinya masuk muslim enam bulan lalu dan memberanikan diri untuk melamar Puput.

Aku nggak begitu tahu dengan detail bagaimana mereka menjadi dekat. Yang bisa kuingat ketika masih bekerja di istana roti Puput sudah tampak dekat dengan Hades. Lalu tiba-tiba aja dia ngabarin akan menjadi pengantin dalam waktu dekat.

Aku cukup bahagia dan lega melihat prosesi akad yang berlangsung khusyuk dan kidman, apa lagi saat Hades melantunkan ayat suci Alquran dengan terbata-bata. Kami yang menyangsikan penuh haru.

Karena Hades sudah menunjukan kesungguhannya untuk menjadi seorang imam dalam rumah tangganya nanti bersama Puput.

Puput juga berhasil menuruni berat badan 15 kg setelah menjalani diet ketat beberapa bulan lalu. Perubahan yang drastis.

Tidak ada pipi chubby dan si embul kesayangan. Penampilan Puput jauh diluar ekspektasi, saking cantiknya bikin pangling.

Meski begitu Puput tetaplah Puput. Hobi bergelayut manja di lenganku tak pernah hilang dari dirinya.

Entahlah, apa yang buat dia sesenang itu.

"Put?" panggilanku cuma di sahut dengan deheman manja darinya. Gemes, hampir saja kebiasaan lama mencubit pipi dan mengklitikinya terulang.

Menghela nafas dalam menenangkan diri, takut saja kegemasan aku itu merusak kebaya mahal yang dia kenakan.

Menoleh padanya yang tengah memainkan ujung jari di atas karpet merah dengan gerakan-gerakan memutar.

Ngapain coba?

Aku sampai berpikir sedang menemani anak bermain dan asik dengan diri sendiri.

"Put, kamu udah satu jam kayak gitu tau, ngapain sih?"
Puput cuma nyengir kuda tanpa berniat menghentikan kegiatannya memainkan ujung jari di atas karpet. Kalungan tangannya di lenganku belum juga beranjak.

Sampai nggak habis pikir, apa ini perempuan sholehah yang baru saja di halalkan oleh seorang lelaki. Malah tampak ogah-ogahan kayak gitu.

"Udah seharusnya kamu ke kamar, bersihin diri, dan bantu mempersiapkan kebutuhan suami untuk berangkat ke masjid bersama ayah dan lainnya, ini malah malas-masalan."

"Ayes, ihh!" keluhnya gemes,"aku malu," lanjut Puput sedikit berbisik.

Aku mengulum senyum,"malu kenapa pula?"

Puput diam masih saja ogah-ogahan menjawabnya. Aku semakin gemas padanya."malu sama siapa?"

Puput mesam-mesem mengundang suara tawaku yang sempat keluar sesaat. Beruntung kami duduk di pojokan rumah, nggak terlalu banyak yang memperhatikan. Hanya Vino dan Hades yang emang sudah sejak tadi memperhatikan kami.

"Aku malu masuk ke kamar, Yes."

Akhirnya Puput mengatakan alasannya juga.

"Kamar kamu kan di lantai atas, siapa juga yang memperhatiin."

"Kamu nggak liat jalan menuju tangga banyak orang," sungutnya.

Aku cengar-cengir memperhatikan deretan keluarga Puput yang duduk di sepanjang tikar membentang menuju anak tangga.

Keluarga yang amat sangat rame. Dari Puput aja memiliki delapan bersaudara, ada beberapa orang yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Belum ayahnya dan ibunya yang juga memiliki banyak saudara. Semua berkumpul setiap acara besar seperti ini.

Penantian Ayesha (Lanjut S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang