Bab 3

85 5 0
                                    

Baca cepat bisa ke Innovel dan dreame

Jangan lupa dukungannya ya.



Pagi-pagi sekali Vino sudah pergi menemui bapak, katanya butuh bantuan untuk memperbaiki speaker mushola deket rumah. Afrin juga ikut suaminya entah kemana. Bunda serta choty pergi yasinan di rumah tetangga. Sedangkan ayah sudah ke kebun sejak subuh.

Pekerjaan rumah sudah semuanya beres dan ingin mencari  pengalihan rasa kesepian. Aku mengobrak-abrik lemari buku yang berada di ruang baca dan menemukan beberapa buku bacaan yang dulu pernah dibeli.

Berencana ingin duduk bersantai di teras, tapi kemunculan ayah mengurungkan niatku. Berlari membantu ayah yang tampak kesulitan membawa karung berisi sayur mayur.

"Ayes bantu, Yah."

"Ini berat, bawain perkakas Ayah aja."

Aku menuruti perintah ayah yang menyodorkan tasnya dan mengekor di belakang. Setiba di teras ayah meletakkan karung sayur itu di samping kursi jati dan duduk melepaskan penat.

Keringat dan wajahnya sudah menunjukan betapa kerasnya pekerjaan ayah sehari ini.

Aku berlari ke dapur untuk mengambilkan air minum mineral dan segera kembali.

"Minumnya, Yah."

Ayah menerima dengan hati lega.

"Bunda udah pulang?"

"Belum."

"Kok lama sih,"sahutnya seolah beliau sangat rindu ingin sekali ketemu bunda.

Aku nyengir kuda,"palingan lagi mampir di rumah bu'de Irma. Kan tentanggaan sama yang punya acara."

Bu'de Irma saudara perempuan ayah satu-satunya yang masih hidup dari empat bersaudara.

Aku mengambil duduk lesehan di atas tikar yang baru saja aku bentangkan. Lalu membuka ikatan karung yang berisi sayur bayam, kangkung dan daun singkong. Juga ada beberapa umbi-umbian dan buah pepaya.

"Wah, banyak juga hasil panennya Yah," kagumku menoleh pada ayah yang masih menikmati rehatnya.

"Iya alhamdulilah, musim hujannya teratur jadi hasilnya bagus-bagus."

Kedua tanganku sudah mulai sibuk memisahkan sayuran itu dengan sesama jenis di atas tikar.

Udah lama nggak melakukan kegiatan ini. Sebelum menikah dan saat libur bekerja aku sering membantu ayah memanen lalu diikat kecil-kecil supaya saat dijual nanti bisa gampang bawanya.

"Seminggu lagi panen buang pisang nih," lanjut ayah ikut selonjoran di depan tumpukan sayur mayur.

"Alhamdulillah."

Setelah pensiun dari karyawan pabrik, ayah membeli sebidang tanah untuk bercocok tanam. Lumayan untuk sekedar mencukupi kebutuhan dapur bunda.

Ditambah bantuan dari gaji bulananku. Meski ayah bersikeras untuk menolak. Seolah harga diri beliau sangat ternodai jika menerima pemberian anaknya.

Penantian Ayesha (Lanjut S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang