Sejatinya, seorang lelaki diciptakan sebagai pelindung dari patahnya tulang rusuk. Dan mereka saling menjaga satu sama lain.
....
Hari ini hari pertama pemeriksaanku setelah menikah beberapa hari yang lalu. Kali ini aku ditemani seorang bidadari cantik, selalu memberikan perhatiannya tanpa akhir. Dia istriku, Ayesha Azizah.
Masih terasa mimpi gadis shalihah yang aku kenal beberapa tahun silam, kini menjadi pendamping hidupku.
"A', kita dapat antrian no 6, nggak papa kan menunggu sebentar?"
"Nggak papa," ucapku memamerkan senyum lembut padanya. Kami mengambil duduk di kursi besi yang tersandar di dinding. Memang setiap hari rumah sakit ini selalu penuh dan antri.
"Aa, mau minum dulu?"
Aku memandang botol minum berwarna biru langit berada di tangan Yesha. Sejak kapan dia menyediakan itu. Tidak hanya botol air juga beberapa bungkus roti di tasnya.
"Kamu selalu bawa gituan kalau keluar?" tanyaku kagum.
"Nggak selalu, aku kepikiran kalau nanti Aa haus dan pengen ngemil saat nunggu antrian lama kek gini," jelasnya tersenyum, aku ikut tersenyum mendengarnya.
Nggak mau menolak tawaran istri, juga tidak ingin dia kecewa karena sudah capek-capek menyediakan semuanya. Sebagai seorang lelaki sejati harus bisa memahami perasaan wanitanya.
Aku menerima botol minuman itu dan meminumnya beberapa teguk. Ayesha tampak senyum senang di sisiku.
"Terima kasih, Sayang," kataku padanya, Ayesha hanya memamerkan senyum malu dengan rona merah di pipi. Ah, dia selalu tampak menggemaskan jika terlihat malu-malu seperti itu. Perhatianku beralih pada lengan kanan dimana kembali dipeluk erat olehnya.
Aku tersenyum lagi, Ayes nggak pernah mau melepaskan kalungan tangannya dari lenganku jika kami berjalan berdua. Katanya, biar orang-orang tahu kalau dia adalah istriku dan aku suaminya. Jadi nggak akan ada yang berniat menggoda.
Istriku, istriku, aku semakin jatuh cinta padamu.
Kalau kembali mengingat masa lalu, ketika pertama kali aku mulai mengenalinya. Waktu itu kami masih memakai seragam putih-biru.
Dia nggak begitu terkenal di sekolah, tapi satu kelas suka memanggilnya si jebol. Sebuah panggilan yang aneh menurutku. Tapi karena satu panggilan itu, membuat diri ini penasaran. Setiap kali ada yang menyebut pangilan itu, pandanganku selalu bergerak mencari tahu dan ingin melihat seperti apa orangnya.
Ternyata dia seorang gadis berbadan kecil, tingginya juga rata-rata perempuan pada umumnya, tinggi nggak, pendek pun juga ngga. Aku baru paham, kenapa pangilan cebol itu menempel pada dirinya. Itu dilihat dari penampilannya yang suka sekali memakai hijab dalam, sangat dalam sampai tubuhnya terlihat tertelan oleh hijab itu.
Lucu sih, apa lagi teringat ketika dia teriak ketakuan saat seekor kecoak terbang menghampirinya. Mungkin waktu itu dia tidak sadar, kalau dia sedang berusaha sembunyi di balik meja belajarku. Saat itu perhatianku mulai terlihkan padanya.
Yang membuat dia menarik hati senyumnya yang khas, manis, dan suaranya yang lemah lembut saat berbicara. Aku suka, sungguh!
Sampai ketika berganti seragam putih-abu-abu, aku baru berani mendekatinya, dan mengungkapan isi hati ini. Bahagianya, dia juga terlihat tertarik padaku. Sampai sebuah janji untuk bersama disuatu saat nanti terucap di bibir kami. Dan sekarang Allah subhanahu wa ta'ala mengabulkan. Ternyata dia memang jodohku. Insya Allah.
Mungkin Ayesha merasa risih karena aku pandangi terus. Dia terlihat salah tinggah di kursinya.
"Ada apa Aa? Kenapa sejak tadi liatin Ayes mulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Ayesha (Lanjut S2)
RomancePart lengkap, untuk bagian dua tersedia di Innovel dan Dream** Bekasi, 5 Januari 2019 Untuk Miyas Alvino Assalamualaikum Apa kabarnya? aku berharap kamu dalam keadaan sehat dan selalu dilindungi oleh Allah, Aamiin. Sudah lama tidak berjumpa ya, maa...