≿━━━━༺❀༻━━━━≾
Mata tajamnya menelisik pada coretan-coretan di kertas. Ia membaca tiap kalimat yang tertera di sana. Theroz mengecek kembali pekerjaannya setelah menerima beberapa surat. Kebanyakan surat datang dari Selatan, yakni Tenryan yang memberikan laporan terhadap pekerjaan di wilayah.
"Your Grace."
Theroz melirik pada kedatangan Henry. Henry mengisi kembali cangkir kosong milik Theroz, yang segera diminum Theroz setelahnya.
"Istriku sedang apa?" tanyanya dengan tatapan yang masih fokus pada dokumen di tangannya.
"Saya dengar Nyonya sedang di taman."
Theroz mengernyit. "Dia mengotori tangan lagi?"
"Tidak, Nyonya sedang bersantai di gazebo."
Theroz mengangguk.
"Ada surat datang dari Istana, Your Grace." Henry mengambil nampan yang di atasnya terdapat surat dengan cap lilin berlambangkan istana.
Theroz lantas mengalihkan atensinya. Ia mengambil surat tersebut dan segera membacanya.
"Kali ini bukan Raja Syndarl yang datang ke rapat besar. Melainkan Putra Mahkota dan Istrinya. Mereka berharap ingin bertemu dengan istriku segera." Theroz mengernyit kemudian ketika melihat kalimat terakhir. "Jika tidak datang segera, maka mereka yang akan datang. Apa maksudnya ini?"
Henry terkekeh dengan dehaman kecil. "Terdengar seperti ancaman."
"Entahlah. Kalimat ini sangat tidak nyaman dibaca," ujar Theroz seraya meletakkan surat tersebut. Ia kemudian tampak merapikan mejanya. "Aku akan memberitahu istriku."
Theroz menuju tempat dimana Isalynne berada, yakni gazebo yang terletak di taman. Di sana tampak sosok Isalynne duduk ditemani Tilla. Terlihat tengah disibukkan oleh sesuatu.
Ia berdiri di belakang Isalynne. Menyentuh lembut pundak Isalynne dan merunduk. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya sembari menempelkan bibir pada pipi Isalynne.
"Seperti yang Anda lihat," jawab Isalynne dengan tak acuh.
Theroz mengangguk dengan kekehan. Ia mengambil kursi di depan Isalynne dan duduk. Memperhatikan kesibukkan Isalynne yang sedang merangkai bunga ke dalam vas. Sementara itu, Tilla undur diri menjauh.
"Ada surat datang dari Istana. Putra Mahkota Syndarl dan istrinya berada di istana dan memohon untuk kita menemui segera. Jika tidak, mereka yang akan datang."
"Baiklah," sahut Isalynne masih tak acuh. Ia bahkan tidak melirik sama sekali pada Theroz.
Theroz terdiam sejenak. Matanya menelisik tajam. Ia memperhatikan bagaimana kerutan wajah dengan mata serius yang terpatri dari Isalynne. Seakan mengisyaratkan bahwa ia tak ingin diganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess Wants Have to Children
Romance"Saya ingin memiliki anak." Theroz bergeming memandang retina tajam Isalynne. Penuturan tegas sarat makna tuntutan dari Isalynne sedikit membuat Theroz terkejut. Ini adalah kali pertama istrinya mengatakan sesuatu untuk ia lakukan. Theroz menghela...