Bab 45 • Penyataan Atella

1.3K 226 15
                                    

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

"... aku sangat menyesal ... s-saat itu aku berpikir bahwa Sara harus menghindar dari kak Javiero, dan kak Javiero tidak lagi mengganggu ... a-aku ...."

Atella terlihat bergetar menahan tangisnya. Nathaniel di samping Atella dengan sigap menyerahkan sapu tangan miliknya.

"Anda membuat Sara dikucilkan," ucap Isalynne menekan Atella. "Apa Anda tahu bahwa apa yang Anda lakukan semakin membuat Sara menderita?"

Berbeda dengan tatapan iba yang ditampilkan Nathaniel, Isalynne justru terlihat menahan amarahnya. Sejak pertengahan cerita Atella mengenai masa lalu, Isalynne menunjukkan rasa ketidak sukaannya secara terang-terangan hingga membuat Atella semakin merasa bersalah. 

Meski jauh dilubuk hatinya, ia agak memahami sikap Atella. Saat itu Atella terlalu muda untuk mengerti arti dari ketidak berdayaan seseorang. Atella mungkin tidak mengerti jeratan dari orang terkasih. Atella hanya berpikir ada cara yang tepat dan cepat meski harus mengorbankan segala hal.

"Putri."

Atella perlahan menatap Isalynne. Air mata terus berderai, matanya menunjukkan ketulusan yang menyakitkan. Penderitaan Atella mungkin akan membuat orang merasa amat kasihan. Namun, Isalynne tidak merasa demikian. Hal yang ingin Isalynne lakukan adalah menyalahkan Atella hingga Atella menangis darah.  

"Saya juga temannya Sara. Kami berteman saat Sara berada di Selatan. Meski hanya sebentar, tapi saya merasa kami saling memahami," tutur Isalynne. Isalynne menghela napas sesaat. Ia menahan perasaannya untuk tetap terlihat tenang. "Sara menceritakan tentang orang yang dicintainya yang merupakan suami orang lain. Sara menceritakan bagaimana ia ingin lepas dari cinta itu, meski tidak terlalu detail karena saya tahu ia masih ingin menjaga sesuatu. Dan saya, percaya bahwa Sara memang ingin berhenti."

"... A-aku bersalah ...."

Isalynne terdiam. Ia mencoba untuk mengatur napasnya. Mencoba untuk tidak lepas kendali. Isalynne kemudian mendongak pada Theroz. "Theroz, tolong buku itu."

Theroz mengangguk. Ia beranjak ke meja kantornya dan mengambil sesuatu. Kemudian buku itu ia letakkan di meja hingga menimbulkan pertanyaan dari Nathaniel.

"Buku harian Lady Atkins. Kami dapatkan setelah menjelajahi gubuk itu lagi." Theroz kembali duduk dan merangkul Isalynne. 

Nathaniel tampak tak percaya. Ia mengambil buku itu dan membukanya. "Bagaimana kalian bisa yakin ini buku harian Lady Atkins?"

"Tulisan tangannya," jawab Theroz.

Nathaniel menunjukkan pada Atella. Atella tampak tercengang sesaat. Ia mengambil buku itu dengan tangan yang bergetar. Sekian detik ia memperhatikan tulisan di sana, tangisan kencang kembali hadir. Atella memeluk buku itu.

"Hiks ... i-ini tulisan tangan Sara ...."

Nathaniel mengusap punggung Atella, guna menenangkannya. Meski tampaknya tidak mungkin tenang, setidaknya Atella tidak merasa harus terpojok sendirian di hadapan pasangan Luther. Nathaniel masih mencoba untuk memihak Atella dengan memahaminya.

The Duchess Wants Have to ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang