Bab 47 • Titik Tersakit

1.9K 267 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



≿━━━━༺❀༻━━━━≾



Hari ini ialah salah satu hari sibuk yang dimiliki nyonya rumah. Isalynne bangun lebih awal dari biasanya untuk mempersiapkan agenda nya. Henry datang ke meja kerja nya untuk memberikan laporan serta memperkenalkan pelayan-pelayan baru.

Wajah-wajah asing menanti dengan ramah. Isalynne hanya perlu menerima salam hormat mereka, kemudian menyerahkan tugas pada Henry agar menjelaskan apa dan bagaimana pekerjaan para pelayan baru.

Kala terlena oleh pembukuan rumah tangga yang ia periksa. Henry datang dengan seorang utusan Istana. Lebih tepatnya utusan itu berasal dari Putri Mahkota.

Sudah menjadi pengetahuan dasar jikalau seorang bangsawan mendapatkan tamu seorang utusan istana. Maka ada panggilan mendesak yang mengharuskan mereka pergi ke istana segera.

"Salam Duchess. Saya Viscount Greg, utusan dari Yang Mulia Putri Mahkota." Pria itu tampak ramah dan baik. "Saya datang untuk menyampaikan pesan bahwa Yang Mulia Putri Mahkota ingin Anda segera ke Istana."

Isalynne terdiam, bahkan tidak bergerak dari tempatnya. Sosok Mico yang senantiasa di sekitarnya terlihat menunjukkan raut wajah tidak setuju.

"Saya memiliki banyak pekerjaan. Terlebih suami saya belum pulang."

Viscount Greg tersenyum santun. "Duchess, saya hanya menyampaikan keinginan Yang Mulia Putri Mahkota untuk menemani Anda."

Meski perkataannya demikian manis dan lembut. Namun Isalynne tidak merasa bodoh bahwa kenyataannya Isalynne harus meninggalkan pekerjaannya demi pergi ke istana. Karena jikalau penolakan terjadi saat utusan datang, akan tersebar berita bahwa Duchess Luther menentang Putri Mahkota.

Isalynne tidak bisa membuat bangsawan lain di luar sana meremehkan Luther. Meskipun masalah tersebut masih dapat dikatakan masalah kecil semata.

Itulah mengapa kedatangan utusan istana sangat dihindari oleh bangsawan.

"Kalau begitu, saya harus bersiap-siap."

"D-duchess ...!" Mico menegur pelan.

"Baik, terimakasih, Duchess. Saya akan menunggu di bawah."

Viscount Greg keluar setelah memberikan salam hormatnya. Mico yang tadi sempat menunjukkan protesnya segera mendekati Isalynne.

"Duchess, meski belum mendapatkan bukti bahwa beliau lah yang menaruh racun. Namun Anda mestinya menjaga jarak."

Isalynne hanya dapat bergeming di tempatnya seraya menutup pembukuannya.

"Mico, saat sampai di istana. Tolong hubungi suamiku segera."

Mico mengernyit tajam, ia tak senang. "Kalau begitu saya harus meninggalkan Anda sendirian?"

Isalynne mengangguk. Ia menarik tali penanda lonceng untuk memanggil Tilla.

The Duchess Wants Have to ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang