≿━━━━༺❀༻━━━━≾
"Hhh ...."Isalynne mengernyit. Ia memandang sejenak pada Theroz yang tampak menunjukkan raut kesal serta lelah yang tercampur.
"Seharusnya kita pulang dan bersantai di rumah," ujar Theroz, ia kemudian memandang Isalynne dengan tatapan bersalahnya. Ia mengelus pipi Isalynne lembut. "Aku harus bertemu dengan orang-orang merepotkan karena mereka melihatku di sini."
"Tidak masalah. Saya bisa pergi ke ruang istirahat."
Theroz menghela napas. Ia tampak cemas. "Aku tidak akan lama. Kita akan pulang sebelum malam."
Isalynne mengangguk. Ia menerima pelukan serta kecupan dari Theroz.
"Jika ada yang mengganggumu, segera panggil ksatria."
Isalynne hanya diam, tampak menurut pada perkataan Theroz. Theroz kembali mengecup Isalynne, namun kali ini bertubi hingga membuat Isalynne kesal dan mendorongnya. Meski dorongannya tidak benar-benar membuat Theroz menjauh darinya.
"Duke! Cepat pergi ...!"
Theroz tertawa kecil. Ia sekali lagi memberikan ciuman dengan lumatan kecil sebagai tanda terakhirnya sebelum pergi.
"Tunggu aku dengan tenang."
Isalynne mendengus dan mengangguk. Theroz lantas pergi meninggalkan Isalynnne.
Ia mendecak kecil. Perlakuan Theroz membuat Isalynne terus terbayang pada pengakuan cinta Theroz beberapa hari lalu. Lantas membuat Isalynne merasa aneh. Meski begitu, Isalynne tidak menolak segala perlakuan itu.
Isalynne menuju tempat istirahat yang ia inginkan. Sebelum itu, ia harus melewati koridor luas yang mengarah pada ruang pesta, dimana koridor tersebut cukup ramai oleh para tamu undangan yang hendak pergi ke ruang istirahat.
Banyaknya orang-orang di sana sedikit membuatnya merasa terganggu. Terlebih, lirikan demi lirikan tajam yang terasa menyentuh bulu halus tubuhnya. Hal tersebut adalah sesuatu yang biasa, tetapi entah mengapa saat ini lirikan tajam itu seperti hendak menggerogoti tulang Isalynne.
Isalynne mengubah rute nya, ia menuju pada balkon yang tak dihuni oleh siapapun. Dengan cepat ia menurunkan tirai di sana untuk menutup akses beribu mata yang menusuk punggungnya.
Sesaat ia menghela napas, ia mengambil kursi yang tersedia di balkon.
Namun, ketenangannya tak semata membuatnya dapat menikmati waktu lebih lama. Deritan tirai terdengar kencang di belakangnya. Sosok cantik dengan gaun mewah tampak berdiri menatap tajam padanya.
"Aku mendengar hal-hal kotor." Gadis itu berbicara dengan tajam, tanpa salam bahkan menunjukkan tata krama yang harusnya dijunjung tinggi oleh keluarga kekaisaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess Wants Have to Children
Romance"Saya ingin memiliki anak." Theroz bergeming memandang retina tajam Isalynne. Penuturan tegas sarat makna tuntutan dari Isalynne sedikit membuat Theroz terkejut. Ini adalah kali pertama istrinya mengatakan sesuatu untuk ia lakukan. Theroz menghela...